Share

Bab 4. Alasan Bertahan

Author: Anakrubah99
last update Last Updated: 2023-12-06 22:21:20

*Dua Tahun kemudian*

"Diana Immanuel yang sangat bucin, main yuk!"

Sarah, teman Diana sedari kuliah itu tanpa sopan santun menggedor pintu apartemen Diana. Membuat Diana yang sedang memasak di dapur dengan tergesa menuju pintu. Takut akan tetangga yang mengomel karena gedoran bar-bar dari Sarah.

Dengan segera Diana membuka pintu. Hingga tangan Sarah yang akan menggedor kembali terhenti di udara. Seketika cengiran tak berdosa dari Sarah terlihat kala Diana dengan celemek di dadanya menatap tajam dirinya.

"Sarah, sudah aku bilang jangan membuat keributan. Aku bisa diusir tetangga!" omel Diana kepadanya. "Dan lagi, margaku sekarang Edison, bukan Immanuel!"

Sang pelaku mengabaikan protesan Diana dan justru dengan santainya masuk ke apartemen Diana. Mendudukkan diri pada sofa dan kemudian menaikkan satu kaki miliknya pada yang lain. Dilanjut dengan bersedekap dada.

Sarah memandang Diana dari atas sampai bawah. Kemudian menggelengkan kepalanya.

"Masak mulu kamu. Padahal di makan juga enggak." kelakar Sarah. Membuat Diana mengerutkan bibirnya sebal. Sudah tau apa maksud sindiran Sarah.

Diana ikut mendudukkan diri di depan Sarah.

"Mau ngapain kesini?" tanya Diana mengabaikan sindiran sahabatnya itu.

Namun sepertinya Sarah belum menyerah. Dia kembali menanyakan sesuatu yang selalu ia tanyakan setahun terakhir ini kepada sahabatnya.

"Belum berniat cerai kamu?"

Bukan maksud Sarah jahat. Namun ia sebagai sahabat Diana selama 8 tahun tidak tega melihat Diana yang selalu terabaikan oleh Edwin. Terlebih wanita manis itu memperoleh pengkhianatan. Sarah sangat geram. Ingin sekali ia mencincang Edwin dan membebaskan sahabatnya dari pria yang sialnya tampan itu.

"Masih jawaban yang sama." balas Diana enteng. Sarah heran bagaimana wanita itu bisa bertahan dengan pernikahan hampa ini.

"Diana! sudah 2 tahun, lo!" gemas Sarah.

Diana berpikir sejenak. Kemudian ia kembali menatap Sarah sembari menampilkan senyum tulus.

"Aku tahu ...." katanya lirih.

Jika seseorang bertanya apakah Diana tidak lelah dengan ini semua, Diana akan menjawab dengan berteriak bahwa ia lelah. Namun bagaimana, hati dan pikirannya masih mengingat pelukan dan ucapan aneh 2 tahun lalu. Itu adalah sesuatu yang membuat Diana kuat selama 2 tahun. Walau sebenarnya, tidak jarang Diana menangis sendirian di kamar mandi.

"Kamu masih percaya sama perkataan suamimu dua tahun lalu?" tanya Sarah. Ia sendiri juga mengetahui alasan Diana masih bertahan.

'Tunggu aku walau itu memakan waktu bertahun-tahun.'

Bisa-bisanya hanya karena perkataan seperti itu, Diana rela diduakan oleh suaminya sendiri hingga dua tahun. Sarah yakin itu hanya akal-akalan dari Edwin.

"Perkataan dua tahun lalu benar-benar berbeda dari sebelumnya, Sarah. Percayalah padaku." jelas Diana. Matanya menatap Sarah dengan keyakinan yang kukuh.

"Perkataan itu saat malam hari, bukan? Itu pasti kesurupan! Edwin kesurupan jin di kantornya dan berbicara ngelantur. Jadi mari lupakan kata-kata sialan itu, dan ke pengadilan agama!" ajak Sarah. Dia bahkan sudah berdiri dan berjalan ke arah Diana.

