Share

BAB 64 Tawanan Hati

Penulis: Liliput
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ke mana Aliesha, kenapa tidak ikut makan malam?" Kakeknya bertanya pada Benedict yang terlihat sendirian saat di meja makan.

Semua cucu-cucu dan anaknya hadir di meja panjang itu, seperti malam-malam sebelumnya.

Keluarga mereka memiliki tradisi untuk makan malam bersama di akhir pekan.

Noah yang duduk di ujung meja hanya bisa makan dengan setenang mungkin. Dia tak menunjukkan eskpresi apa-apa. Sang kakek sempat melirik namun akhirnya pura-pura bertanya pada kedua anaknya, Papa Noah dan Benedict.

"Are you okay?" Ricky yang selalu duduk bersebelahan memastikan keadaan Noah baik-baik saja.

Dia mengangguk.

Tak lama kemudian, sosok yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba.

Semua mata tertuju pada Aliesha yang tampil menawan dengan balutan baju berwarna putih. Benedict membukakan kursi untuknya dan menatakannya kembali saat dia duduk.

"Terima kasih." Ucap Aliesha lirih.

Hati Noah seperti terkena goresan pisau. Menyaksikan Aliesha bergabung di meja makan namun duduk di samping sepupuny
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 65 Butuh Cinta

    Akankah selamanya hari mendung seperti beberapa hari sebelumnya? Warna langit yang ditunggunya sejak tadi tak kunjung beruhah."Ambilkan aku cokelat hangat, Aliesha!" Setelah bekerja di kamar menggunakan laptop kantor, Ben menyuruh istrinya untuk menyiapkan minuman favoritnya.Wanita berleher jenjang itu bangkit dari tempat duduknya di dekat jendela lalu berangsur keluar kamar.Tatapannya masih sayu karena sudah hampir tiga hari dia tak berkunjung ke rumah. Aliesha tak berani meminta izin pada suaminya karena terang-terangan Ben melarang untuk pulang ke rumahnya."Ini." Sekitar sepuluh menit kemudian, barulah Aliesha kembali ke kamar tidurnya membawa satu mug cokelat panas yang dibawanya dari dapur."Panas sekali! Aku minta cokelat hangat. Kenapa kamu bawa saat masih panas begini?" Suara keluhan itu hampir dia dengar setiap hari.Bayangan tentang romantisnya rumah tangga yang akan mereka bina nampaknya tak akan menjadi nyata.Menyesal? Tentu saja Aliesha merasakannya. Tapi, dia tak pu

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 66 Cinta Beku

    Nama yang terucap bukanlah namanya. Benedict belum mengantuk, jadi dia bisa yakin kalau nama yang dingengungkan oleh Aliesha adalah nama sepupunya.Ben serta merta menjauhi tubuh Aliesha, merasa telah dibohongi oleh wanita yang telah mencuri hatinya."Noah..." Tangan Aliesha mencari-cari lengan yang tadinya menghangatkan tubuhnya.Entah sekarang sudah berada di mana. Tempat di sebelahnya kosong dan terasa dingin.Rupanya Ben keluar dari kamarnya lalu bertemu tak sengaja dengan Noah yang baru saja sampai dari bandara.Tangannya masih membawa koper dan jaket terselip di lengan kanannya."Kenapa pulang jam segini?" Diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan waktu lewat jam 12 malam."Delay." Itu saja jawaban Noah dan terus melangkah dengan kopernya."Jangan tidur dulu, aku mau bicara!"Semenjak Ben menjalankan misi mendekati Aliesha, kedekatan persaudaraan mereka telah lenyap. Dulu sebelum ini, keduanya seper

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 67 Kejutan untuk Aliesha

    "Mengapa Kakek membawa mereka ke sini?"Tentu Noah merasa janggal dengan apa yang dilakukan kakeknya terhadap dua bayi yang masih tak punya dosa itu."Aku hanya ingin membuat Aliesha betah berada di sini. Jadi, aku mengambil mereka. Ini yang membuat Aliesha merasa sedih terus dan terlihat murung setiap kali dia kembali dari menjenguk keluarganya." Kata Kakeknya penuh dengan kebajikan.Apa iya? Noah masih meragukan apa yang sebenarnya ada dalam benak lelaki tua itu."Dan kamu tahu, anak-anak ini sangat nakal. Seharian mereka hanya menangis dan minum susu. Hehehe... aku ingat waktu kamu kecil dulu. Nakalnya juga seperti ini." Ucapnya lalu meninggalkan Noah sendirian dengan mereka.Jangan-jangan kakeknya tahu soal anak ini...Tangis mereka pecah lagi. Sepertinya mereka lapar?Babysitter segera menyiapkan satu botol susu untuk mereka masing-masing. Tak lama kemudian tangisnya terhenti.Noah memandangi keduanya yang sekarang s

