Share

Bab 6. Malam Panas

Author: Anakrubah99
last update Last Updated: 2023-12-22 13:26:10

Diana dilemparkan ke kasur begitu saja setelah Zerkin—pria asing yang Diana cium—mengunci pintu. Setelahnya, tanpa menunggu waktu lama, Zerkin mulai membuka satu persatu baju miliknya. Tuxedo mahal berwarna hitam yang memang sedari awal sudah berantakan ia tanggalkan dengan mudah. Diikuti dengan tangan kekar Zerkin yang menarik dasi miliknya hingga ikatan rapi itu terbuka. Dan terakhir, dengan tergesa-gesa Zerkin merobek kemeja putihnya sendiri. Terlalu tidak sabaran dengan begitu banyaknya kancing.

Sampai pada celana terakhir miliknya. Zerkin tak pernah melepaskan pandangan sedetikpun dari Diana. Ia bagai seorang pemangsa.

Setelahnya Zerkin naik ke atas kasur. Tangannya mengukung Diana yang tak tau, betapa dalam bahayanya dirinya.

Pria itu memandang wajah Diana yang tampak sangat polos dan menggoda secara bersamaan. Membuat dirinya benar-benar ingin menghujami Diana dan membuat wanita yang berada di bawahnya menjadi miliknya.

Tangan besar Zerkin menyentuh wajah Diana yang kemerahan akibat mabuk. Wanita itu nampak nyaman dengan sentuhan Zerkin di wajahnya. Membuat tangan Diana refleks memegang tangan yang berada di wajahnya.

"Hangat ...." lirih Diana. Membuat Zerkin yang berada di atasnya nampak tersenyum kecil.

"Benarkah begitu?"

Diana tak menjawab. Dirinya hanya terus terpejam dan menikmati sentuhan hangat dari tangan milik Zerkin. Tangan Diana kemudian membawa tangan pria itu yang tadinya berada di wajahnya menjadi di pelukannya. Membuat Zerkin yang berada di atasnya melihat dalam intens, tangannya yang sekarang berada di dada Diana.

"A-aku ... Hik!" Diana kembali cegukan diantara ocehannya.

"Aku sedih ... suamiku, selingkuh dariku." Mata sayu Diana memandang pria di atasnya sendu. Bibir wanita itu melengkung ke bawah

"Menurutmu ... apakah aku kurang cantik?" tanya Diana racau.

Zerkin yang berada di atasnya tertawa kecil. Melihat wajah Diana yang cemberut begitu lucu di matanya.

"Dimataku, kamu wanita paling indah," balas Zerkin. Tangan satunya pria itu mulai nakal. Masuk dalam Dress Diana yang pendek. Merabanya dalam gerakan s*nsual.

Zerkin memberikan smirk saat melihat Diana yang nampak menikmati sentuhannya. Wanita itu terpejam, "Jadi cantik, siapa namamu, hm? Tidak baik bercinta tanpa mendesahkan nama masing-masing."

Diana mengeratkan pegangan pada tangan pria itu dikala merasakan sensasi menyenangkan dari sentuhannya ,"A-aku ... engh ... St-stop ...."

Zerkin tak memperdulikan rengekan Diana. Dirinya justru semakin gencar menggodanya.

"Siapa namamu?" tanyanya sekali lagi.

Butuh beberapa saat untuk mendapatkan jawaban dari Diana. Namun saat mendengar satu nama yang muncul dari bibir mungil di hadapannya. Pria itu menaikkan kurva bibirnya keatas. Membentuk seringai puas.

"Diana ... ah! namaku Diana."

Kepala Zerkin mendekat. Menempelkan bibirnya pada Diana. Menciumnya lembut. Yang kemudian ciuman itu semakin intens. Melakukan perang lidah masing-masing.