Tangan Sarah sudah memegang tangan kiri Diana. Hendak benar-benar menyeretnya. Namun wanita itu tetap keukeuh untuk berdiam diri.

"Sarah, jangan ngelantur, ish! Udah, lepasin aku." pinta Diana.

Ingin rasanya Sarah membenturkan kepala Diana agar otak wanita itu sehat.

Sarah menyerah untuk menyeret Diana. Ia akhirnya melepaskan tangan Diana walau dengan ogah-ogahan. Wanita itu kemudian melirik pada dapur Diana.

"Lagi masak apa kamu? Aku numpang makan di sini ya." pinta Sarah sembari masih fokus pada dapur Diana. Ia sengaja ke apartemen Diana untuk menemani wanita itu agar tidak kesepian. Karena Sarah tau si bangs*at Edwin jarang pulang.

"Aku masak rendang." balas Diana. Ia berdiri dari sofa dan hendak menghampiri Sarah. Namun saat merasakan ponsel pada sakunya bergetar, ia mengurungkannya. Kembali duduk dan mengambil ponselnya.

My Husband is calling ....

Senyum Diana terbit. Tanpa perlu waktu lama ia mengangkat panggilan itu.

"Halo, Mas? Ada apa?"

Suara ceria Diana membuat Sarah yang tadinya membelakangi Diana dan fokus pada dapur dengan segera berbalik. Kini memandang Diana yang tersenyum sangat lebar padahal hanya menerima panggilan dari Edwin.

Benar-benar. Cinta bisa membuat orang lain gila.

"Yaa ... baiklah. Aku tidak akan datang ke perusahaanmu lagi dan mengirim makanan. Maaf, Mas."

Baru beberapa menit Diana tersenyum, wanita itu kembali harus menelan kekecewaan. Diana kira Edwin akan berterima kasih kepadanya karena telah mengirim makan siang. Namun apa yang terjadi. Edwin justru memarahinya.

"Tidak pulang lagi?"

Sarah bisa melihat sudut mata Diana mulai muncul cairan bening.

"Baiklah. Semangat bekerja, Mas."

Panggilan singkat itu berakhir. Diana dengan segera menyimpan ponselnya pada saku dan menghapus air matanya agar tidak terjatuh. Ia tidak ingin menangis di depan Sarah.

Diana memandang Sarah yang terdiam, "Mau menginap?" tawarnya pada Sarah. Diana juga berusaha memberikan senyum paling baik-baik saja. Namun bagaimana Sarah bisa berusaha tak tau. Kesedihan Diana sungguh jelas.

Sarah melangkah mendekat. Kemudian merangkul Diana dengan erat dan dengan semangat berujar kepada Diana.

"Kita akan ke Club malam ini! Dan kamu harus mau! Masa seumur hidup nggak pernah ke Club si?!"

Suara Sarah terdengar keras sekali di telinga Diana. Namun itu tidak menjadi masalah untuk Diana. Yang menjadi masalah adalah Sarah yang mengajaknya ke Club. Diana dengan keras menolak itu!

"Enggak! Nggak ma-"

"Bodo amat. Ayo kamu mandi dan pakai baju terbaikmu!"

Sarah mengabaikan pemberontakan Diana. Dia dengan semangat 45 menyeret Diana ke kamar mandi dan tanpa malu-malu mengeledah seluruh pakaian Diana. Diana benar-benar tidak ada hak untuk menolak.

***

Setelah 30 menit berkendara, akhirnya mobil sedan putih itu berhenti. Berdampingan dengan mobil mahal lainnya. Tepat berada di parkiran Club paling terkenal di ibukota Jakarta.

Sarah sangat bersemangat. Dia ingin segera menenggak bergelas-gelas alkohol. Menghabiskan malam panjang bersama cairan itu. Karena jujur, pekerjaannya setiap hari semakin memiliki bobot yang membuat kepalanya ingin meledak. Atasannya seperti mempunyai dendam tersembunyi dengan Sarah hingga melimpahkan pekerjaan yang bukan bagian dari job miliknya.

