Saat itu Jona sedang di rumah sakit. Dia mengobrol dengan Bella yang rupanya harus berada di rumah sakit dua hari lagi. “Bell, nanti ketika sudah pulang, kita harus serius membicarakan nama untuk bayi kita yang baru lahir.” Jona memandang bayi yang baru lahir itu sedang dipeluk ibunya. “Iya, tapi aku sudah punya ide nama yang sempurna,” sahutnya antusias. Dia melupakan kejadian kemarin ketika Laura menemuinya. “Serius? Bagaimana dengan nama-nama yang pernah kita bicarakan sebelumnya?”“Aku pikir kita harus memberinya nama yang benar-benar unik, seperti "Bunga Matahari" atau "Bintang Malam".”“Eh, tunggu dulu. Kita harus memikirkan bagaimana nama itu akan terdengar saat dipanggil di sekolah atau nanti ketika dia dewasa.” Jona terdengar serius memberikan nama untuk anaknya tersebut. “Baiklah, kalau begitu bagaimana dengan "Sinar Mentari" atau "Pesona Bulan".”“Hmm, mungkin kita bisa menemukan nama yang lebih umum tapi tetap istimewa. Bagaimana dengan "Ariandra".”“Ariandra... itu te
Setelah ibu Bella keluar dari ruangan, dia terkejut mendapati Ronald di depan kamar Bella. Ekspresi wajahnya terlihat campur aduk antara terkejut dan sedih."Pak Ronald, apa yang Anda lakukan di sini?" tanya ibu Bella dengan heran.Ronald menatap ibu Bella dengan tatapan kosong. "Maafkan aku, tante. Saya hanya ingin menjenguk Bella baik-baik saja."Ibu Bella mengangguk mengerti, tetapi tetap terlihat khawatir. “Anda harus pergi, Pak Ronald. Bella butuh ketenangan.”"Apakah hubungan Pak Ronald dan Bu Laura baik baik saja?" tanya Bella pada Jona saat ibunya keluar. "Aku gak yakin soal itu. Tapi sepertinya mereka sedang ada masalah,” jawab Jona.“Tapi tetap saja kan. Apalagi Pak Ronald mengunjungiku kemarin. Aku nggak enak,” kata Bella. Jona terkejut karena Ronald rupanya sudah ke rumah sakit. Tapi kenapa?“Kupikir dia mau merebut anakku,” kata Bella. “Bella, mungkin kamu sedang terlalu emosional dan terbawa perasaan. Apakah kamu yakin Ronald benar-benar ingin merebut anakmu? Bisa ja
Ibu Ronald terkejut ketika tahu bahwa wanita yang ada di dalam foto itu adalah Bella yang tak lain adalah manajer Laura. Padahal ia pikir selama ini mereka berdua tidak terlalu dekat seperti itu.“Itu kesalahan dan terjadi sekali, ibu jangan berpikir yang bukan bukan. Aku nggak tau kalau dia akan hamil.”“Dan kamu yang menyuruh Jona untuk menikahi Bella?”“Ya, karena aku sudah punya Laura. Setidaknya aku udah bertanggungjawab kan?”“Tapi sekarang kamu malah ingin merebut anak itu. Kamu benar benar keterlaluan Ronald.”Ronald bisa saja merasa memiliki keterikatan emosional dengan anak itu karena hubungan masa lalunya dengan Bella. Namun, keputusan untuk merebut hak asuh anak tidak hanya tentang hubungan emosional, tetapi juga tentang kepentingan dan kebutuhan anak itu sendiri. Apakah Ronald yakin bahwa merebut hak asuh anak itu benar-benar yang terbaik untuk anak dan bukan hanya untuk memenuhi keinginannya sendiri?Menyadari bahwa merebut hak asuh anak bisa berdampak pada kehidupan an