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 68 Still Love You

    Pengakuan Noah membuat Aliesha tak mampu berkata-kata. Apa maksudnya dia mengatakan hal itu pada saat siatuasinya sudah seperti ini. Aliesha jelas tak mungkin lagi bisa dia miliki. Harusnya Noah sadar dengan hal itu. Pengakuan yang mengejutkan dirinya. Kalau tidak digenggamnya dengan erat, anaknya yang digendong bisa saja terjatuh. "Noah, aku... Kupikir apa yang dikatakan Kakek adalah hal yang terbaik untukmu. Sudah saatnya kamu mencari pendamping dan menata hidupmu." Itu saja yang sekarang bisa Aliesha katakan pada lelaki muda di sampingnya. "Jadi, kamu setuju kalau aku menjalin hubungan dengan keluarga relasi Kakekku?" Noah mendekat pada Aliesha. Sekarang dia sudah meletakkan bayinya ke ranjang. Tak tahu apakah kalimat yang diucapkan Aliesha sudah cukup jelas atau belum sebenarnya. Hatinya sudah menutup pintu dari Noah. "Kalau aku tidak setuju, memangnya apa kamu akan menurutiku? Menurutku itu hal yang sia-sia, Noah. Aku sudah tidak ada kaitannya dengan kamu lagi." Kata Aliesh

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 69 Digantung!

    "Aliesha! Kamu tidak apa-apa?" Noah cepat berlari membantu Aliesha untuk mengumpulkan pecahan-pecahan gelas yang berserakan.Karena tergesa-gesa, salah satu pecahan kecil itu mengenai jari telunjuknya. Kulitnya terkelupas dan mengeluarkan darah.Untuk menghentikan tetesan darah yang tak kunjung berhenti, Noah menarik tangannya lalu memasukkannya ke dalam mulut."No-ah?" Aliesha tak kuasa menahan sakit di jarinya."Diamlah dulu!" Noah berusaha untuk menghentikan darah itu."Sakiiit..." Aliesha memandangi jarinya yang kini masih di mulut Noah.Kedua pasang mata itu saling menatap satu sama lain. Seolah saling berbicara dengan kata-kata tak berbunyi yang mereka sendiri pahami. Aliesha terlihat menahan air matanya."Noah, berhentilah..." Ricky menyuruhnya untuk melepaskan jari itu. Jarak antara mereka berdua terlalu dekat layaknya sepasang kekasih yang terjerat magnet dan Ricky merasa kurang nyaman melihar keduanya seintim itu."Noah, lepaskan jari Aliesha sekarang juga!" Nada bicaranya

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 70 Misteri Passcode

    Tak terasa sudah menjelang malam hari namun suaminya tak juga kunjung kembali.Ke mana perginya Benedict setelah senja tadi berpamitan untuk keluar sebentar? Nyatanya dia sudah pergi lebih dari enam jam."Suamimu belum kembali juga?" Kakeknya bertanya pada Aliesha yang sibuk menata gambar untuk pekerjaan besok.Sinar wajahnya meredup. Hatinya gelisah seolah-olah dia sedang menahan sesuatu."Belum, Kek. Katanya tadi keluar ada perlu." Seru Aliesha masih berkutat dengan kertas-kertas rencana desainnya. Sesekali dia mengecek apakah letak stop kontak dalam rancangannya sudah benar-benar sesuai dengan kondisi real di rumah apa belum."Katakan padanya untuk segera pulang. Aku mau bicara dengannya." Kakeknya berlalu menuju ke ruang kerjanya di dekat ruang makan."Baik, Kek. Akan segera saya kabari dia." Aliesha memainkan jemarinya untuk mengirimkan pesan pada suaminya setelah dua kali menelpon tak juga ada jawaban."Ke mana dia malam-malam begini?" Aliesha bergumam sendirian. Sulit sekali me