Diana yang sejatinya bukan pencium handal kesusahan dalam mengimbanginya. Membuat entah mengapa, semakin menaikkan gairah milik Zerkin. Sejujurnya, dirinya paling membenci saat partner bercintanya tak lihai sama sekali. Namun sepertinya ia akan membuat pengecualian untuk wanita yang beberapa menit lalu ia temui.

Diana memukul dada Zerkin saat dirasa pasokan oksigennya mulai menipis. Membuat akhirnya ciuman panas itu terputus. Meninggalkan jalinan air liur diantara keduanya.

Dengan lembut, sang pria mengusap bibir wanita di depannya. Kemudian bibir tipisnya membuka. Mengucap namanya sendiri, "Zerkin. Ingat itu Diana."

Zerkin kemudian merobek dress minim bahan milik Diana. Membuat wanita yang berada di bawahnya sempat tersentak. Sebelum kemudian kembali bergumam tak jelas. Alarm bahaya wanita itu mati karena pengaruh alkohol.

Kini Dress minim yang dipakai Diana sudah tak berbentuk lagi. Berubah menjadi potongan kain tak berguna. Meninggalkan Diana yang hanya memakai Bra dan celana d*lamnya saja.

Zerkin kembali mencium Diana. Kali ini tak lagi di bibirnya. Namun leher wanita itu. Memberikan tanda kepemilikan pada wanitanya.

Hisapan di leher Diana tadinya lembut berubah seiring waktu. Kini menjadi gigitan yang tergesa-gesa. Seperti tak ada waktu esok untuk mencumbu Diana.

Diana tak nyaman. Wanita itu mulai menggerakkan tangan miliknya untuk mengusir Zerkin dari lehernya. Namun tangan kanan pria itu dengan cepat menangkap penganggu kegiatannya. Memegang kedua tangan mungil Diana dengan hanya satu tangannya. Menahannya di atas kepala Diana. Dan tangan kiri Zerkin, mulai menyusup pada bawah tubuh Diana. Mencoba melepaskan bra milik Diana.

"Engg ... Stop ... Aku ... aku tak kuat." pinta Diana saat merasakan adanya sesuatu yang ingin keluar dari tubuhnya.

Jelas, Zerkin tak akan menghentikan kegiatannya. Dirinya semakin gencar menggoda tubuh Diana. Alunan suara Diana benar-benar membuatnya lebih bergairah.

"Ahh! Zer-zerkin ...."

Mendengar namanya disebut. Zerkin menghentikan kegiatannya. Terkejut betapa indahnya nama dirinya saat keluar dari bibir Diana. Pria itu dengan segera memandang Diana yang tampak terengah-engah.

"Aku ... benar-benar akan menjadikan dirimu milikku." bisik Zerkin pelan. Matanya berkilat memandang pada satu titik fokus, Diana.

Pria itu akan melanjutkan kembali kegiatannya. Hendak melepas helai terakhir pada tubuh Diana. Namun, wanita di bawahnya tiba-tiba saja bergerak ke pinggir kasur. Seketika, terdengar suara muntahan.

"Huek...! Huek ...!"

Wanita itu muntah.

Setelah benar-benar mengeluarkan isi perutnya. Diana pingsan. Meninggalkan Zerkin sendirian dengan kebanggaannya yang masih berdiri.

Dia bahkan belum sempat ... ah sudahlah.

Dengan hembusan nafas pelan. Zerkin turun dari kasurnya. Pria itu menatap wajah Diana yang tertidur. Kemudian mengelus rambut wanita itu. Terakhir mengambil selimut dan menutupi sepenuhnya tubuh telanjang milik Diana.

Sepertinya, Zerkin harus bersama air dingin malam ini.

Melihat bekas muntahan Diana. Zerkin berniat untuk memanggil petugas kebersihan. Namun nanti, setelah dirinya selesai dengan urusan menidurkan Zerkin junior kembali.

Betapa menyebalkannya. Padahal dia sedang tinggi-tingginya.

