Bella dan Jona merasa terkejut dan terpukul oleh berita ini. Mereka merasa bertanggung jawab atas segala penderitaan yang terjadi di keluarga Jona. Meskipun mereka mengatakan bahwa Rafael adalah anak Jona, namun pernyataan Norma telah merusak hubungan mereka dengan keluarga besar Jona.“Kekacauan di keluargamu. Semua ini karena aku, Jona. Aku minta maaf atas situasi buruk yang telah aku ciptakan,” ucap Bella.Jona menggelengkan kepalanya. “Ini bukan salahmu. Jika saja tidak ada yang mengatakan hal ini pasti semua tidak akan seperti ini.”“Tapi cepat atau lambat keluargamu akan tau tentang semua ini.”“Maka dari itu kita harus memperbaikinya. Aku yakin kita mampu melewati ini semua.”Dalam keadaan yang sangat sulit ini, Bella dan Jona mencoba untuk tetap bersatu dan saling mendukung satu sama lain. Mereka menyadari bahwa mereka harus menghadapi cobaan ini bersama sama, dan bahwa kekuatan dan cinta mereka sebagai pasangan akan membantu mereka melewati masa masa yang sulit ini.Sementara
Ketika Norma menyaksikan keakraban antara ibu Jona dan Bella, kekecewaannya semakin dalam. Rasanya seperti semua usahanya untuk merusak hubungan Bella dan Jona telah sia sia. Dengan hati yang penuh amarah, dia mencari cara baru untuk menciptakan kekacauan.Tanpa ragu, Norma memutuskan untuk mengalihkan perhatiannya ke ayah Jona. Dia tahu bahwa ayah Jona adalah orang yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan keluarga mereka. Dengan licik, Norma mulai menyampaikan berbagai hal buruk tentang Bella kepada ayah Jona, menggambarkan Bella sebagai sosok yang tidak layak menjadi bagian dari keluarga mereka.“Bella yang dinikahi oleh Jojo itu bukan wanita baik-baik Om. Dia hamil diluar nikah. Jadi anak itu bukan anak kandung Jojo, Om.”“Lalu kenapa Jojo mau menikahinya?”“Wanita itu licik Om. Dia mampu mencuci otak Jojo.”Ayah Jona, yang telah lama menginginkan yang terbaik untuk anaknya, mulai terpengaruh oleh cerita cerita negatif tentang Bella. Setiap kata yang diucapkan oleh Norma terasa
Setelah mendengar kabar tentang Jona yang bergabung dengan perusahaan ayahnya yang tengah terpuruk, Norma merasa terdorong untuk bertindak. Dengan langkah mantap, dia menghadap ayahnya di ruang kerja yang megah."Ayah," Norma memulai dengan suara yang tegas, "Ayah harus membantu perusahaan ayah Jojo. Mereka membutuhkan investor besar untuk bangkit dari keterpurukan ini."Ayah Norma menatapnya dengan kebingungan. "Kenapa ayah harus membantu mereka? Apalagi saat ini perusahaan kita sendiri sedang mengalami masalah finansial."Norma mengangguk cepat. "Tapi, ayah, ini adalah kesempatan bagus untuk kita. Dengan membantu perusahaan ayah Jojo, kita bisa memperoleh pengaruh yang lebih besar di industri ini. Dan bukan hanya itu, ini juga kesempatan bagiku untuk membuktikan diriku pada Jojo."Ayah Norma mengangkat alisnya dengan skeptis. "Apa maksudmu?"Norma menjelaskan dengan penuh semangat, "Aku hanya mau membantu Jojo, Ayah. Aku tahu bahwa perusahaan ini penting baginya, dan aku ingin membe