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 71 Obat Rindu

    "Aku tidak perlu tahu soal hal itu. Cukup beri tahu passcode saja sudah cukup." Aliesha berhasil membuka layar yang terkunci.Lalu dia pun mengambil gambar beberapa buah meliputi tampak sisi kanan, kiri dan beberapa detail yang penting. Dia juga membubuhkan catatan ukuran serta beberapa point lain untuk mempermudah dirinya menerapkan desainnya."Sudah selesai. Terima kasih, Noah." Dia mengembalikan ponsel itu pada sang pemilik.Sempat tangan mereka tak sengaja bersentuhan.Pikiran Noah sudah tak bisa dia ajak kompromi lagi. Sejuta mantra dia ucapkan agar jangan sampai dia melakukan hal bodoh pada Aliesha.Tetap saja tangan dan kakinya tak berakal. Keduanya melesat cepat menangkap tubuh Aliesha dan menutup pintu kamar rapat-rapat."Aku tak tahan lama-lama begini, Aliesha. Aku menyiksa diriku sendiri. Sekarang, cepatlah...pergi dari sini." Noah merangkul tubuh wanita itu dari belakang dan membisikkan kata-katanya pada telinga Aliesha."Pergi dari sini. Aku tidak bisa mengontrol diriku k

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 72 Bertemu Cucu

    Lelaki paruh baya itu menoleh ke kanan kirinya.Yang dia lihat bukan pemandangan biasa. Ini adalah istana. Seperti rumah yang dulu pernah ia banggakan. Tapi ukurannya jauh berkali lipat lebih besar lagi."Ini rumah siapa, Noah?" Tanyanya pada Noah yang telah mengantarkannya ke sini."Ayah?!"Baru saat Aliesha mendekatinya, dia baru sadar kira-kira rumah siapa ini."Aliesha, aku tadi bertemu Noah lalu dia mengatakan akan mengantarkanku ke tempatmu." Ayahnya menjelaskan."Noah, kenapa kamu bawa Ayahku ke sini?" Aliesha tentu saja marah karena kalau Ayahnya tahu di mana dia tinggal, pasti akan marah luar biasa.Kakek Noah adalah musuh bebuyutannya."Apa salahnya? Dia kangen sama kamu dan aku tadi menemukannya di tengah jalan raya berjalan sendirian." Kata Noah menjelaskan keadaan yang sebenarnya. "Apa kamu pikir aku tega sama orang tua dan membiarkannya sendirian?"Aliesha terdiam dan masih memegangi lengan ayahnya."Siapa yang Noah maksud?" Tuan Martin bertanya. Dia masih linglung."Bu

Bab terbaru

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 163 Menerimamu Lagi

    Beberapa tahun kemudian..."Aku sungguh bangga kepadamu!" Kakek menepuk pundak cucu kebanggaannya yang telah berhasil membuat perusahaannya menjadi semakin besar dan sukses hingga ke kancah internasional."Terima kasih, Kakek. Ini semua tak lepas dari bantuan Kakek serta Ricky juga." Ucap Noah sambil menepuk bahu sepupunya.Keduanya memang diberikan mandat untuk memegang perusahaan milik McLaren yang tak main-main asetnya kini."Sama-sama..." Ricky nampak tersenyum dan rupanya di sebelahnya sudah ada seorang wanita cantik bertubuh seksi yang menggamit lengannya."Apalagi sejak ada Cassandra, kamu semakin bersemangat bekerja, Ricky. Tidak sia-sia perjuanganku menjodohkanmu dengan dia..." Kakeknya tertawa."Kakek, terima kasih sudah memperkenalkan saya pada Ricky. Dia adalah lelaki terbaik dan sempurna yang pernah saya ketahui..." Cassandra mengucapkannya dengan tulus.Sedangkan Noah masiih nampak diam tak bereaksi saat orang di sekelilingnya menikmati perbicangan. Sudah hampir tiga tah

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 162 Sebuah Syarat

    Masih dengan mulut yang terkunci rapat, Tuan Martin tak bisa merespon."Apa katamu?" Itu saja kalimat yang bisa dia katakan saat tahu Noah meminta maaf padanya.Dosanya terlalu banyak, dia harus memastikan Noah meminta maaf dalam hal apa dulu ini."Iya, saya minta maaf telah menuduh Om Martin sebagai penyebab Ben celaka dalam kematiannya itu. Saya mewakili keluarga meminta maaf yang sebesar-besarnya..." Kata Noah sambil menundukkan kepala.Tuan Martin mengamati pemuda itu. Tak ada unsur yang dibuat-buat apa lagi pura-pura. Dia terlihat sangat serius dan tidak main-main.Ini di luar ekspektasinya, jelas tak mungkin seorang searogan dan sesombong Noah mau merendahkan diri untuk meminta maaf."Aku sudah tak bisa percaya apapun yang keluar dari mulutmu, McLaren!" Bentak Tuan Martin.Anehnya, Noah tak bereaksi frontal meski Tuan Martin sudah memancing amarahnya dan bahkan menghina perilakunya saat meminta maaf begitu."Apa yang harus aku lakukan sehingga Om Martin mempercayaiku?" Noah namp