***

Sarah berjalan terhuyung-huyung menuju kamar tempat terakhir kali ia meninggalkan Diana. Dirinya berjalan dengan memegang tembok di sampingnya agar tak terjatuh sebab sakit kepala serta pusing yang menderitanya.

Saat sampai pada kamar nomor 10. Sarah mengerutkan kening bingung. Mata miliknya yang setengah terpejam akibat mabuk berusaha memfokuskan pandangan pada nomor pintu. Takut dirinya salah lihat. Namun itu memang nomor 10.

Tapi ... mengapa pintunya terbuka? Bukankah tadi terakhir kali Sarah menguncinya?

Dengan bersusah payah Sarah memasuki kamar tersebut. Kemudian menutup pintu pelan. Dirinya menatap kasur yang berantakan serta selimut yang tergeletak di lantai. Tanda bahwa sebelumnya kamar ini ada penghuninya,

"Diana? Lo di-hik! Di mana?" Sarah cegukan di antara ucapannya.

Dirinya memandang sekeliling. Kemudian mata Sarah menangkap kamar mandi yang berada di pojok ruangan.

'Mungkin Diana ada disana.' pikirnya.

Sarah melangkah maju dengan masih terhuyung. Dirinya hendak berjalan ke kamar mandi. Memastikan apakah ada Diana. Namun sebelum dapat melangkah lebih jauh, selimut yang berada di lantai terpijak oleh kakinya. Membuat licin sehingga tubuh yang memang sudah lemas itu terjatuh.

Buk!

Namun bukannya segera bangkit dan lanjut mencari sahabatnya. Sarah justru memeluk selimut itu. Menyamankan diri kemudian segera terlelap akibat kelelahan. Melupakan sahabatnya yang sedang ia cari.

Dirinya pasti akan panik di pagi harinya.

Related chapters

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 7. Ranjang dan Pria Mesum

    Tubuh itu masih terlelap dalam mimpi. Walau disediakan kasur yang empuk, si empu justru memilih tergeletak pada lantai marmer putih yang dingin. Bersama selimut berantakan yang tergulung di badannya.Waktu sudah menunjukan pukul 10 siang. Cahaya matahari mulai merembes dari gorden jendela. Yang akhirnya membuat tubuh di lantai itu bergerak tak nyaman saat merasakan silau pada wajahnya. Akhirnya, Wanita dengan pakaian minim bahan dan juga rambut yang berantakan membuka matanya. Wajahnya sangat sayu dan kucel. Bahkan iler sudah membentuk dari sudut bibirnya yang tertidur dengan mulut terbuka.Sarah menguap lebar dan merenggangkan tangannya ke atas. Matanya mulai terbuka perlahan. Dan otaknya dengan perlahan mengumpulkan nyawanya yang berceceran. Tangan Sarah bergerak ke sudut bibirnya. Kemudian mengelap air liurnya.Setelah selesai merenggangkan tubuhnya. Dan merasakan kesadaran yang mulai kembali. Sarah segera dilanda pusing. Efek tadi malam yang tidak bisa mengontrol dirinya saat memin

    Last Updated : 2023-12-22
  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 8. Dress Merah

    "Tidurlah denganku."Itu sebenarnya hanya kalimat acak yang Zerkin plih untuk menggoda wanita di depannya. Namun tak Zerkin sangka, respon wanita itu akan sebrutal sekarang. Maksud Zerkin adalah, Diana menamparnya. Sungguh keras hingga suara tamparan itu berdengung dalam kamar yang mereka huni. Wajah Zerkin pun sampai menoleh ke samping. Sial, ini perih."Kau pikir aku apa?!"Dan kemudian, belum cukup dengan tamparan itu. Diana membentak Zerkin dengan amarah yang menggebu-gebu. Wajah Diana memerah, menahan marah juga tangis."Dasar lelaki m*sum!" teriak Diana kembali.Kini dirinya dengan brutal memukul dada Zerkin. Sekuat tenaga disertai lontaran hinaan untuk Zerkin."He-hei tenang! aku hanya bercanda!"Namun Diana seperti tak mendengar kalimat itu. Dirinya tetap terus memukul dada Zerkin. Hingga Zerkin bergerak mundur untuk menghindari tangan Diana yang tanpa henti pada tubuhnya. Namun sayang, dirinya justru tersandung hingga terjatuh dan membuat Diana terduduk di atas tubuhnya."Dasa