Pagi itu, suasana di rumah Jona terasa gelap meskipun matahari bersinar terang. Sementara Norma sibuk dengan persiapan pernikahan mereka yang semakin dekat, Jona justru merasa seperti ada beban besar yang menekannya.Bella memperhatikan perubahan sikap suaminya dengan cemas. Dia melihat kelelahan yang terpantul di wajah Jona, dan tatapan kosongnya yang merenung jauh ke depan. Bella merasa takut akan apa yang mungkin sedang terjadi, tetapi ketika dia bertanya pada Jona, jawaban yang dia terima selalu terasa samar dan tidak memuaskan."Sayang, apa yang sedang terjadi?" tanya Bella dengan suara lembut, mencoba merangkul Jona yang tampak tegang.Jona menatap istrinya dengan mata yang terlihat kosong sejenak sebelum menjawab, "Nggak ada apa apa, sayang. Hanya banyak pekerjaan di kantor yang membutuhkan perhatian."Bella merasa tidak puas dengan jawaban itu. Dia meraih tangan Jona dengan lembut, mencoba menarik perhatiannya. "Jona, aku bisa melihat bahwa ada sesuatu yang mengganggumu. Katak
Ayah Norma, merasa tertekan oleh situasi yang semakin kompleks. Meskipun dia mencintai Norma dengan sepenuh hati, dia tidak bisa membantu tetapi merasa bahwa pernikahan antara Norma dan Jona akan membawa penderitaan bagi keduanya. Ayah Norma tahu bahwa Jona tidak bahagia dalam hubungan mereka, dan dia tidak ingin melihat Norma mengalami penderitaan yang sama.Dengan hati yang berat, ayah Norma memutuskan untuk menggunakan trik licik untuk menunda pernikahan tersebut. Dia pura pura sakit, berpura pura memiliki penyakit yang parah, sehingga dia bisa menunda pernikahan Norma dan Jona sesuai keinginannya. Dia berharap bahwa dengan menunda pernikahan ini, waktu akan memberikan pemahaman kepada Norma bahwa dia dan Jona bukan pasangan yang cocok.Ayah Norma melakukan segala cara untuk memastikan bahwa pernikahan tersebut tidak akan terjadi, meskipun itu berarti dia harus mengorbankan dirinya sendiri. Dia tidak ingin melihat Norma menjadi istri kedua, dan dia yakin bahwa tidak ada yang baik y
Sementara itu, ayah Norma merasa penuh kegelisahan. Meskipun dia tahu bahwa perbuatannya tidak akan pernah bisa dia maafkan, dia berharap bahwa Norma akan memahami alasannya suatu hari nanti. Dia merasa tertekan oleh peran yang harus dia mainkan, tetapi dia juga tahu bahwa itu adalah satu satunya cara untuk mencegah pernikahan yang tidak diinginkan itu terjadi.Di tempat lain, Jona juga terkejut oleh berita tentang kondisi ayah Norma. Meskipun dia merasa terbebani oleh pernikahan yang akan datang, dia tidak pernah ingin melihat Norma menderita seperti ini. Dia merasa bersalah karena tidak dapat memberikan dukungan yang cukup pada Norma di saat saat sulit ini.“Bagaimana kondisi ayahmu sekarang?” tanya Jona.“Kondisi kesehatannya belum membaik. Aku tidak pernah secemas ini pada ayahku. Aku ingin dia segera sembuh seperti sediakala Jona.”Norma kemudian menghambur ke pelukan Jona. Sebenarnya Jona sangat canggung dengan pelukan itu. Hanya saja dia tidak bisa menolaknya. Alasannya karena
Bella dan Jona melihat dengan senang saat ayah Jona bermain dengan Rafael. Meskipun awalnya Rafael agak canggung dan menangis karena tidak terbiasa dengan sosok kakeknya, namun ayah Jona dengan sabar dan penuh kasih berusaha meredakan ketakutan sang cucu."Tenanglah, Nak. Kakek di sini untukmu," ucap ayah Jona dengan suara lembut, mencoba meraih hati kecil Rafael.Bella tersenyum melihat interaksi hangat antara ayah Jona dan Rafael. Dia merasa sangat bersyukur karena Rafael akhirnya bisa bertemu dengan kakeknya dan mendapat sambutan yang hangat. Baginya, momen seperti ini adalah hadiah yang luar biasa.Jona juga merasa sangat bahagia melihat ayahnya bermain dengan Rafael. Meskipun awalnya dia khawatir tentang bagaimana ayahnya akan merespons kehadiran Rafael, namun semua kekhawatirannya sirna saat dia melihat betapa hangatnya ayahnya dengan sang cucu."Terima kasih, Ayah. Aku sangat berterima kasih karena Ayah menerima Rafael dengan baik," kata Jona dengan tulus, matanya berkaca kaca.