“Aku hanya ingin melihat Bella dan anakku. “Laura pun marah mendengar hal itu. “tapi kau terlalu terobsesi dengan mereka, sampai-sampai kau lupa pada Zhe! Sekarang Zhe hilang karena kelalaiannya sendiri! Lagipula kamu juga sudah berubah. Kamu tidak menyayangi Zhe lagi! “Ronald bersikeras “Itu tidak benar, Laura. Aku menyayangi Zhe sama seperti aku mencintai anakku yang lain.” Padahal dia sendiri tak bisa mengerti dirinya sendiri.Laura menatap Ronald dengan tajam “Tapi tindakanmu membuktikan sebaliknya. Kau lebih memilih menghabiskan waktu dengan anak Bella daripada bersama Zhe!”Laura dan Ronald pergi ke kantor polisi bersama-sama setelah Zhe menghilang. Mereka duduk bersama di ruang tunggu, menunggu giliran untuk melaporkan kehilangan Zhe kepada polisi."Saya minta maaf, Laura. Saya tidak bermaksud menyalahkanmu," kata Ronald dengan suara lembut.Laura menatapnya, masih terlihat kesal. "Saya juga minta maaf, Ronald. Saya tahu Anda juga mencemaskan Zhe."Mereka saling bertatapan se
Keesokan paginya. Laura menemui Bella di kafe dekat rumah Bella. Bella masih belum tau apa yang terjadi. Jika Laura tahu semuanya. “Bagaimana kabar anakmu? “ tanya Laura dengan dingin. “Baik. Ada apa, Bu Laura memanggil saya ke sini? “ Bella dapat merasakan perbedaan Laura karena dia sudah lama mengenalnya. “Aku akan bercerai dengan Ronald, “ katanya. Bella terkejut. “Kenapa kamu terkejut? Bukankah kamu orang yang paling tau mengapa aku memutuskan untuk bercerai? ““Ap apa maksud Bu Laura. Saya tidak mengerti.”“Anakmu yang baru lahir itu. Dia adalah anak Ronald kan? Aku sudah tau semuanya. Jadi kamu tidak perlu berpura-pura “Laura menjelaskan semuanya kepada Bella, termasuk perasaannya yang terluka karena pengkhianatan Ronald. Dia juga meminta Bella untuk tidak campur tangan dalam urusan pribadinya dengan Ronald.Bella merasa bersalah dan tak tahu harus berkata apa. Dia merasa tidak enak karena perannya dalam seluruh kekacauan ini.Sementara masih belum bisa dihubungi. Laura m
Jona tanpa berpikir panjang memutuskan untuk keluar dari perusahaan. Berat baginya sebenarnya. Tetapi mungkin merasa bahwa keputusan untuk keluar dari perusahaan adalah langkah yang harus diambil demi kebaikan keluarganya. Meskipun itu mungkin menjadi tantangan finansial, dia mungkin yakin bahwa dia akan menemukan cara untuk mengatasi situasi tersebut dan tetap menghidupi Bella dan anaknya.Jona sebenernya anak orang kaya. Selama ini dia berpura-pura jadi orang miskin. Dan sekarang dia tak punya pekerjaan bimbang haruskah dia bergabung dengan perusahaan ayahnya? Jika Jona mempertimbangkan untuk bergabung dengan perusahaan ayahnya, ada beberapa pertimbangan yang perlu dipikirkan. Pertama, dia harus memastikan bahwa dia ingin terlibat dalam bisnis keluarga dan memiliki minat serta keterampilan yang sesuai. Kedua, dia perlu memikirkan bagaimana bergabung dengan perusahaan tersebut akan memengaruhi hubungannya dengan ayahnya dan dinamika keluarga mereka. Jika Jona merasa bahwa bergabung
Percakapan mereka terputus oleh tangisan bayi dari kamar sebelah. Bella segera berlari ke kamar untuk menenangkan anaknya, sementara Jona tetap di ruang tamu merenungkan langkah-langkah selanjutnya yang harus diambil untuk mengatasi tantangan finansial yang mereka hadapi.Di tengah kekalutan Jona. Dia tiba tiba mendapatkan telepon dari ayahnya yang menyuruhnya untuk pulang ke rumahnya malam itu juga. Kabar keluarnya Jona dari perusahaan ternyata sudah terdengar ke telinga ayahnya. "Aku tau kamu sedang dalam kesulitan sekarang," kata ayahnya. "Datanglah ke sini. Aku akan membantumu."Tak ada pilihan lain. Jona pun pergi ke rumah ayahnya malam itu juga. Saat hendak berpamitan pada Bella. Wanita itu rupanya sudah tidur memeluk anaknya. Ketika tiba di rumah ayahnya. Jona disambut dengan baik para pelayan. Dia diperlakukan seperti tuan muda yang sudah lama tak kembali ke rumahnya. "Di mana ayahku?" tanya Jona. "Saya antarkan anda ke ruang baca." Jona mengikuti langkah pelayan tua ya