    Last Updated : 2023-12-23
  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 9. Malam yang Dingin

    "Gila, banyak banget cupangnya!"Setelah menjelaskan semua hal yang terjadi kepada Sarah, wanita itu bukannya merasa bersalah karena telah membiarkan sahabatnya hampir saja diperk*sa. Dia justru nampak berbinar dan antusias melihat semua bekas gigitan yang memerah pada leher Diana. "Diem, deh!" Diana memberenggut sebal.Sarah justru tertawa. Wanita itu kemudian menatap kembali ke arah Diana yang menatapnya sebal. Kemudian Sarah menaikkan satu alisnya, "Ganteng nggak?""Apanya?!" balas Diana menghindari jawaban."Dih, ya mukanya lah!"Diana diam. Tak berniat untuk menjawab. "Woi! Gimana? Ganteng nggak?!" tanya Sarah lagi.Diana berdecak sebal, "Dikit!" tak ingin mengakui ketampanan dari pria menyebalkan itu.Dan dengan segera ingatan Diana kembali di saat dirinya tanpa sengaja mengagumi paras pria itu. Bagaimana dirinya yang membeku sesaat. Bagaimana wajahnya saat berada di atas Diana. Dan bagaimana tubuh kekar itu mengungkungnya di antara pintu.Diana dengan segera menutupi wajahnya

    Last Updated : 2023-12-23
  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 10. Pergerakan

    Edwin mengeryitkan dahinya kala mendengar suara alarm yang menganggu tidurnya. Dengan refleks tangan itu mencari sumber suara. Meraba meja yang berada di samping ranjang dan mengambil ponsel miliknya.Segera ia mematikan alarm. Kemudian melihat jam yang berada di ponsel. Pukul 7 pagi.Tangan itu meletakkan kembali ponsel pada posisi semula. Kemudian dirinya menggosok matanya perlahan. Berusaha menghilangkan kantuk dan mengumpulkan nyawanya yang belum sepenuhnya terkumpul.Saat merasakan adanya sesuatu yang memeluk perutnya, mata Edwin berpaling pada samping ranjang. Dan dia menemukan seseorang yang selama dua tahun ini telah menghabiskan malam panjang bersamanya.Marley Anabelly.Wanita cantik berumur 27 tahun dengan status yang masih lajang. Sangat berbeda dengan Edwin yang sudah memiliki istri. Umur mereka hanya terpaut satu tahun saja.Marley adalah cinta pertama Edwin semasa SMA nya. Mereka telah berpacaran kurang lebih empat tahun. Hingga sampai semester dua perkuliahan Edwin, hu

    Last Updated : 2023-12-24
  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 11. Pertemuan tak Terduga

    Semilir angin musim panas tak dapat meredakan rasa dingin yang menimpa Diana. Gugup menyebar membuat jari Diana saling gemetar. Lamarannya diterima. Dan sekarang Diana sedang berdiri di depan perusahaan tempat di mana suaminya bekerja untuk melakukan proses Interview.Diana sebelumnya dengan percaya diri mengatakan akan diterima. Namun saat sudah berada disini, nyali Diana kemarin entah menguap kemana. Perusahaan ini sangat besar. Terdiri dari 40 lantai. Dan terlihat banyak orang yang berlalu lalang meggunakan pakaian formal yang tampak berkelas. Wajah mereka saja seperti manusia cerdas.Diana memang sebelumnya adalah lulusan Cumlaude pada Universitas nomor satu di Jakarta progam studi Akuntansi. Dirinya bekerja hanya satu tahun kemudian menikah dengan Edwin. Diana takut pengalamannya yang kurang akan membuatnya gagal."Ya Tuhan, permudahkanlah urusan hamba." Doa Diana sebelum dengan perlahan melangkah masuk ke dalam gerbang. ***"Terima kasih, Mrs. Diana. Saya akan mengirimkan hasil