Ketika berita tentang kebahagiaan Jona dan Bella mencapai telinga Norma, hatinya terasa seperti diremas remas oleh kecemburuan dan kekecewaan. Melihat mereka bahagia hanya membuatnya semakin sadar akan kesendirian dan kegagalan cintanya sendiri. Norma merasa tak adil, seakan hidup memberikan semua kebahagiaan itu pada orang lain sementara dia terus merasa terpinggirkan.Dengan hati yang hancur, Norma mendekati ayahnya untuk mencurahkan isi hatinya. Dia menceritakan betapa sakitnya melihat Jona dan Bella bahagia, sementara dia sendiri terpuruk dalam kesendirian. Norma merasa tidak adil bahwa dia harus terus menderita, sementara orang lain memiliki segalanya.Namun, alih alih mendapat dukungan, ayah Norma justru menasihatinya untuk menghentikan obsesinya pada Jona. "Norma, kamu harus mengerti bahwa cinta tidak bisa dipaksakan. Jika Jona memilih Bella, itu berarti dia tidak untukmu. Kamu harus belajar untuk menerima kenyataan ini dan berhenti mengejar sesuatu yang tidak akan pernah menja
Waktu telah lama berlalu, Norma mulai menunjukkan tanda tanda perubahan. Dia terlibat dalam program program rehabilitasi di dalam penjara dan mulai memperdalam pemahamannya tentang dirinya sendiri. Dia belajar mengelola emosi dan membuat keputusan yang lebih bijaksana, serta merencanakan langkah langkah untuk masa depannya setelah keluar dari penjara.Ketika hari pembebasannya semakin dekat, Norma merasa campur aduk antara kegembiraan dan ketakutan. Dia tahu bahwa kehidupannya akan berubah lagi ketika dia kembali ke dunia luar, dan dia berharap bahwa dia siap untuk menghadapinya. Dengan dukungan dari keluarga dan tekad yang baru ditemukannya, Norma bersumpah untuk menjalani hidup yang lebih baik dan lebih bertanggung jawab setelah dia dibebaskan.*** Norma duduk di sebuah kafe, mencerna sensasi kebebasan yang baru ia rasakan. Setelah beberapa tahun di penjara, setiap momen di luar terasa seperti anugerah yang tak terhingga baginya. Namun, di antara kegembiraannya, ada perasaan cemas
Nyonya Evelyn merasa prihatin dengan kondisi ibu kandung Jona yang sudah lumpuh bertahun tahun. Dia merasa perlu untuk mencari bantuan profesional yang terbaik untuk membantu kesembuhan ibu Jona. Setelah melakukan penelitian dan mencari referensi, Nyonya Evelyn menemukan seorang dokter ahli terkenal dalam rehabilitasi medis dan pemulihan kondisi fisik yang serius.Dokter tersebut dikenal karena keahliannya dalam merancang program rehabilitasi yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kemampuan mereka. Dia memiliki pengalaman luas dalam merawat pasien dengan berbagai kondisi fisik, termasuk lumpuh, dan memiliki reputasi yang baik dalam membantu pasien mencapai kemajuan signifikan dalam pemulihan mereka.Dengan harapan untuk membantu ibu kandung Jona mendapatkan perawatan terbaik, Nyonya Evelyn mengatur pertemuan dengan dokter tersebut. Mereka bertemu di kantor dokter, di mana dokter tersebut melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi ibu Jona dan merencanakan program rehabilit