"Ayo, mari kita-bersenang-senang!"

Berbeda dengan Sarah yang bersemangat. Diana justru nampak ingin menghilang. Tangannya juga masih terus berusaha menurunkan dressnya.

"Kamu yakin? kita pulang aja ya," bujuk Diana

Yang tentu, Sarah segera menggelengkan kepalanya.

"Nope!"

Dengan segera, malam yang tadinya nampak hening, berubah menjadi malam yang bising. Alunan musik terdengar sangat kencang. Diriingi oleh suara lagu disko yang menggema dan lampu yang ikut berkelap-kelip. Menampilkan kerumunan manusia yang berjoget ria meliuk-liukkan tubuhnya. Bahkan, banyak yang bercumbu di pojok ruangan tanpa memperdulikan sekitar.

Bau alkohol sangat menyengat ketika masuk. Hingga tanpa sadar, Diana segera menutup hidungnya. Merasakan rasa tak nyaman. Melihat itu, Sarah hanya dapat tertawa.

"Mari kita pesan minum dulu," ajak Sarah sembari segera menarik Diana yang sibuk menutup hidungnya. Mereka segera sampai pada meja panjang yang tampak setengah lingkaran. Di dalamnya terdapat lima orang bartender pria yang terlihat sibuk membuat minuman penghilang stress.

Segera Sarah duduk di salah satu kursi. Bersamaan dengan Diana yang duduk disampingnya. Terlihat linglung dan memperhatikan sekitar dengan ngeri.

"Dua Whisky, Tuan, " ujar Sarah. Yang dibalas anggukan salah satu bertender.

"A-aku nggak mau minum alhohol!" ujar Diana panik kepada Sarah.

Sarah menaikkan alisnya, "Terus mau minum apa?"

"Em ... kopi?"

Yang dibalas Sarah dengan tawa yang sangat kencang. Hingga beberapa orang yang duduk disampingnya menoleh. Membuat Diana semakin menciutkan dirinya sendiri.

"Ini bukan cafe!" jelas Sarah, "Udah tenang, Whisky enak kok. Aku bakal jaga kamu kalau kamu teler." jelasnya.

Diana tak yakin dengan itu.

Related chapters

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 5. Pria Misterius di Club

    "Nah, coba minum, aku yakin kau akan suka." Diana, wanita yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Club itu memandang Sarah dengan pandangan ragu. Wanita itu sedang menyodorkan minuman yang tadi Diana dengar dengan sebutan Whisky. Berwarna kekuningan. Itu ... seperti pipis. Diana menatap Sarah yang masih menunggu dirinya untuk mengambil minuman aneh itu, "Kamu ... yakin suruh aku minum ini?" Sarah nampak tidak sabaran. Dia memindahkan minuman itu dengan segera ke tangan Diana. Kemudian mengambil minumannya sendiri. "Itu bukan racun. Rasanya juga nikmat." terang Sarah. Kemudian dirinya membenturkan gelas miliknya dengan Diana. Hingga terdapat bunyi ting diantara keduanya. Sarah dengan segera meneguk minuman yang berada di tangannya tanpa ragu. Hingga tak perlu waktu lama, gelas yang tadinya penuh kini tinggal separuhnya. Sudah habis dilahap oleh Sarah yang sekarang terlihat sedang menutupkan matanya menikmati rasa minuman yang mulai mengalir melalui tenggorokannya. Diana meman

    Last Updated : 2023-12-06
  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 6. Malam Panas