    Last Updated : 2023-12-25
  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 12. Pertengkaran

    "Kamu nginep lagi, 'kan?" Marley bertanya kepada Edwin saat keduanya dalam perjalanan pulang. "Enggak bisa. Aku udah tiga hari nggak pulang." balas Edwin sembari masih fokus pada jalan raya di depannya. Mendengar balasan yang tidak sesuai keinginan Marley, ia mendengus sebal. "Nginep satu hari lagi emang nggak bisa?" bujuknya lagi. Edwin menekan rem saat mereka sampai pada depan Apartemen milik Marley. Lelaki itu kemudian memandang Marley yang saat ini sedang dalam mode marahnya. "Besok lagi, ya." tenangnya sembari mengelus kepada Marley. "Makanya cepat cerai." Mendengar itu Edwin sejenak menghentikan belain pada rambut Marley. Marley yang merasakan adanya perubahan pada raut wajah Edwin ikut memincingkan matanya curiga. "Kenapa?" tanyanya menuntut. "Aku janji secepatnya." Bibir Marley mencibir singkat. Ia melepaskan seatbelt miliknya sembari menggerutu. "Secepatnya, secepatnya. Dari dua tahun lalu juga bilangnya gitu." Setelah itu, Marley keluar dari mobil Edwin dengan mem

    Last Updated : 2023-12-26
  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 13. Gosip

    Pagi harinya setelah menyiapkan sarapan untuk Edwin dan keperluan untuk berangkat kerja, Diana dengan segera memanggil Sarah untuk memberitahukan perihal berita bahagianya."Hah? Beneran?! Kamu di terima jadi staff akuntan di ASP?!"Suara Sarah menggelegar walau hanya melalui telefon. Membuat Diana harus menjauhkan ponsel miliknya dari kuping agar gendang telinganya tak rusak. Sembari membereskan sarapan yang telah Edwin makan, Diana menjawab, "Aku pun terkejut. Padahal aku hanya mempunyai pengalaman satu tahun saja," "Ini pasti atas kehendak Tuhan. Dia lelah menyaksikan kamu yang tidak melakukan apapun melihat suamimu berselingkuh." Diana tertawa kecil mendengar itu. "Jadi, kapan kamu mulai bekerja?" tanya Sarah. "Besok." "Oh, besok ...," "Hah, besok??!" Suara Sarah kembali melengking keras. Membuat Diana harus menjauhkan ponselnya kembali. "Cepat sekali??!" tanya Sarah tak percaya. Diana kembali mendekatkan ponsel itu pada telinganya, "Entahlah. Mereka sepertinya membutuhka

    Last Updated : 2023-12-27
  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 14. Senang bertemu kembali, Diana

    Hari yang telah di tunggu Diana akhirnya tiba. Wanita itu sekarang sedang berdiri di depan cermin dan menatap penampilanmnya. Memastikan bahwa pakaiannya layak untuk hari pertama bekerja. Ia memakai pakaian yang hampir sama dengan pakaian yang ia kenakan saat interview. Yaitu kemeja berwarna putih dengan rok sepan serta blazer. Namun kali ini bukan blazer warna hitam, Diana memilih warna abu-abu. Rambut Diana sendiri ia ikat rendah daripada tergerai. Menampilkan kesan rapi dan juga elegan.Diana menatap Edwin yang saat ini sedang memakai sepatunya. "Mas, aku berangkat bareng kamu, ya?" tanya Diana. "Berangkat sendiri aja pake taksi. Aku nggak mau hari pertama kamu kerja jadi bahan gosip." tolak Edwin tanpa menatap ke arah Diana. Diana memaksakan senyum, "B-baiklah kalau begitu." Edwin berdiri dan segera mengambil tas kerjanya. Seperti biasa tanpa menoleh ke arah Diana, ia segera pergi meninggalkannya. Tanpa sepatah katapun."Hati-hati." lirih Diana pelan. *** Setelah sampai pada

