Setelah mendengar kabar tentang Jona yang bergabung dengan perusahaan ayahnya yang tengah terpuruk, Norma merasa terdorong untuk bertindak. Dengan langkah mantap, dia menghadap ayahnya di ruang kerja yang megah."Ayah," Norma memulai dengan suara yang tegas, "Ayah harus membantu perusahaan ayah Jojo. Mereka membutuhkan investor besar untuk bangkit dari keterpurukan ini."Ayah Norma menatapnya dengan kebingungan. "Kenapa ayah harus membantu mereka? Apalagi saat ini perusahaan kita sendiri sedang mengalami masalah finansial."Norma mengangguk cepat. "Tapi, ayah, ini adalah kesempatan bagus untuk kita. Dengan membantu perusahaan ayah Jojo, kita bisa memperoleh pengaruh yang lebih besar di industri ini. Dan bukan hanya itu, ini juga kesempatan bagiku untuk membuktikan diriku pada Jojo."Ayah Norma mengangkat alisnya dengan skeptis. "Apa maksudmu?"Norma menjelaskan dengan penuh semangat, "Aku hanya mau membantu Jojo, Ayah. Aku tahu bahwa perusahaan ini penting baginya, dan aku ingin membe
Pagi itu, suasana di rumah Jona terasa gelap meskipun matahari bersinar terang. Sementara Norma sibuk dengan persiapan pernikahan mereka yang semakin dekat, Jona justru merasa seperti ada beban besar yang menekannya.Bella memperhatikan perubahan sikap suaminya dengan cemas. Dia melihat kelelahan yang terpantul di wajah Jona, dan tatapan kosongnya yang merenung jauh ke depan. Bella merasa takut akan apa yang mungkin sedang terjadi, tetapi ketika dia bertanya pada Jona, jawaban yang dia terima selalu terasa samar dan tidak memuaskan."Sayang, apa yang sedang terjadi?" tanya Bella dengan suara lembut, mencoba merangkul Jona yang tampak tegang.Jona menatap istrinya dengan mata yang terlihat kosong sejenak sebelum menjawab, "Nggak ada apa apa, sayang. Hanya banyak pekerjaan di kantor yang membutuhkan perhatian."Bella merasa tidak puas dengan jawaban itu. Dia meraih tangan Jona dengan lembut, mencoba menarik perhatiannya. "Jona, aku bisa melihat bahwa ada sesuatu yang mengganggumu. Katak
Ayah Norma, merasa tertekan oleh situasi yang semakin kompleks. Meskipun dia mencintai Norma dengan sepenuh hati, dia tidak bisa membantu tetapi merasa bahwa pernikahan antara Norma dan Jona akan membawa penderitaan bagi keduanya. Ayah Norma tahu bahwa Jona tidak bahagia dalam hubungan mereka, dan dia tidak ingin melihat Norma mengalami penderitaan yang sama.Dengan hati yang berat, ayah Norma memutuskan untuk menggunakan trik licik untuk menunda pernikahan tersebut. Dia pura pura sakit, berpura pura memiliki penyakit yang parah, sehingga dia bisa menunda pernikahan Norma dan Jona sesuai keinginannya. Dia berharap bahwa dengan menunda pernikahan ini, waktu akan memberikan pemahaman kepada Norma bahwa dia dan Jona bukan pasangan yang cocok.Ayah Norma melakukan segala cara untuk memastikan bahwa pernikahan tersebut tidak akan terjadi, meskipun itu berarti dia harus mengorbankan dirinya sendiri. Dia tidak ingin melihat Norma menjadi istri kedua, dan dia yakin bahwa tidak ada yang baik y
Sementara itu, ayah Norma merasa penuh kegelisahan. Meskipun dia tahu bahwa perbuatannya tidak akan pernah bisa dia maafkan, dia berharap bahwa Norma akan memahami alasannya suatu hari nanti. Dia merasa tertekan oleh peran yang harus dia mainkan, tetapi dia juga tahu bahwa itu adalah satu satunya cara untuk mencegah pernikahan yang tidak diinginkan itu terjadi.Di tempat lain, Jona juga terkejut oleh berita tentang kondisi ayah Norma. Meskipun dia merasa terbebani oleh pernikahan yang akan datang, dia tidak pernah ingin melihat Norma menderita seperti ini. Dia merasa bersalah karena tidak dapat memberikan dukungan yang cukup pada Norma di saat saat sulit ini.“Bagaimana kondisi ayahmu sekarang?” tanya Jona.“Kondisi kesehatannya belum membaik. Aku tidak pernah secemas ini pada ayahku. Aku ingin dia segera sembuh seperti sediakala Jona.”Norma kemudian menghambur ke pelukan Jona. Sebenarnya Jona sangat canggung dengan pelukan itu. Hanya saja dia tidak bisa menolaknya. Alasannya karena
Bella dan Jona melihat dengan senang saat ayah Jona bermain dengan Rafael. Meskipun awalnya Rafael agak canggung dan menangis karena tidak terbiasa dengan sosok kakeknya, namun ayah Jona dengan sabar dan penuh kasih berusaha meredakan ketakutan sang cucu."Tenanglah, Nak. Kakek di sini untukmu," ucap ayah Jona dengan suara lembut, mencoba meraih hati kecil Rafael.Bella tersenyum melihat interaksi hangat antara ayah Jona dan Rafael. Dia merasa sangat bersyukur karena Rafael akhirnya bisa bertemu dengan kakeknya dan mendapat sambutan yang hangat. Baginya, momen seperti ini adalah hadiah yang luar biasa.Jona juga merasa sangat bahagia melihat ayahnya bermain dengan Rafael. Meskipun awalnya dia khawatir tentang bagaimana ayahnya akan merespons kehadiran Rafael, namun semua kekhawatirannya sirna saat dia melihat betapa hangatnya ayahnya dengan sang cucu."Terima kasih, Ayah. Aku sangat berterima kasih karena Ayah menerima Rafael dengan baik," kata Jona dengan tulus, matanya berkaca kaca.