    Diana dilemparkan ke kasur begitu saja setelah Zerkin—pria asing yang Diana cium—mengunci pintu. Setelahnya, tanpa menunggu waktu lama, Zerkin mulai membuka satu persatu baju miliknya. Tuxedo mahal berwarna hitam yang memang sedari awal sudah berantakan ia tanggalkan dengan mudah. Diikuti dengan tangan kekar Zerkin yang menarik dasi miliknya hingga ikatan rapi itu terbuka. Dan terakhir, dengan tergesa-gesa Zerkin merobek kemeja putihnya sendiri. Terlalu tidak sabaran dengan begitu banyaknya kancing. Sampai pada celana terakhir miliknya. Zerkin tak pernah melepaskan pandangan sedetikpun dari Diana. Ia bagai seorang pemangsa. Setelahnya Zerkin naik ke atas kasur. Tangannya mengukung Diana yang tak tau, betapa dalam bahayanya dirinya.Pria itu memandang wajah Diana yang tampak sangat polos dan menggoda secara bersamaan. Membuat dirinya benar-benar ingin menghujami Diana dan membuat wanita yang berada di bawahnya menjadi miliknya.Tangan besar Zerkin menyentuh wajah Diana yang kemerahan

    Last Updated : 2023-12-22
  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 7. Ranjang dan Pria Mesum

    Tubuh itu masih terlelap dalam mimpi. Walau disediakan kasur yang empuk, si empu justru memilih tergeletak pada lantai marmer putih yang dingin. Bersama selimut berantakan yang tergulung di badannya.Waktu sudah menunjukan pukul 10 siang. Cahaya matahari mulai merembes dari gorden jendela. Yang akhirnya membuat tubuh di lantai itu bergerak tak nyaman saat merasakan silau pada wajahnya. Akhirnya, Wanita dengan pakaian minim bahan dan juga rambut yang berantakan membuka matanya. Wajahnya sangat sayu dan kucel. Bahkan iler sudah membentuk dari sudut bibirnya yang tertidur dengan mulut terbuka.Sarah menguap lebar dan merenggangkan tangannya ke atas. Matanya mulai terbuka perlahan. Dan otaknya dengan perlahan mengumpulkan nyawanya yang berceceran. Tangan Sarah bergerak ke sudut bibirnya. Kemudian mengelap air liurnya.Setelah selesai merenggangkan tubuhnya. Dan merasakan kesadaran yang mulai kembali. Sarah segera dilanda pusing. Efek tadi malam yang tidak bisa mengontrol dirinya saat memin

    Last Updated : 2023-12-22
  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 8. Dress Merah

    "Tidurlah denganku."Itu sebenarnya hanya kalimat acak yang Zerkin plih untuk menggoda wanita di depannya. Namun tak Zerkin sangka, respon wanita itu akan sebrutal sekarang. Maksud Zerkin adalah, Diana menamparnya. Sungguh keras hingga suara tamparan itu berdengung dalam kamar yang mereka huni. Wajah Zerkin pun sampai menoleh ke samping. Sial, ini perih."Kau pikir aku apa?!"Dan kemudian, belum cukup dengan tamparan itu. Diana membentak Zerkin dengan amarah yang menggebu-gebu. Wajah Diana memerah, menahan marah juga tangis."Dasar lelaki m*sum!" teriak Diana kembali.Kini dirinya dengan brutal memukul dada Zerkin. Sekuat tenaga disertai lontaran hinaan untuk Zerkin."He-hei tenang! aku hanya bercanda!"Namun Diana seperti tak mendengar kalimat itu. Dirinya tetap terus memukul dada Zerkin. Hingga Zerkin bergerak mundur untuk menghindari tangan Diana yang tanpa henti pada tubuhnya. Namun sayang, dirinya justru tersandung hingga terjatuh dan membuat Diana terduduk di atas tubuhnya."Dasa

    Last Updated : 2023-12-23
  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 9. Malam yang Dingin