    Last Updated : 2023-12-27

Latest chapter

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 68. Ciuman Marley

    Jika kalian pikir dengan semua ancaman Edwin, Marley akan menyerah, kalian semua salah. Setelah dicekik, hampir tertabrak mobil, dan semua kata penuh nada amarah yang telah Edwin lontarkan, Marley masih tetap berani. Jika bertanya apa alasannya, Marley akan dengan keras mengucapkan bahwa dia mencintai Edwin. Dia tidak rela jika Edwin tiba-tiba lepas darinya tanpa alasan yang jelas. Dan Marley tetap yakin bahwa ... bahwa Edwin akan kembali kepadanya. Pasti. "Minumnya, Nona?" Suara seseorang membuyarkan lamunan Marley. Marley segera mengalihkan pandangan yang tadinya terfokus pada Edwin ke seseorang yang berpakaian seperti pelayan. Memegang nampan berisi berbagai alkohol yang ia bawa berkeliling dan ditawarkan pada semua tamu. Marley mengambil satu gelas tanpa mengatakan apapun. Kemudian kembali memandang Edwin sembari meminum minuman itu. Malam ini adalah malam kedua mereka di Bali. Dan saat ini, Marley serta Edwin sedang menghadiri pesta perayaan atas suksesnya pembangunan resort

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 67. Apa aku seorang j*lang?

    Sekarang sudah waktunya pulang bekerja. Dan Kalyani benar-benar merasa takjub, kagum, dan tidak percaya dengan apa yang dirinya alami. Karena, semua orang divisi keuangan benar-benar diam membisu! Dari awal Kalyani kembali dari restoran itu, hingga pulang bekerja, mereka benar-benar diam tidak berbicara. Dan sekarang pun, saat membereskan meja dan barang-barang yang akan mereka bawa pulang, situasi masih sama. Merasa terlalu pusing memikirkan hal aneh itu, Kalyani segera membereskan barang-barang miliknya. Sesudah selesai, dirinya segera berjalan ke arah meja Diaa. "Kak Diana ngerasa aneh nggak si?" tanya Kalyani ketika sampai di samping Diana. Menunggu wanita itu membereskan barang-barangnya. Diana menghentikan kegiatannya dan memandang Kalyani bingung. "Aneh kenapa?" "Aku merasa, bukankah divisi kita terlalu sepi, 'Kak? Mereka benar-benar diam dan tidak menggosip seperti biasanya." Kalyani menerangkan pada Diana yang tampak tidak peka dengan keadaan sekitar. Mendengar itu, Dian

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 66. Rencana Jahat

    Kalyani merasa makanan yang baru saja masuk di perutnya adalah makanan paling enak. Bumbunya begitu terasa pas dan daging itu begitu lembut ketika menyentuh lidah Kalyani. Kalyani akan menambahkan restoran tersebut sebagai restoran favoritnya. Kalyani dan Diana sekarang sedang berjalan kembali ke divisi mereka. Dan seperti hari-hari biasa, karena kalyani berjalan bersama Diana, maka dari itu gosip tidak pernah lepas saat mereka melewati pegawai lain. Namun kali ini Kalyani bisa merasakan tatapa mereka yang menyimpan rasa tidak suka pada Diana. Bahkan mereka dengan terang-terangan melirik sinis Diana. Kalyani dengan segera menggandeng tangan Diana. Membuat Diana menoleh ke arahnya. Dan Kalyani memberikan senyum lebar. Seakan mengisyaratkan, "Aku ada di sini, Kak. Kakak tenang saja." Akhirnya setelah perjalanan horor penuh mata sinis, mereka sampai juga di divisi keuangan. Namun berbeda dengan divisi lain, divisi mereka justru sangat ... sunyi. Diana sepertinya tidak menyadarinya.

