Keesokan paginya. Laura menemui Bella di kafe dekat rumah Bella. Bella masih belum tau apa yang terjadi. Jika Laura tahu semuanya. “Bagaimana kabar anakmu? “ tanya Laura dengan dingin. “Baik. Ada apa, Bu Laura memanggil saya ke sini? “ Bella dapat merasakan perbedaan Laura karena dia sudah lama mengenalnya. “Aku akan bercerai dengan Ronald, “ katanya. Bella terkejut. “Kenapa kamu terkejut? Bukankah kamu orang yang paling tau mengapa aku memutuskan untuk bercerai? ““Ap apa maksud Bu Laura. Saya tidak mengerti.”“Anakmu yang baru lahir itu. Dia adalah anak Ronald kan? Aku sudah tau semuanya. Jadi kamu tidak perlu berpura-pura “Laura menjelaskan semuanya kepada Bella, termasuk perasaannya yang terluka karena pengkhianatan Ronald. Dia juga meminta Bella untuk tidak campur tangan dalam urusan pribadinya dengan Ronald.Bella merasa bersalah dan tak tahu harus berkata apa. Dia merasa tidak enak karena perannya dalam seluruh kekacauan ini.Sementara masih belum bisa dihubungi. Laura m
Jona tanpa berpikir panjang memutuskan untuk keluar dari perusahaan. Berat baginya sebenarnya. Tetapi mungkin merasa bahwa keputusan untuk keluar dari perusahaan adalah langkah yang harus diambil demi kebaikan keluarganya. Meskipun itu mungkin menjadi tantangan finansial, dia mungkin yakin bahwa dia akan menemukan cara untuk mengatasi situasi tersebut dan tetap menghidupi Bella dan anaknya.Jona sebenernya anak orang kaya. Selama ini dia berpura-pura jadi orang miskin. Dan sekarang dia tak punya pekerjaan bimbang haruskah dia bergabung dengan perusahaan ayahnya? Jika Jona mempertimbangkan untuk bergabung dengan perusahaan ayahnya, ada beberapa pertimbangan yang perlu dipikirkan. Pertama, dia harus memastikan bahwa dia ingin terlibat dalam bisnis keluarga dan memiliki minat serta keterampilan yang sesuai. Kedua, dia perlu memikirkan bagaimana bergabung dengan perusahaan tersebut akan memengaruhi hubungannya dengan ayahnya dan dinamika keluarga mereka. Jika Jona merasa bahwa bergabung
Percakapan mereka terputus oleh tangisan bayi dari kamar sebelah. Bella segera berlari ke kamar untuk menenangkan anaknya, sementara Jona tetap di ruang tamu merenungkan langkah-langkah selanjutnya yang harus diambil untuk mengatasi tantangan finansial yang mereka hadapi.Di tengah kekalutan Jona. Dia tiba tiba mendapatkan telepon dari ayahnya yang menyuruhnya untuk pulang ke rumahnya malam itu juga. Kabar keluarnya Jona dari perusahaan ternyata sudah terdengar ke telinga ayahnya. "Aku tau kamu sedang dalam kesulitan sekarang," kata ayahnya. "Datanglah ke sini. Aku akan membantumu."Tak ada pilihan lain. Jona pun pergi ke rumah ayahnya malam itu juga. Saat hendak berpamitan pada Bella. Wanita itu rupanya sudah tidur memeluk anaknya. Ketika tiba di rumah ayahnya. Jona disambut dengan baik para pelayan. Dia diperlakukan seperti tuan muda yang sudah lama tak kembali ke rumahnya. "Di mana ayahku?" tanya Jona. "Saya antarkan anda ke ruang baca." Jona mengikuti langkah pelayan tua ya
Jona pun membacanya dengan saksama, lalu wajahnya menegang ketika melihat tulisan yang ada di dalam kertas tersebut.“Apa apaan ini?”“Ini adalah kontrakmu yang dulu. Apa kamu lupa? Kamu hanya menjadi suami Bella sampai wanita itu melahirkan.”Jona lupa, dia hanyut dalam perasaannya sendiri setelah bersama dengan Bella. Dia jatuh cinta pada wanita itu entah sejak kapan.“Kamu harus mengikuti aturan kontrak ini. Aku membawa ini agar kamu ingat kalau semuanya hanya kontrak, pun hubunganmu dengannya.”Jona terdiam cukup lama.“Oh, jadi Anda menceraikan Laura hanya karena ini? Karena kamu sebenarnya menyukai Bella, kan?”“Kalau iya itu juga bukan masalah buatmu, kan?”“Kalau sejak awal Anda ingin bersama dengan Bella! Seharusnya Anda menikahinya sejak awal! Bertanggungjawab, bukan lari seperti pengecut!”Ronald tersenyum melihat kemarahan Jona yang meledak. Ronald merasa yakin bahwa dia memiliki hak untuk merebut Bella dari Jona. Baginya, kontrak yang pernah dibuat dengan Jona adalah buk