    "Gila, banyak banget cupangnya!"Setelah menjelaskan semua hal yang terjadi kepada Sarah, wanita itu bukannya merasa bersalah karena telah membiarkan sahabatnya hampir saja diperk*sa. Dia justru nampak berbinar dan antusias melihat semua bekas gigitan yang memerah pada leher Diana. "Diem, deh!" Diana memberenggut sebal.Sarah justru tertawa. Wanita itu kemudian menatap kembali ke arah Diana yang menatapnya sebal. Kemudian Sarah menaikkan satu alisnya, "Ganteng nggak?""Apanya?!" balas Diana menghindari jawaban."Dih, ya mukanya lah!"Diana diam. Tak berniat untuk menjawab. "Woi! Gimana? Ganteng nggak?!" tanya Sarah lagi.Diana berdecak sebal, "Dikit!" tak ingin mengakui ketampanan dari pria menyebalkan itu.Dan dengan segera ingatan Diana kembali di saat dirinya tanpa sengaja mengagumi paras pria itu. Bagaimana dirinya yang membeku sesaat. Bagaimana wajahnya saat berada di atas Diana. Dan bagaimana tubuh kekar itu mengungkungnya di antara pintu.Diana dengan segera menutupi wajahnya

    Last Updated : 2023-12-23
  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 10. Pergerakan

    Edwin mengeryitkan dahinya kala mendengar suara alarm yang menganggu tidurnya. Dengan refleks tangan itu mencari sumber suara. Meraba meja yang berada di samping ranjang dan mengambil ponsel miliknya.Segera ia mematikan alarm. Kemudian melihat jam yang berada di ponsel. Pukul 7 pagi.Tangan itu meletakkan kembali ponsel pada posisi semula. Kemudian dirinya menggosok matanya perlahan. Berusaha menghilangkan kantuk dan mengumpulkan nyawanya yang belum sepenuhnya terkumpul.Saat merasakan adanya sesuatu yang memeluk perutnya, mata Edwin berpaling pada samping ranjang. Dan dia menemukan seseorang yang selama dua tahun ini telah menghabiskan malam panjang bersamanya.Marley Anabelly.Wanita cantik berumur 27 tahun dengan status yang masih lajang. Sangat berbeda dengan Edwin yang sudah memiliki istri. Umur mereka hanya terpaut satu tahun saja.Marley adalah cinta pertama Edwin semasa SMA nya. Mereka telah berpacaran kurang lebih empat tahun. Hingga sampai semester dua perkuliahan Edwin, hu

    Last Updated : 2023-12-24
  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 11. Pertemuan tak Terduga

    Semilir angin musim panas tak dapat meredakan rasa dingin yang menimpa Diana. Gugup menyebar membuat jari Diana saling gemetar. Lamarannya diterima. Dan sekarang Diana sedang berdiri di depan perusahaan tempat di mana suaminya bekerja untuk melakukan proses Interview.Diana sebelumnya dengan percaya diri mengatakan akan diterima. Namun saat sudah berada disini, nyali Diana kemarin entah menguap kemana. Perusahaan ini sangat besar. Terdiri dari 40 lantai. Dan terlihat banyak orang yang berlalu lalang meggunakan pakaian formal yang tampak berkelas. Wajah mereka saja seperti manusia cerdas.Diana memang sebelumnya adalah lulusan Cumlaude pada Universitas nomor satu di Jakarta progam studi Akuntansi. Dirinya bekerja hanya satu tahun kemudian menikah dengan Edwin. Diana takut pengalamannya yang kurang akan membuatnya gagal."Ya Tuhan, permudahkanlah urusan hamba." Doa Diana sebelum dengan perlahan melangkah masuk ke dalam gerbang. ***"Terima kasih, Mrs. Diana. Saya akan mengirimkan hasil

    Last Updated : 2023-12-25
  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 12. Pertengkaran