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 65. Teka-teki

    Kalyani dan Diana akhirnya sampai pada restoran yang Kalyani katakan menjual kelinci bakar dengan rasa sedap. Segera setelah mereka memesan, mereka memilih tempat duduk di pinggir jendela. Hingga dapat melihat pemandangan padatnya ibu kota dengan orang yang berlalu-lalang. "Maafkan aku karena melibatkanmu, Kalyani." Diana merasa bersalah ketika wanita itu selalu terseret dalam masalahnya. Namun Kalyani sepertinya tidak masalah. Dia justru tersenyum lebar ke arah Diana. "Tidak masalah, Kak. Aku senang bisa membantumu. Karena kau tahu, aku tidak memiliki teman selain Kak Aria." Walau Kalyani mengatakan itu, tetap saja Diana merasa tidak enak. Andai Zerkin sudah tidak mengejarnya lagi. Andai Diana bisa hidup tenang selama ia bekerja. Diana hanya menginginkan itu. Sekarang, Edwin sudah berubah. Rasanya Diana sangat senang. Namun ketika masalah satu selesai, masalah lain justru datang. Suara dering ponsel milik Diana terdengar. Menandakan adanya pesan masuk. Segera Diana mengambil ben

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 64. Aku lelah, Zerkin

    "Terima kasih atas kerjasamanya, Mr. Edwin dan Mrs. Marley. Saya pamit undur diri." Klien yang baru saja Edwan dan Marley temui, Mr. Adipta memberikan ulasan senyum pada keduanya. "Terima kasih juga, Mr. Adipta." Edwan membalas kembali senyum untuk menghormati Mr Adipta. Marley yang berada di sampingnya juga memberikan hal yang sama. Mengulas senyum sopan walau di dalam hatinya masih mengingat momen di mana ia hampir saja terlindas oleh mobil. Mr. Adipta memandang mereka berdua. Kemudian memberikan pertanyaan yang membuat Marley menyunggingkan senyum lebar. "Apakah kalian sepasang kekasih?" tanyanya. Namun segera, Edwan bersuara dengan suara yang tidak suka. "Saya sudah memiliki Istri, Sir. Dan dia bukan orang yang berada di sebelah saya." Mr. Adipta segera merasa tidak enak ketika melihat senyum lawan bicaranya sudah hilang. Segera dirinya meminta maaf. "Ah, maafkan aku, Mr. Edwin." Edwan berusaha memaksakan senyum. Teringat bahwa orang di depannya adalah klien penting. "Tidak m

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 63. Ambil Setelah Aku Cicipi dan Buang

    Maya dan ketiga teman divisinya segera berlari terbirit-birit dari ruangan horor itu. Terlebih setelah di bentak oleh Zerkin, orang yang notabenya jarang menaikkan volume. CEO mereka itu lebih banyak berkata datar. Saat keluar, segera mereka berempat menjadi pusat perhatian. Karena entah sejak kapan, devisi di depan ruangan Oliver manjadi sangat banyak orang. Maya dapat melihat Rebecca yang melakukan copy data di printer pojok. Padahal ruangan dia ada printer tersendiri. Kemudian ada 2 orang OB. Yang satu menyapu hingga lantai sangat mengkilap. Satunya menggosok jendela yang tidak kotor. Banyak juga karyawan yang membereskan dokumen padahal dokumen itu sudah sangat rapi hingga warnanya pun di samakan. Astaga, tidak bisakah mereka lebih pintar berakting? Maya segera melihat kumpulan wanita yang berpura-pura mendiskusikan pekerjaan melambai kepadanya. Menyuruhnya mendekat. Karena tahu mereka pasti penasaran. Maya yang selalu senang menggosip dengan segera mendekati mereka. Diikuti deng

