Siangnya, Laura menjenguk Bella. Dia jelas harus menjenguknya karena meski bagaimanapun dia adalah mantan manajernya. Siang itu Bella sedang menyusui anaknya. Tak ada Jona di sana karena lelaki itu sedang bekerja.“Bagaimana keadaan kalian berdua?” tanya Laura pada Bella yang saat itu terlihat sedikit gemuk.“Baik, Bu Laura. Terima kasih sudah menjenguk saya,” kata Bella.“Anak kamu ganteng,” puji Laura.“Terima kasih.”“Mirip kamu,” tambah Laura. Tapi entah mengapa hati kecilnya berkata lain.“Bell, apa tadi malam suamiku ke sini?” tanya Laura.Bella yang tadinya tersenyum langsung menyembunyikan senyumnya.“Kenapa Bu Laura tanya begitu? Tentu saja tidak. Tadi malam cuma ada ibu dan Jona.”“Begitu ya? Padahal suamiku semalam ke sini. Katanya jenguk kamu.”“Oh… ya?”“Dia udah mulai berbohong,” kata Laura.“Zhe bilang kalau suamiku punya wanita lain. Tapi aku belum memergokinya.”“Kenapa Zhe bisa bilang begitu?” tanya Bella sedikiit gugup. Padahal dia juga bukan selingkuhan Ronald. Han
Saat itu Jona sedang di rumah sakit. Dia mengobrol dengan Bella yang rupanya harus berada di rumah sakit dua hari lagi. “Bell, nanti ketika sudah pulang, kita harus serius membicarakan nama untuk bayi kita yang baru lahir.” Jona memandang bayi yang baru lahir itu sedang dipeluk ibunya. “Iya, tapi aku sudah punya ide nama yang sempurna,” sahutnya antusias. Dia melupakan kejadian kemarin ketika Laura menemuinya. “Serius? Bagaimana dengan nama-nama yang pernah kita bicarakan sebelumnya?”“Aku pikir kita harus memberinya nama yang benar-benar unik, seperti "Bunga Matahari" atau "Bintang Malam".”“Eh, tunggu dulu. Kita harus memikirkan bagaimana nama itu akan terdengar saat dipanggil di sekolah atau nanti ketika dia dewasa.” Jona terdengar serius memberikan nama untuk anaknya tersebut. “Baiklah, kalau begitu bagaimana dengan "Sinar Mentari" atau "Pesona Bulan".”“Hmm, mungkin kita bisa menemukan nama yang lebih umum tapi tetap istimewa. Bagaimana dengan "Ariandra".”“Ariandra... itu te
Setelah ibu Bella keluar dari ruangan, dia terkejut mendapati Ronald di depan kamar Bella. Ekspresi wajahnya terlihat campur aduk antara terkejut dan sedih."Pak Ronald, apa yang Anda lakukan di sini?" tanya ibu Bella dengan heran.Ronald menatap ibu Bella dengan tatapan kosong. "Maafkan aku, tante. Saya hanya ingin menjenguk Bella baik-baik saja."Ibu Bella mengangguk mengerti, tetapi tetap terlihat khawatir. “Anda harus pergi, Pak Ronald. Bella butuh ketenangan.”"Apakah hubungan Pak Ronald dan Bu Laura baik baik saja?" tanya Bella pada Jona saat ibunya keluar. "Aku gak yakin soal itu. Tapi sepertinya mereka sedang ada masalah,” jawab Jona.“Tapi tetap saja kan. Apalagi Pak Ronald mengunjungiku kemarin. Aku nggak enak,” kata Bella. Jona terkejut karena Ronald rupanya sudah ke rumah sakit. Tapi kenapa?“Kupikir dia mau merebut anakku,” kata Bella. “Bella, mungkin kamu sedang terlalu emosional dan terbawa perasaan. Apakah kamu yakin Ronald benar-benar ingin merebut anakmu? Bisa ja
Ibu Ronald terkejut ketika tahu bahwa wanita yang ada di dalam foto itu adalah Bella yang tak lain adalah manajer Laura. Padahal ia pikir selama ini mereka berdua tidak terlalu dekat seperti itu.“Itu kesalahan dan terjadi sekali, ibu jangan berpikir yang bukan bukan. Aku nggak tau kalau dia akan hamil.”“Dan kamu yang menyuruh Jona untuk menikahi Bella?”“Ya, karena aku sudah punya Laura. Setidaknya aku udah bertanggungjawab kan?”“Tapi sekarang kamu malah ingin merebut anak itu. Kamu benar benar keterlaluan Ronald.”Ronald bisa saja merasa memiliki keterikatan emosional dengan anak itu karena hubungan masa lalunya dengan Bella. Namun, keputusan untuk merebut hak asuh anak tidak hanya tentang hubungan emosional, tetapi juga tentang kepentingan dan kebutuhan anak itu sendiri. Apakah Ronald yakin bahwa merebut hak asuh anak itu benar-benar yang terbaik untuk anak dan bukan hanya untuk memenuhi keinginannya sendiri?Menyadari bahwa merebut hak asuh anak bisa berdampak pada kehidupan an