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 161 Berdamai

    Noah mendengarkan apa yang dijelaskan oleh pihak kepolisian dengan seksama. Rasanya seperti tak percaya saja dengan apa yang mereka jelaskan.Betapa dia selama ini telah merasa bersalah karena meminjam mobil sepupunya itu sementara mobilnya dikenakan oleh Ben."Tidak ada hal yang mencurigakan selain memang proses perbaikan yang belum selesai." Kata polisi itu mengulangi penjelasannya."Lalu, apa sepupu saya tahu soal mobil yang belum selesai itu?" Noah masih penasaran. "Kata pihak bengkel mobil yang menjalankan pembenahan terhadap mobil itu, korban sudah diberi tahu soal pekerjaan yang belum selesai tapi tetap saja katanya ingin dipakai secepatnya dan dia tak bisa menunggu lebih lama lagi." Jawab polisi itu.Tuan Martin dan Noah saling berpandangan karena merasa saling tuduh satu sama lain. Mertua Ben itu masih mengira kalau Noah sengaja menjebak Ben dengan membiarkan mobil yang masih setengah selesai dikerjakan itu agar dikemudikan oleh menantunya.Padahal jelas-jelas hal itu memba

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 160 Fakta Lain

    "Noah, apa yang terjadi?" Aliesha bertanya sambil merangkul sosok di depannya itu.Tangannya gemetar karena membayangkan hal yang tak diinginkan."Cepat jaga Nona Aliesha!" Noah mendengar suara beberapa orang yang berlarian di lantai dua namun dia belum berani membuka pintu."Nona Aliesha, ini kami. Jangan keluar dulu karena di luar masih berbahaya." Rupanya itu adalah pengawal ayahnya."Apa yang terjadi?" Noah bertanya dari balik pintu namun masih menjaga jarak agar tak langsung berada di depan pintu. Khawatir kalau-kalau terjadi hal yang tidak diinginkan."Orang yang dulu disuruh menembak mobilmu, Noah, dia membalas akan menembak Tuan Martin. Tapi beruntunglah tembakan itu meleset dan dia sudah ditembak di tempat oleh pengawal lain..." Jelasnya."Saat kami berdua naik ke atas tadi, dia memang akan melarikan diri ke sini, jadi kami berinisiatif untuk mengamankan Nona Aliesha..." Jawab yang lain."Baik, terima kasih. Kami baik-baik saja. Tolong jaga kami selagi... kami masih di dalam

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 159 Teror di Hari Bahagia

    "Kesalah pahaman bagaimana?" Noah mulai terlihat menegang. Dia tak yakin akan siap dengan apa yang akan dia dengar nanti."Saat itu seingatku memang Tuan Martin sudah mengincarmu..." Bi Lastri masih menunggu reaksi Noah.Jika dia rasa nanti Noah akan bereaksi hiper, maka Bi Lastri akan berhenti bercerita."Mengincar?" Noah bertanya namun terlihat kalau dia masih ingin mendengarkan cerita selanjutnya."Setidaknya itu yang bisa aku ceritakan padamu sekarang..." Bi Lastri masih belum mau menceritakan lebih lanjut.Sepertinya memang ada hal yang masih dia tutup-tutupi. Dia ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya."Kumohon ceritakan saja sekarang, Bi. Aku tidak yakin apakah setelah ini kita memiliki waktu atau tidak untuk bertemu." Noah sengaaj menakuti Bi Lastri agar dia memang membuka semua yang ia tahu saat ini juga."Apa maksudmu? Apa setelah ini kamu mau pergi dari sini?" Bi Lastri tentu terkejut."Iya..."Langit yang tadi gelap kini sudah berubah lebih mencekam karena badai yang dira