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 62. Jangan Berani Merebut Milikku

    Mimpi indah Rebecca seketika sirna ketika mendengar pintu yang di banting dengan keras. Dirinya sampai terjatuh dari kursi karena terlalu kaget. Mimpi indahnya pun buyar. Padahal dia sedikit lagi akan melakukan malam pertama dengan Oliver setelah dipilih Oliver menjadi permasuirinya. Dengan tertatih-tatih Rebecca berdiri dari jatuhnya. Wanita itu memandang punggung mantan ( sekarang masih tapi Rebecca tahu tidak ada harapan) CEO idamannya yang mulai menjauh. Walau dari belakang, Rebecca bisa melihat semarah apa atasannya itu. Dengan susah payah Rebecca melelan air liur. 'Ada apa dengan CEO tampan itu?! Mengapa dia seperti hendak membunuh orang?!' *** Mata Zerkin menggelap. Tangannya terkepal erat dengan seluruh amarah yang tertahan. Kakinya dengan langkah cepat menuju orang yang membuat pikirannya terasa panas, terasa tidak terima, dan terasa dendam. Mengapa Oliver bisa mengenal Diana? Apakah lelaki itu juga mengincar Diana? Apakah dia ... ingin merebut miliknya? Zerkin mengaba

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 61. Akar Dari Semua Gosip

    Kalyani menggeram marah ketika semua teman satu divisi miliknya membicarakan Diana dengan buruk. Namun walau rasanya ingin menarik lidah mereka semua, Kalyani mengurungkan niat itu. Dirinya bisa-bisa dikeroyok. Jadi Kalyani hanya bisa menahan amarah serta mendoakan mereka semua terkena sariawan di lidah. Biar mampus dan tidak gosip lagi! Hal yang menjadi topik gosip mereka akhirnya datang. Mata Kalyani seketika menatap Diana sama seperti mereka semua. Anehnya, ketika devisi lain saat ada Diana tetap membicarakan dia dengan suara besar dan keras, devisi mereka mulai diam. Kemudian melakukan kegiatan masing-masing. Kalyani sampai ternganga melihat mereka.Kalyani segera menghampiri Diana. Terlebih, melihat penampilan Diana yang menurut Kalyani aneh. "Kak Diana, ada apa dengan pakaian kakak?" tanyanya setelah sampai di hadapan Diana.Diana menaruh tas kerja miliknya dan kemudian duduk di kursi. "Bajuku basah. Dan jadi menerawang."Kalyani memandang jas yang menutupi tubuh Diana. Kalyani

  • Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku   Bab 60. Jas Milik Oliver

    Diana tidak tuli. Dirinya mendengar semua hal buruk yang mereka katakan. Namun apa yang harus Diana lakukan? Dia tidak bisa melakukan apapun. Karena memang nyatanya, seperti yang mereka gosipkan.Diana memang menerima cincin dari Zerkin. Itu kebenarannya. Bahkan cincin itu masih bersarang indah di jari manis miliknya. Tanpa suaminya tahu.Namun mereka tidak mengerti alasan mengapa Diana menerima cincin itu. Yang mereka katakan memang benar, Diana berangkat bersama Zerkin Nicasion di saat Diana sudah bersuami.Namun mereka tidak mengerti alasan Diana melakukan itu.Tapi Diana tidak bisa menjelaskan kepada mereka. Apapun yang keluar dari mulut Diana hanya seperti pembelaan saja. Mereka tuli.Jadi daripada Diana berbusa menjelaskan hal yang mereka tidak percayai. Diana memilih diam. Menunggu sampai mereka bosan dan melupakan tentang hal mengenai kehidupan Diana.Diana terus menunduk sepanjang jalan menuju divisi miliknya. Namun karena itu, dirinya tidak sengaja menabrak seseorang. Membu

DMCA.com Protection Status