Jona pun membacanya dengan saksama, lalu wajahnya menegang ketika melihat tulisan yang ada di dalam kertas tersebut.“Apa apaan ini?”“Ini adalah kontrakmu yang dulu. Apa kamu lupa? Kamu hanya menjadi suami Bella sampai wanita itu melahirkan.”Jona lupa, dia hanyut dalam perasaannya sendiri setelah bersama dengan Bella. Dia jatuh cinta pada wanita itu entah sejak kapan.“Kamu harus mengikuti aturan kontrak ini. Aku membawa ini agar kamu ingat kalau semuanya hanya kontrak, pun hubunganmu dengannya.”Jona terdiam cukup lama.“Oh, jadi Anda menceraikan Laura hanya karena ini? Karena kamu sebenarnya menyukai Bella, kan?”“Kalau iya itu juga bukan masalah buatmu, kan?”“Kalau sejak awal Anda ingin bersama dengan Bella! Seharusnya Anda menikahinya sejak awal! Bertanggungjawab, bukan lari seperti pengecut!”Ronald tersenyum melihat kemarahan Jona yang meledak. Ronald merasa yakin bahwa dia memiliki hak untuk merebut Bella dari Jona. Baginya, kontrak yang pernah dibuat dengan Jona adalah buk
Waktu telah lama berlalu, Norma mulai menunjukkan tanda tanda perubahan. Dia terlibat dalam program program rehabilitasi di dalam penjara dan mulai memperdalam pemahamannya tentang dirinya sendiri. Dia belajar mengelola emosi dan membuat keputusan yang lebih bijaksana, serta merencanakan langkah langkah untuk masa depannya setelah keluar dari penjara.Ketika hari pembebasannya semakin dekat, Norma merasa campur aduk antara kegembiraan dan ketakutan. Dia tahu bahwa kehidupannya akan berubah lagi ketika dia kembali ke dunia luar, dan dia berharap bahwa dia siap untuk menghadapinya. Dengan dukungan dari keluarga dan tekad yang baru ditemukannya, Norma bersumpah untuk menjalani hidup yang lebih baik dan lebih bertanggung jawab setelah dia dibebaskan.*** Norma duduk di sebuah kafe, mencerna sensasi kebebasan yang baru ia rasakan. Setelah beberapa tahun di penjara, setiap momen di luar terasa seperti anugerah yang tak terhingga baginya. Namun, di antara kegembiraannya, ada perasaan cemas
Nyonya Evelyn merasa prihatin dengan kondisi ibu kandung Jona yang sudah lumpuh bertahun tahun. Dia merasa perlu untuk mencari bantuan profesional yang terbaik untuk membantu kesembuhan ibu Jona. Setelah melakukan penelitian dan mencari referensi, Nyonya Evelyn menemukan seorang dokter ahli terkenal dalam rehabilitasi medis dan pemulihan kondisi fisik yang serius.Dokter tersebut dikenal karena keahliannya dalam merancang program rehabilitasi yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kemampuan mereka. Dia memiliki pengalaman luas dalam merawat pasien dengan berbagai kondisi fisik, termasuk lumpuh, dan memiliki reputasi yang baik dalam membantu pasien mencapai kemajuan signifikan dalam pemulihan mereka.Dengan harapan untuk membantu ibu kandung Jona mendapatkan perawatan terbaik, Nyonya Evelyn mengatur pertemuan dengan dokter tersebut. Mereka bertemu di kantor dokter, di mana dokter tersebut melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi ibu Jona dan merencanakan program rehabilit