    "Kamu nginep lagi, 'kan?" Marley bertanya kepada Edwin saat keduanya dalam perjalanan pulang. "Enggak bisa. Aku udah tiga hari nggak pulang." balas Edwin sembari masih fokus pada jalan raya di depannya. Mendengar balasan yang tidak sesuai keinginan Marley, ia mendengus sebal. "Nginep satu hari lagi emang nggak bisa?" bujuknya lagi. Edwin menekan rem saat mereka sampai pada depan Apartemen milik Marley. Lelaki itu kemudian memandang Marley yang saat ini sedang dalam mode marahnya. "Besok lagi, ya." tenangnya sembari mengelus kepada Marley. "Makanya cepat cerai." Mendengar itu Edwin sejenak menghentikan belain pada rambut Marley. Marley yang merasakan adanya perubahan pada raut wajah Edwin ikut memincingkan matanya curiga. "Kenapa?" tanyanya menuntut. "Aku janji secepatnya." Bibir Marley mencibir singkat. Ia melepaskan seatbelt miliknya sembari menggerutu. "Secepatnya, secepatnya. Dari dua tahun lalu juga bilangnya gitu." Setelah itu, Marley keluar dari mobil Edwin dengan mem

    Last Updated : 2023-12-26

Latest chapter

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 68. Ciuman Marley

    Jika kalian pikir dengan semua ancaman Edwin, Marley akan menyerah, kalian semua salah. Setelah dicekik, hampir tertabrak mobil, dan semua kata penuh nada amarah yang telah Edwin lontarkan, Marley masih tetap berani. Jika bertanya apa alasannya, Marley akan dengan keras mengucapkan bahwa dia mencintai Edwin. Dia tidak rela jika Edwin tiba-tiba lepas darinya tanpa alasan yang jelas. Dan Marley tetap yakin bahwa ... bahwa Edwin akan kembali kepadanya. Pasti. "Minumnya, Nona?" Suara seseorang membuyarkan lamunan Marley. Marley segera mengalihkan pandangan yang tadinya terfokus pada Edwin ke seseorang yang berpakaian seperti pelayan. Memegang nampan berisi berbagai alkohol yang ia bawa berkeliling dan ditawarkan pada semua tamu. Marley mengambil satu gelas tanpa mengatakan apapun. Kemudian kembali memandang Edwin sembari meminum minuman itu. Malam ini adalah malam kedua mereka di Bali. Dan saat ini, Marley serta Edwin sedang menghadiri pesta perayaan atas suksesnya pembangunan resort

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 67. Apa aku seorang j*lang?

    Sekarang sudah waktunya pulang bekerja. Dan Kalyani benar-benar merasa takjub, kagum, dan tidak percaya dengan apa yang dirinya alami. Karena, semua orang divisi keuangan benar-benar diam membisu! Dari awal Kalyani kembali dari restoran itu, hingga pulang bekerja, mereka benar-benar diam tidak berbicara. Dan sekarang pun, saat membereskan meja dan barang-barang yang akan mereka bawa pulang, situasi masih sama. Merasa terlalu pusing memikirkan hal aneh itu, Kalyani segera membereskan barang-barang miliknya. Sesudah selesai, dirinya segera berjalan ke arah meja Diaa. "Kak Diana ngerasa aneh nggak si?" tanya Kalyani ketika sampai di samping Diana. Menunggu wanita itu membereskan barang-barangnya. Diana menghentikan kegiatannya dan memandang Kalyani bingung. "Aneh kenapa?" "Aku merasa, bukankah divisi kita terlalu sepi, 'Kak? Mereka benar-benar diam dan tidak menggosip seperti biasanya." Kalyani menerangkan pada Diana yang tampak tidak peka dengan keadaan sekitar. Mendengar itu, Dian

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 66. Rencana Jahat

    Kalyani merasa makanan yang baru saja masuk di perutnya adalah makanan paling enak. Bumbunya begitu terasa pas dan daging itu begitu lembut ketika menyentuh lidah Kalyani. Kalyani akan menambahkan restoran tersebut sebagai restoran favoritnya. Kalyani dan Diana sekarang sedang berjalan kembali ke divisi mereka. Dan seperti hari-hari biasa, karena kalyani berjalan bersama Diana, maka dari itu gosip tidak pernah lepas saat mereka melewati pegawai lain. Namun kali ini Kalyani bisa merasakan tatapa mereka yang menyimpan rasa tidak suka pada Diana. Bahkan mereka dengan terang-terangan melirik sinis Diana. Kalyani dengan segera menggandeng tangan Diana. Membuat Diana menoleh ke arahnya. Dan Kalyani memberikan senyum lebar. Seakan mengisyaratkan, "Aku ada di sini, Kak. Kakak tenang saja." Akhirnya setelah perjalanan horor penuh mata sinis, mereka sampai juga di divisi keuangan. Namun berbeda dengan divisi lain, divisi mereka justru sangat ... sunyi. Diana sepertinya tidak menyadarinya.