Jona merasa terjebak di antara kewajiban untuk mengikuti kontrak dengan Ronald dan perasaannya yang tulus pada Bella. Jona sangat sedih karena mencintai Bella dengan sepenuh hatinya dan tidak ingin kehilangan wanita itu dalam hidupnya.Keputusannya untuk keluar dari perusahaan dan memutuskan untuk tetap bersama Bella meskipun harus mengikuti kontrak dengan Ronald merupakan bukti betapa besar cintanya pada Bella. Jona sangat berharap ada jalan keluar dari situasi ini yang memungkinkan mereka tetap bersama tanpa harus melanggar kontrak. Jona dan Bella saling berpelukan, air mata mereka tak dapat lagi terbendung. Mereka merasakan beban yang begitu berat dari konflik yang menghantui hubungan mereka. Dalam pelukan itu, terdapat keharuan yang mendalam, sebuah penyesalan yang tak terucapkan, namun juga kekuatan untuk saling mendukung. Bella mencium Jona di bahunya, mencoba menguatkan dirinya sendiri dan Jona. Mereka saling merasakan getaran dari tubuh masing-masing, rasa takut kehilangan sa
Bella dengan langkah mantap masuk ke area resepsionis di perusahaan Ronald. Seorang resepsionis wanita muda tersenyum ramah kepadanya. "Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?"“Selamat pagi. Saya Bella, saya ingin bertemu dengan Pak Ronald, bisa tolong hubungi dia?" tanya Bella. "Tentu, Bella. Maaf, apakah Anda memiliki janji temu?""Tidak, saya ingin bertemu dengannya untuk urusan pribadi. Bisakah Anda memberitahukan padanya bahwa saya ada di sini?" "Baik, saya akan mencoba menghubunginya. Silakan duduk sebentar."Bella menunggu dengan tegang, mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya berdebar kencang. Beberapa saat kemudian, resepsionis itu kembali."Maaf, ibu Bella. Bapak Ronald sedang tidak tersedia saat ini. Mungkin Anda bisa meninggalkan pesan untuknya?" "Baik, terima kasih. Tolong beritahu dia bahwa saya datang dan mohon untuk bertemu dengannya secepat mungkin." "Saya akan sampaikan pesan Anda, Bella. Terima kasih atas kunjungannya."Bella keluar dari area resepsionis d
Beberapa hari berlalu. Rafael sembuh dan sudah keluar dari rumah sakit. Setelah gigih melamar pekerjaan akhirnya Jona mendapatkan pekerjaan, meskipun gajinya kecil karena hanya sebagai staf kantor biasa. Namun Bella tak berkecil hati. Ia tetap bersyukur. Karena baru beberapa hari pasca keluar dari rumah sakit, ibunya Bella memutuskan untuk tinggal di rumah Jona. Hal itu dimaksudkan untuk membantu Bella mengurus rumah dan Rafael. Hari ini akhir pekan. Seharusnya Jona istirahat dari aktivitas kantor dan menikmati waktu bersama dengan keluarga. Namun Ronald datang dan mengacaukan semuanya. Pintu diketuk dari luar. Saat itu Bella dan Jona baru saja memandikan Rafael dan hendak memakaikan baju untuk anak itu. Mereka belum tahu jika Ronald adalah seseorang di balik pintu.“Aku akan lihat siapa yang datang,” ucap Bella.“Hmm. Biar aku yang Pakaikan baju untuk Rafael,” sahut Jona. “Ayo sini. Biar Ayah bantu pakai bajunya,” ucap Jona pada Rafael.Wajah Bella berubah menjadi masam seketika
Jona mengajak Bella berhenti di sebuah kos-kosan. Kini Bella paham apa yang akan Jona lakukan. “Jadi kita akan tinggal di sini setelah ini?” tanya Bella.Jona yang hampir membuka pintu mobil kemudian menahannya. “Iya. Kamu tak keberatan kan?” “Aku tak keberatan sebenarnya. Karena sebelumnya aku juga tinggal di kostan. Hanya saja bagaimana caraku menjelaskan kepada Ibu dan ayahku nanti?” Jona menghela napas. Dia sendiri belum memikirkan jawaban mengenai hal ini. Namun pikirnya dia harus cepat mendapatkan tempat tinggal.“Aku belum memikirkan soal itu. Aku hanya ingin kita cepat mendapatkan tempat tinggal itu saja,” jawab Jona.“Kalau belum terlanjur kamu bayar sewanya lebih baik kita tinggalkan saja kostan ini,” kata Bella.“Lalu kita akan tinggal di mana?” tanya Jona.“Aku punya teman yang bekerja sebagai agen properti. Bagaimana kalau kita kredit rumah saja? Aku masih punya sedikit tabungan sebagai DP nya,” jawab Bella.Jona sudah tidak punya pilihan lain selain menuruti perkataan