Kehadiran ibu kandung Jona, Nyonya Margaret, bersama dengan perawatnya, menyebabkan gemuruh di rumah Bella dan Jona. Meskipun Bella merasa sedikit tegang dengan kedatangan mendadak itu, dia menyambut ibu Jona dengan senyum hangat, memperkenalkan cucu cucunya dengan penuh kebanggaan.Nyonya Margaret, dengan wajah yang dipenuhi dengan campuran antara senyum dan raut penyesalan, mengamati Aurora dan Rafael dengan penuh kasih sayang. Meskipun ada ketegangan yang tersisa di udara, Bella berusaha untuk menciptakan suasana yang hangat dan ramah.Namun, ketegangan di rumah semakin bertambah ketika ayah Jona dan ibu tiri Jona tiba tak lama setelah itu. Kecanggungan yang luar biasa melanda ruangan saat ketiga orang itu bertemu di hadapan yang lainnya.Ayah Jona, seorang pria yang serius dan berwibawa, menyambut Bella dan anak anaknya dengan sapaan yang sopan, tetapi tetap menjaga jarak yang terasa tegang. Sementara itu, Nyonya Evelyn, ibu tiri Jona, mencoba untuk menjaga ketenangan dengan senyu
Sembilan bulan kemudian…Sembari berbaring di ranjang rumah sakit, Bella menahan rasa sakit yang melanda tubuhnya dengan erat. Wajahnya terhuyung huyung di antara ekspresi keteguhan dan kelelahan yang tak terelakkan. Nyonya Evelyn, ibu tiri Jona yang setia, berdiri di sampingnya dengan tatapan penuh perhatian dan kekhawatiran yang dalam.“Ibu akan di sini untuk menemani perjuanganmu, sayang,” ucap Ibu tiri Jona.“Berjuanglah, Sayang,” kata Bella ikut memberikan dukungan. Sementara Bella sibuk berkonsentrasi memperjuangkan kelahiran anaknya.Bunyi detak mesin yang mengawasi detak jantung bayi yang belum lahir terdengar di ruangan itu, menciptakan ketegangan yang mendalam. Dokter dan perawat bergerak dengan cepat dan cermat, siap untuk membantu Bella melalui proses yang mengharukan ini.Bella menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit yang luar biasa saat kontraksi mengguncang tubuhnya. Dia merasakan tubuhnya bergetar dengan kekuatan alam yang menggerakkan proses kelahiran. Tatapan mat
Bella, meskipun Norma telah dipenjara, masih merasakan dampak traumatis dari peristiwa yang telah terjadi. Dia merasa takut dan tidak aman, bahkan di lingkungan yang seharusnya memberinya perlindungan. Trust issue yang dia alami membuatnya sulit untuk mempercayai siapa pun, termasuk asisten pribadi yang diberikan oleh Jona untuk membantunya.Jona, yang sangat peduli dengan kesehatan mental Bella, berusaha keras untuk memberikan dukungan dan bantuan yang dia butuhkan. Dia berharap bahwa dengan hadirnya asisten pribadi, Bella akan merasa lebih terbantu dan didukung dalam mengatasi trauma yang dia alami.Namun, rencana Jona tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Bella tetap waspada dan tidak bisa membuka diri bahkan kepada asisten pribadi yang telah ditunjuk khusus untuknya. Setiap upaya yang dilakukan untuk mendekatinya bertemu dengan tembok percaya diri yang kokoh yang telah dibangun oleh pengalaman traumatisnya.“Aku tidak tau lagi harus bagaimana untuk menghilangkan rasa traumatisnya
Setelah berjanji untuk berubah menjadi lebih baik, Norma tampaknya mengalami kemunduran yang mengkhawatirkan. Ketika dia mengetahui bahwa Bella sedang hamil anak Jona, gelombang kemarahan dan kecemburuan kembali memenuhi pikirannya. Meskipun dia telah berusaha untuk menahan diri, namun dorongan untuk membalas dendam terhadap Bella dan Jona kembali menghantui dirinya.“Nggak! Ini nggak bisa dibiarkan. Seharusnya aku yang mengandung anak, Jona. Bukan kamu, Bella!” Norma mengamuk sambil menyapu semua yang ada di meja riasnya. Akibatnya semua peralatan make-up nya berserakan di lantai.“Kamu nggak boleh bahagia di atas penderitaanku, Bella. Tidak boleh. Aku harus lakukan sesuatu!”Tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakannya, Norma merencanakan sesuatu yang gelap. Dalam kegelapan malam, dia merayap ke rumah Bella dan Jona dengan niat yang tidak baik. Dengan hati yang penuh dendam, dia mencoba untuk menyakiti Bella, dan mungkin juga calon bayi mereka.Namun, sebelum dia dapat melaksanakan