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 65. Teka-teki

    Kalyani dan Diana akhirnya sampai pada restoran yang Kalyani katakan menjual kelinci bakar dengan rasa sedap. Segera setelah mereka memesan, mereka memilih tempat duduk di pinggir jendela. Hingga dapat melihat pemandangan padatnya ibu kota dengan orang yang berlalu-lalang. "Maafkan aku karena melibatkanmu, Kalyani." Diana merasa bersalah ketika wanita itu selalu terseret dalam masalahnya. Namun Kalyani sepertinya tidak masalah. Dia justru tersenyum lebar ke arah Diana. "Tidak masalah, Kak. Aku senang bisa membantumu. Karena kau tahu, aku tidak memiliki teman selain Kak Aria." Walau Kalyani mengatakan itu, tetap saja Diana merasa tidak enak. Andai Zerkin sudah tidak mengejarnya lagi. Andai Diana bisa hidup tenang selama ia bekerja. Diana hanya menginginkan itu. Sekarang, Edwin sudah berubah. Rasanya Diana sangat senang. Namun ketika masalah satu selesai, masalah lain justru datang. Suara dering ponsel milik Diana terdengar. Menandakan adanya pesan masuk. Segera Diana mengambil ben

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 64. Aku lelah, Zerkin

    "Terima kasih atas kerjasamanya, Mr. Edwin dan Mrs. Marley. Saya pamit undur diri." Klien yang baru saja Edwan dan Marley temui, Mr. Adipta memberikan ulasan senyum pada keduanya. "Terima kasih juga, Mr. Adipta." Edwan membalas kembali senyum untuk menghormati Mr Adipta. Marley yang berada di sampingnya juga memberikan hal yang sama. Mengulas senyum sopan walau di dalam hatinya masih mengingat momen di mana ia hampir saja terlindas oleh mobil. Mr. Adipta memandang mereka berdua. Kemudian memberikan pertanyaan yang membuat Marley menyunggingkan senyum lebar. "Apakah kalian sepasang kekasih?" tanyanya. Namun segera, Edwan bersuara dengan suara yang tidak suka. "Saya sudah memiliki Istri, Sir. Dan dia bukan orang yang berada di sebelah saya." Mr. Adipta segera merasa tidak enak ketika melihat senyum lawan bicaranya sudah hilang. Segera dirinya meminta maaf. "Ah, maafkan aku, Mr. Edwin." Edwan berusaha memaksakan senyum. Teringat bahwa orang di depannya adalah klien penting. "Tidak m

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 63. Ambil Setelah Aku Cicipi dan Buang

    Maya dan ketiga teman divisinya segera berlari terbirit-birit dari ruangan horor itu. Terlebih setelah di bentak oleh Zerkin, orang yang notabenya jarang menaikkan volume. CEO mereka itu lebih banyak berkata datar. Saat keluar, segera mereka berempat menjadi pusat perhatian. Karena entah sejak kapan, devisi di depan ruangan Oliver manjadi sangat banyak orang. Maya dapat melihat Rebecca yang melakukan copy data di printer pojok. Padahal ruangan dia ada printer tersendiri. Kemudian ada 2 orang OB. Yang satu menyapu hingga lantai sangat mengkilap. Satunya menggosok jendela yang tidak kotor. Banyak juga karyawan yang membereskan dokumen padahal dokumen itu sudah sangat rapi hingga warnanya pun di samakan. Astaga, tidak bisakah mereka lebih pintar berakting? Maya segera melihat kumpulan wanita yang berpura-pura mendiskusikan pekerjaan melambai kepadanya. Menyuruhnya mendekat. Karena tahu mereka pasti penasaran. Maya yang selalu senang menggosip dengan segera mendekati mereka. Diikuti deng