“Aku hanya ingin melihat Bella dan anakku. “Laura pun marah mendengar hal itu. “tapi kau terlalu terobsesi dengan mereka, sampai-sampai kau lupa pada Zhe! Sekarang Zhe hilang karena kelalaiannya sendiri! Lagipula kamu juga sudah berubah. Kamu tidak menyayangi Zhe lagi! “Ronald bersikeras “Itu tidak benar, Laura. Aku menyayangi Zhe sama seperti aku mencintai anakku yang lain.” Padahal dia sendiri tak bisa mengerti dirinya sendiri.Laura menatap Ronald dengan tajam “Tapi tindakanmu membuktikan sebaliknya. Kau lebih memilih menghabiskan waktu dengan anak Bella daripada bersama Zhe!”Laura dan Ronald pergi ke kantor polisi bersama-sama setelah Zhe menghilang. Mereka duduk bersama di ruang tunggu, menunggu giliran untuk melaporkan kehilangan Zhe kepada polisi."Saya minta maaf, Laura. Saya tidak bermaksud menyalahkanmu," kata Ronald dengan suara lembut.Laura menatapnya, masih terlihat kesal. "Saya juga minta maaf, Ronald. Saya tahu Anda juga mencemaskan Zhe."Mereka saling bertatapan se
Keesokan paginya. Laura menemui Bella di kafe dekat rumah Bella. Bella masih belum tau apa yang terjadi. Jika Laura tahu semuanya. “Bagaimana kabar anakmu? “ tanya Laura dengan dingin. “Baik. Ada apa, Bu Laura memanggil saya ke sini? “ Bella dapat merasakan perbedaan Laura karena dia sudah lama mengenalnya. “Aku akan bercerai dengan Ronald, “ katanya. Bella terkejut. “Kenapa kamu terkejut? Bukankah kamu orang yang paling tau mengapa aku memutuskan untuk bercerai? ““Ap apa maksud Bu Laura. Saya tidak mengerti.”“Anakmu yang baru lahir itu. Dia adalah anak Ronald kan? Aku sudah tau semuanya. Jadi kamu tidak perlu berpura-pura “Laura menjelaskan semuanya kepada Bella, termasuk perasaannya yang terluka karena pengkhianatan Ronald. Dia juga meminta Bella untuk tidak campur tangan dalam urusan pribadinya dengan Ronald.Bella merasa bersalah dan tak tahu harus berkata apa. Dia merasa tidak enak karena perannya dalam seluruh kekacauan ini.Sementara masih belum bisa dihubungi. Laura m
Jona tanpa berpikir panjang memutuskan untuk keluar dari perusahaan. Berat baginya sebenarnya. Tetapi mungkin merasa bahwa keputusan untuk keluar dari perusahaan adalah langkah yang harus diambil demi kebaikan keluarganya. Meskipun itu mungkin menjadi tantangan finansial, dia mungkin yakin bahwa dia akan menemukan cara untuk mengatasi situasi tersebut dan tetap menghidupi Bella dan anaknya.Jona sebenernya anak orang kaya. Selama ini dia berpura-pura jadi orang miskin. Dan sekarang dia tak punya pekerjaan bimbang haruskah dia bergabung dengan perusahaan ayahnya? Jika Jona mempertimbangkan untuk bergabung dengan perusahaan ayahnya, ada beberapa pertimbangan yang perlu dipikirkan. Pertama, dia harus memastikan bahwa dia ingin terlibat dalam bisnis keluarga dan memiliki minat serta keterampilan yang sesuai. Kedua, dia perlu memikirkan bagaimana bergabung dengan perusahaan tersebut akan memengaruhi hubungannya dengan ayahnya dan dinamika keluarga mereka. Jika Jona merasa bahwa bergabung
Percakapan mereka terputus oleh tangisan bayi dari kamar sebelah. Bella segera berlari ke kamar untuk menenangkan anaknya, sementara Jona tetap di ruang tamu merenungkan langkah-langkah selanjutnya yang harus diambil untuk mengatasi tantangan finansial yang mereka hadapi.Di tengah kekalutan Jona. Dia tiba tiba mendapatkan telepon dari ayahnya yang menyuruhnya untuk pulang ke rumahnya malam itu juga. Kabar keluarnya Jona dari perusahaan ternyata sudah terdengar ke telinga ayahnya. "Aku tau kamu sedang dalam kesulitan sekarang," kata ayahnya. "Datanglah ke sini. Aku akan membantumu."Tak ada pilihan lain. Jona pun pergi ke rumah ayahnya malam itu juga. Saat hendak berpamitan pada Bella. Wanita itu rupanya sudah tidur memeluk anaknya. Ketika tiba di rumah ayahnya. Jona disambut dengan baik para pelayan. Dia diperlakukan seperti tuan muda yang sudah lama tak kembali ke rumahnya. "Di mana ayahku?" tanya Jona. "Saya antarkan anda ke ruang baca." Jona mengikuti langkah pelayan tua ya