Ketika berita tentang kebahagiaan Jona dan Bella mencapai telinga Norma, hatinya terasa seperti diremas remas oleh kecemburuan dan kekecewaan. Melihat mereka bahagia hanya membuatnya semakin sadar akan kesendirian dan kegagalan cintanya sendiri. Norma merasa tak adil, seakan hidup memberikan semua kebahagiaan itu pada orang lain sementara dia terus merasa terpinggirkan.Dengan hati yang hancur, Norma mendekati ayahnya untuk mencurahkan isi hatinya. Dia menceritakan betapa sakitnya melihat Jona dan Bella bahagia, sementara dia sendiri terpuruk dalam kesendirian. Norma merasa tidak adil bahwa dia harus terus menderita, sementara orang lain memiliki segalanya.Namun, alih alih mendapat dukungan, ayah Norma justru menasihatinya untuk menghentikan obsesinya pada Jona. "Norma, kamu harus mengerti bahwa cinta tidak bisa dipaksakan. Jika Jona memilih Bella, itu berarti dia tidak untukmu. Kamu harus belajar untuk menerima kenyataan ini dan berhenti mengejar sesuatu yang tidak akan pernah menja
Suatu hari, ketika Norma tengah sibuk mengumpulkan foto foto masa lalu dan kenangannya dengan Jona, tiba tiba dia merasa kehadiran seseorang di belakangnya. Terkejut, dia berbalik dan melihat Jona berdiri di ambang pintu, wajahnya penuh dengan ekspresi campuran antara kekecewaan dan kesedihan."Jona, aku..." Norma mencoba untuk menjelaskan, tetapi Jona memotongnya dengan suara yang tegas."Norma, apa yang kamu lakukan?" tanyanya dengan nada yang tidak sabar. "Kamu terus melakukan hal hal seperti ini. Mengumpulkan kenangan lama kita. Kamu nggak bisa terus berpura pura bahwa kita memiliki sesuatu yang lebih dari sekadar kenangan."Norma merasa hatinya berdebar keras. "Jona, aku hanya mencoba..."Jona menggelengkan kepala dengan tegas. "nggak, Norma. Kamu terlalu jauh melampaui batas. Kamu harus memahami bahwa semua ini sudah berlalu. Aku hanya mencintai Bella, dan aku nggak mau ada yang mengganggu hubungan kami."Norma menatap Jona dengan mata berkaca kaca. "Tapi, Jona, cinta kita..."J
Norma yang terombang-ambing antara rasa sakit dan kekecewaan atas penolakan Jona, akhirnya menemukan dirinya dalam kegelapan pikiran yang mendalam. Dia merasa putus asa dan terpinggirkan, dan saat itu pula dia mulai memikirkan rencana yang tidak sehat.Dalam kegelapan pikirannya, Norma merasa bahwa satu-satunya cara untuk membuat Jona kembali padanya adalah dengan mengancam merusak perusahaan ayahnya. Dalam keadaan emosional yang teramat kuat, dia meyakini bahwa dengan cara itu, Jona akan terpaksa kembali padanya karena takut akan kerugian yang akan dialami oleh perusahaan ayahnya.Namun, jalan yang dipilih Norma adalah jalan yang penuh dengan keputusasaan dan kebencian. Tindakannya akan membawa dampak yang merugikan bagi banyak orang, termasuk keluarganya sendiri. Norma lupa bahwa cinta sejati tidak pernah memaksa atau memakai kekerasan, dan tindakan yang dilakukannya hanya akan menambah luka dan penderitaan bagi semua pihak yang terlibat.Sementara itu, Jona yang telah merasakan beb