Kehadiran ibu kandung Jona, Nyonya Margaret, bersama dengan perawatnya, menyebabkan gemuruh di rumah Bella dan Jona. Meskipun Bella merasa sedikit tegang dengan kedatangan mendadak itu, dia menyambut ibu Jona dengan senyum hangat, memperkenalkan cucu cucunya dengan penuh kebanggaan.Nyonya Margaret, dengan wajah yang dipenuhi dengan campuran antara senyum dan raut penyesalan, mengamati Aurora dan Rafael dengan penuh kasih sayang. Meskipun ada ketegangan yang tersisa di udara, Bella berusaha untuk menciptakan suasana yang hangat dan ramah.Namun, ketegangan di rumah semakin bertambah ketika ayah Jona dan ibu tiri Jona tiba tak lama setelah itu. Kecanggungan yang luar biasa melanda ruangan saat ketiga orang itu bertemu di hadapan yang lainnya.Ayah Jona, seorang pria yang serius dan berwibawa, menyambut Bella dan anak anaknya dengan sapaan yang sopan, tetapi tetap menjaga jarak yang terasa tegang. Sementara itu, Nyonya Evelyn, ibu tiri Jona, mencoba untuk menjaga ketenangan dengan senyu
Sembilan bulan kemudian…Sembari berbaring di ranjang rumah sakit, Bella menahan rasa sakit yang melanda tubuhnya dengan erat. Wajahnya terhuyung huyung di antara ekspresi keteguhan dan kelelahan yang tak terelakkan. Nyonya Evelyn, ibu tiri Jona yang setia, berdiri di sampingnya dengan tatapan penuh perhatian dan kekhawatiran yang dalam.“Ibu akan di sini untuk menemani perjuanganmu, sayang,” ucap Ibu tiri Jona.“Berjuanglah, Sayang,” kata Bella ikut memberikan dukungan. Sementara Bella sibuk berkonsentrasi memperjuangkan kelahiran anaknya.Bunyi detak mesin yang mengawasi detak jantung bayi yang belum lahir terdengar di ruangan itu, menciptakan ketegangan yang mendalam. Dokter dan perawat bergerak dengan cepat dan cermat, siap untuk membantu Bella melalui proses yang mengharukan ini.Bella menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit yang luar biasa saat kontraksi mengguncang tubuhnya. Dia merasakan tubuhnya bergetar dengan kekuatan alam yang menggerakkan proses kelahiran. Tatapan mat
Bella, meskipun Norma telah dipenjara, masih merasakan dampak traumatis dari peristiwa yang telah terjadi. Dia merasa takut dan tidak aman, bahkan di lingkungan yang seharusnya memberinya perlindungan. Trust issue yang dia alami membuatnya sulit untuk mempercayai siapa pun, termasuk asisten pribadi yang diberikan oleh Jona untuk membantunya.Jona, yang sangat peduli dengan kesehatan mental Bella, berusaha keras untuk memberikan dukungan dan bantuan yang dia butuhkan. Dia berharap bahwa dengan hadirnya asisten pribadi, Bella akan merasa lebih terbantu dan didukung dalam mengatasi trauma yang dia alami.Namun, rencana Jona tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Bella tetap waspada dan tidak bisa membuka diri bahkan kepada asisten pribadi yang telah ditunjuk khusus untuknya. Setiap upaya yang dilakukan untuk mendekatinya bertemu dengan tembok percaya diri yang kokoh yang telah dibangun oleh pengalaman traumatisnya.“Aku tidak tau lagi harus bagaimana untuk menghilangkan rasa traumatisnya
Setelah berjanji untuk berubah menjadi lebih baik, Norma tampaknya mengalami kemunduran yang mengkhawatirkan. Ketika dia mengetahui bahwa Bella sedang hamil anak Jona, gelombang kemarahan dan kecemburuan kembali memenuhi pikirannya. Meskipun dia telah berusaha untuk menahan diri, namun dorongan untuk membalas dendam terhadap Bella dan Jona kembali menghantui dirinya.“Nggak! Ini nggak bisa dibiarkan. Seharusnya aku yang mengandung anak, Jona. Bukan kamu, Bella!” Norma mengamuk sambil menyapu semua yang ada di meja riasnya. Akibatnya semua peralatan make-up nya berserakan di lantai.“Kamu nggak boleh bahagia di atas penderitaanku, Bella. Tidak boleh. Aku harus lakukan sesuatu!”Tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakannya, Norma merencanakan sesuatu yang gelap. Dalam kegelapan malam, dia merayap ke rumah Bella dan Jona dengan niat yang tidak baik. Dengan hati yang penuh dendam, dia mencoba untuk menyakiti Bella, dan mungkin juga calon bayi mereka.Namun, sebelum dia dapat melaksanakan