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 158 Terbongkar

    Noah berjalan keluar dari kamar Aliesha.Pikirannya masih kalut dan berkabut. Antara diri dan nafsunya saling bertarung. Tak seharusnya di saat-saat berkabung begini dia mencari-cari kesempatan untuk mendekati adik iparnya itu."Noah, kamu belum tidur rupanya..." Bi Lastri tampak kaget ketika keluar dari kamar Tuan Martin dan bertemu dengan Noah yang juga baru saja keluar dari kamar Aliesha."Aku? Aku tidak mungkin tidur jam segini. Lagipula Aliesha sudah tertidur jadi aku pikir lebih baik aku keluar dan... sebenarnya aku ingin bicara denganmu!" Kata Noah.Bi Lastri langsung meletakkan telunjuknya di antara dua bibirnya."Sebaiknya jangan di sini. Ayo, kita turun ke bawah saja!"Bi Lastri mengajaknya untuk segera mencari tempat yang lebih privat untuk bicara. Noah tentu saja menurut dan mengikutinya.Setelah mereka sampai di pavilion bawah, Bi Lastri memastikan tidak ada orang yang mengikuti mereka.Lalu dia membuka dan masuk ke dalamnya."Aku sebenarnya ingin mengatakan sesuatu!" Bi

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 157 Mengenangmu

    Setelah mendengar permintaan Aliesha untuk membiarkan Noah menemaninya di rumahnya, tentu saja Tuan Martin semakin meradang.Matanya melotot dan menunjuk-nunjuk anak perempuannya itu."Apa maumu? Kamu sudah memasukkan kembali racun dan duri ke dalam rumahku!" Tuan Martin tidak terima.Baginya kalau boleh memilih, hanya Benedict saja yang ia anggap sebagai menantu. Meski dia juga sama-sama berasal dari keluarga musuh bebuyutannya."Aku tidak salah dalam meminta, Ayah. Aku ingin Noah tinggal bersamaku di sini." Aliesha menyeret kopernya dan dibawanya masuk ke dalam dengan susah payah."Noah, kenapa kamu diam saja? Ikuti aku!" Noah hampir tak percaya dengan apa yang baru saja dia saksikan. Baru beberapa detik yang lalu Aliesha seolah menjadi singa yang kepalaran dan hampir mati dengan tak punya tenaga melawan.Kini, tiba-tiba mantan istrinya itu sudah menjelma seperti singa wanita yang pemberani dan siap melawan apapun yang menghadangnya.Noah melihat sekilas wajah Ayah Aliesha yang mas

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 156 Celah Rujuk

    Aliesha mengaitkan kedua lengannya dan melipatnya di depan dada.Ada rasa berat saat dirinya meninggalkan rumah ini sekarang. Dulu, dia bersikeras ingin segera pergi dari sini dan meneruskan hidupnya di rumah yang berhasil ia bangun dengan mimpinya sambil membesarkan usaha yang dia rintis.Kini, entah sejak kapan rasa memiliki itu mulai muncul.Rasanya berat saat Ben sudah tak ada lagi. Apakah dia masih bisa menyebut sebuah bangunan itu sebagai sebuah rumah? Rasanya tidak saat Ben tak ada lagi di dalamnya.Dan tempat terakhir yang Aliesha rasakan sebagai rumah adalah rumah Kakek, yang dirinya akhrinya terusir juga untuk pergi.Memang tak ada yang abadi di dunia ini.Aliesha tahu itu."Apa kamu baik-baik saja?" Suara Noah yang lagi-lagi membuatnya kembali menjejakkan angannya ke bumi.Wanita berbaju hoodie yang ukurannya oversize itu hanya mengangguk dan sorot matanya kosong.Saat ini, Noah juga sama-sama hancur tapi satu hal yang dia pegang yaitu kalimat Ben yang menitipkan Aliesha se

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 155 Pergi

    "Aku tidak mau tahu, suruh perempuan itu pergi dari ini!" Suara kakek menggelegar sehari setelah Ben dimakamkan.Tangannya sampai gemetaran saat mengucapkan hal itu pada pengawal dan beberapa orang pembantunya."Tapi, Tuan..." Itu kalimat yang ingin disampaikan oleh pembantu, tapi tetap saja dia tak berani berkata apa-apa karena majikannya lah yang menggaji setiap bulan.Untuk sementara dia harus berdiam diri dan tidak menyanggah apapun yang diperintahkan oleh sang majikan."Cepat kemasi barang-barangnya dan aku tidak mau melihatnya keluyuran di sini lagi!" Kakek semakin membabi buta dan marah sejadi-jadinya."Ba-baik Tuan, kami akan membawanya pergi dari sini.""Jangan sampai ada satu barangnya yang tertinggal. Aku tidak mau di rumahku bau keringat dan jejaknya tersisa di sini. Cepat lakukan!" Kakek bertitah dan kemudian masuk kembali ke ruang kerjanya untuk menyendiri.Baginya kehilangan Ben seperti kehilangan nyawanya sendiri. Seumur hidupnya, cucu yang satu ini teramat menurut dan

DMCA.com Protection Status