Langkah Norma untuk memviralkan informasi tentang Zhe ke media sosial, menyebabkan kehebohan besar di antara para pengguna media sosial. Berita tersebut menyebar dengan cepat, mengguncang dunia hiburan dan industri musik di mana Laura, ibu Zhe, adalah figur terkenal.Tidak butuh waktu lama bagi berita tersebut untuk mencapai telinga Ronald, yang segera menyadari bahwa rencana Norma telah berbuah pahit bagi keluarganya. Dia merasa putus asa dan marah, meratapi kerugian besar yang dideritanya, baik secara pribadi maupun profesional.“Sial! Beritanya sudah menyebar,” umpat Ronald dengan penuh emosi. Laura, meskipun terguncang dengan paparan publik tentang masalah pribadi keluarganya, tetap tenang dan tegar. Dia memilih untuk fokus pada kesembuhan Zhe, meskipun hal tersebut berarti harus menghadapi konsekuensi dari tindakan Norma.Sementara itu, Bella dan Jona tidak terhindar dari dampak dari berita tersebut. Mereka mengalami tekanan tambahan dari publik dan media, yang menempatkan merek
Norma, yang telah lama menunggu aksi Ronald selanjutnya dalam menganggu bella dan Jona, merasa resah dengan keheningan yang terjadi belakangan ini. Dia memutuskan untuk mengambil inisiatif dan menemui Ronald, mencoba mencari tahu apakah dia benar benar telah berhenti mengganggu Bella dan Jona.Dengan hati yang berdebar, Norma mengetuk pintu rumah Ronald. Saat Ronald membukakan pintu, Norma langsung melontarkan pertanyaannya dengan penuh kekhawatiran."Ronald, aku harus tahu apa yang terjadi," ucap Norma dengan suara gemetar. "Langkah apa lagi yang akan kamu ambil terhadap Bella dan Jona? Mereka sudah cukup lama hidup tenang."Ronald menatap Norma dengan serius, sebelum akhirnya menghela napas panjang. "Norma, aku harus jujur padamu. Aku sudah berhenti," ujarnya dengan tegas.Norma merasa terkejut mendengar pengakuan tersebut. Dia tidak bisa mempercayai apa yang dia dengar. "Bagaimana mungkin aku percaya padamu setelah semua yang sudah terjadi?" kata Norma dengan nada yang tajam.Ronal
Keesokan harinya, suasana di rumah Zhe terasa hening. Zhe masih tertidur, terpapar oleh kelelahan dan ketidakpastian. Namun, keheningan itu tiba tiba terputus oleh suara keras dari pintu depan.Kedatangan polisi yang tak terduga membuat Ronald. Laura yang pagi itu datang untuk menemui Zhe tak kalah terkejut. Mereka bingung dan khawatir, tidak tahu apa yang sedang terjadi. Namun, kekhawatiran mereka mencapai puncaknya saat polisi meminta izin untuk memeriksa kamar Zhe.Dengan hati yang berdebar, Ronald dan Laura mengizinkan polisi masuk. Mereka menyaksikan dengan mata terbelalak ketika polisi menemukan paket kecil yang berisi narkotika di dalam laci meja Zhe.Ronald merasa dunianya hancur saat itu. Dia merasa bersalah karena telah menyia nyiakan kesempatan untuk memperbaiki hubungannya dengan Zhe. Laura, sementara itu, hancur karena melihat anaknya yang terperangkap dalam lingkaran kejahatan yang gelap.Tanpa berkata sepatah kata pun, polisi membawa Zhe pergi untuk diperiksa lebih lanj