Langkah Norma untuk memviralkan informasi tentang Zhe ke media sosial, menyebabkan kehebohan besar di antara para pengguna media sosial. Berita tersebut menyebar dengan cepat, mengguncang dunia hiburan dan industri musik di mana Laura, ibu Zhe, adalah figur terkenal.Tidak butuh waktu lama bagi berita tersebut untuk mencapai telinga Ronald, yang segera menyadari bahwa rencana Norma telah berbuah pahit bagi keluarganya. Dia merasa putus asa dan marah, meratapi kerugian besar yang dideritanya, baik secara pribadi maupun profesional.“Sial! Beritanya sudah menyebar,” umpat Ronald dengan penuh emosi. Laura, meskipun terguncang dengan paparan publik tentang masalah pribadi keluarganya, tetap tenang dan tegar. Dia memilih untuk fokus pada kesembuhan Zhe, meskipun hal tersebut berarti harus menghadapi konsekuensi dari tindakan Norma.Sementara itu, Bella dan Jona tidak terhindar dari dampak dari berita tersebut. Mereka mengalami tekanan tambahan dari publik dan media, yang menempatkan merek
Norma, yang telah lama menunggu aksi Ronald selanjutnya dalam menganggu bella dan Jona, merasa resah dengan keheningan yang terjadi belakangan ini. Dia memutuskan untuk mengambil inisiatif dan menemui Ronald, mencoba mencari tahu apakah dia benar benar telah berhenti mengganggu Bella dan Jona.Dengan hati yang berdebar, Norma mengetuk pintu rumah Ronald. Saat Ronald membukakan pintu, Norma langsung melontarkan pertanyaannya dengan penuh kekhawatiran."Ronald, aku harus tahu apa yang terjadi," ucap Norma dengan suara gemetar. "Langkah apa lagi yang akan kamu ambil terhadap Bella dan Jona? Mereka sudah cukup lama hidup tenang."Ronald menatap Norma dengan serius, sebelum akhirnya menghela napas panjang. "Norma, aku harus jujur padamu. Aku sudah berhenti," ujarnya dengan tegas.Norma merasa terkejut mendengar pengakuan tersebut. Dia tidak bisa mempercayai apa yang dia dengar. "Bagaimana mungkin aku percaya padamu setelah semua yang sudah terjadi?" kata Norma dengan nada yang tajam.Ronal
Keesokan harinya, suasana di rumah Zhe terasa hening. Zhe masih tertidur, terpapar oleh kelelahan dan ketidakpastian. Namun, keheningan itu tiba tiba terputus oleh suara keras dari pintu depan.Kedatangan polisi yang tak terduga membuat Ronald. Laura yang pagi itu datang untuk menemui Zhe tak kalah terkejut. Mereka bingung dan khawatir, tidak tahu apa yang sedang terjadi. Namun, kekhawatiran mereka mencapai puncaknya saat polisi meminta izin untuk memeriksa kamar Zhe.Dengan hati yang berdebar, Ronald dan Laura mengizinkan polisi masuk. Mereka menyaksikan dengan mata terbelalak ketika polisi menemukan paket kecil yang berisi narkotika di dalam laci meja Zhe.Ronald merasa dunianya hancur saat itu. Dia merasa bersalah karena telah menyia nyiakan kesempatan untuk memperbaiki hubungannya dengan Zhe. Laura, sementara itu, hancur karena melihat anaknya yang terperangkap dalam lingkaran kejahatan yang gelap.Tanpa berkata sepatah kata pun, polisi membawa Zhe pergi untuk diperiksa lebih lanj