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 62. Jangan Berani Merebut Milikku

    Mimpi indah Rebecca seketika sirna ketika mendengar pintu yang di banting dengan keras. Dirinya sampai terjatuh dari kursi karena terlalu kaget. Mimpi indahnya pun buyar. Padahal dia sedikit lagi akan melakukan malam pertama dengan Oliver setelah dipilih Oliver menjadi permasuirinya. Dengan tertatih-tatih Rebecca berdiri dari jatuhnya. Wanita itu memandang punggung mantan ( sekarang masih tapi Rebecca tahu tidak ada harapan) CEO idamannya yang mulai menjauh. Walau dari belakang, Rebecca bisa melihat semarah apa atasannya itu. Dengan susah payah Rebecca melelan air liur. 'Ada apa dengan CEO tampan itu?! Mengapa dia seperti hendak membunuh orang?!' *** Mata Zerkin menggelap. Tangannya terkepal erat dengan seluruh amarah yang tertahan. Kakinya dengan langkah cepat menuju orang yang membuat pikirannya terasa panas, terasa tidak terima, dan terasa dendam. Mengapa Oliver bisa mengenal Diana? Apakah lelaki itu juga mengincar Diana? Apakah dia ... ingin merebut miliknya? Zerkin mengaba

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 61. Akar Dari Semua Gosip

    Kalyani menggeram marah ketika semua teman satu divisi miliknya membicarakan Diana dengan buruk. Namun walau rasanya ingin menarik lidah mereka semua, Kalyani mengurungkan niat itu. Dirinya bisa-bisa dikeroyok. Jadi Kalyani hanya bisa menahan amarah serta mendoakan mereka semua terkena sariawan di lidah. Biar mampus dan tidak gosip lagi! Hal yang menjadi topik gosip mereka akhirnya datang. Mata Kalyani seketika menatap Diana sama seperti mereka semua. Anehnya, ketika devisi lain saat ada Diana tetap membicarakan dia dengan suara besar dan keras, devisi mereka mulai diam. Kemudian melakukan kegiatan masing-masing. Kalyani sampai ternganga melihat mereka.Kalyani segera menghampiri Diana. Terlebih, melihat penampilan Diana yang menurut Kalyani aneh. "Kak Diana, ada apa dengan pakaian kakak?" tanyanya setelah sampai di hadapan Diana.Diana menaruh tas kerja miliknya dan kemudian duduk di kursi. "Bajuku basah. Dan jadi menerawang."Kalyani memandang jas yang menutupi tubuh Diana. Kalyani

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 60. Jas Milik Oliver

    Diana tidak tuli. Dirinya mendengar semua hal buruk yang mereka katakan. Namun apa yang harus Diana lakukan? Dia tidak bisa melakukan apapun. Karena memang nyatanya, seperti yang mereka gosipkan.Diana memang menerima cincin dari Zerkin. Itu kebenarannya. Bahkan cincin itu masih bersarang indah di jari manis miliknya. Tanpa suaminya tahu.Namun mereka tidak mengerti alasan mengapa Diana menerima cincin itu. Yang mereka katakan memang benar, Diana berangkat bersama Zerkin Nicasion di saat Diana sudah bersuami.Namun mereka tidak mengerti alasan Diana melakukan itu.Tapi Diana tidak bisa menjelaskan kepada mereka. Apapun yang keluar dari mulut Diana hanya seperti pembelaan saja. Mereka tuli.Jadi daripada Diana berbusa menjelaskan hal yang mereka tidak percayai. Diana memilih diam. Menunggu sampai mereka bosan dan melupakan tentang hal mengenai kehidupan Diana.Diana terus menunduk sepanjang jalan menuju divisi miliknya. Namun karena itu, dirinya tidak sengaja menabrak seseorang. Membu

DMCA.com Protection Status