Kaluna Maharani Atmaji Putri POV
Hari ini aku meninggalkan Eric bersama Ervin karena aku harus bertemu dengan calon klien-ku. Kali ini aku mendapatkan calon klien dari Hilda. Hilda mengatakan kepadaku jika wanita yang akan menggunakan jasa wedding organizer milikku untuk pernikahan anaknya ini adalah teman arisan sosialitanya. Kini aku menunggu kedatangan wanita itu bersama Hilda yang duduk di depanku. Kami menunggu teman Hilda ini di sebuah restoran yang ada di mall."Lun?" Panggil Hilda yang membuatku mengangkat pandanganku dari yang sejak tadi fokus menatap foto-foto yang aku ambil bersama suami dan anakku lakukan di rumah ibu."Hmm?""Rumah tangga lo sama Ervin baik-baik aja kan?"Aku tertawa cekikikan ketika mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir Hilda ini. Usai tawaku reda, aku memilih menganggukkan kepala dan tersenyum ramah ke Hilda."Alhamdulillah kalo gitu. Sumpah gue kaget banget pas temen gue spill siapa si ceErvin Aditya POVHari ini tugasku menemani Eric karena Luna memiliki pekerjaan di luar rumah. Baiklah, aku tidak pernah keberatan melakukan baby-sitting apalagi pada anakku sendiri. Lagipula Luna juga membutuhkan refreshing di luar rumah. Sesekali bertemu temannya walau itu adalah Hilda tidak ada salahnya. "Pa?""Apa?""Mama kok nggak pulang-pulang?"Aku hanya tersenyum saat mendapatkan pertanyaan yang keluar dari bibir Eric ini."Mama lagi kerja, nanti juga pulang. Kamu bosen, ya di rumah?"Eric hanya menganggukkan kepalanya dan kini tugasku adalah memutar otak untuk mencari kegiatan yang bisa membuat Eric betah di rumah. "Hmm, kita bikin sandwich mau nggak?""Nggak mau. Bikin roti bakar keju coklat aja."Roti bakar keju coklat, aku kembali mengingat apa yang aku dan Luna beli di pasar tadi. Ketika menyadari jika kami juga sudah membeli itu semua, aku menganggukkan kepala. "Okay,
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVAlhamdulillah, akhirnya aku mendapatkan garis dua untuk yang kedua kali walau memang belum terlihat kantung janin di dalam rahimku. Ini seperti kado ulang tahunku dan kado pernikahan kami yang ke lima. Aku hanya bisa tersenyum saat melihat betapa bahagianya Ervin ketika mengetahui aku berhasil hamil kembali dan kali ini tanpa harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan Robert. "Pokoknya kamu istirahat di kamar aja. Biar rumah aku yang bersih-bersih sama jagain Eric."Aku hanya menghela napas panjang. Entah kenapa kehamilan kedua kali ini dan dulu ketika aku hamil Eric, sungguh terasa berbeda sekali. Badanku rasanya sungguh lemas dan tak memiliki tenaga namun aku yakin jika aku masih mampu melakukan segalanya sendiri tanpa Ervin harus turun tangan membantu. Aku harus tetap menjadi wanita yang mandiri, karena tidak akan setiap waktu Ervin ada di dekatku untuk membantu. Seperti bulan depan di mana ia harus kembali terbang ke Milan."Nggak usah, aku bisa k
Ervin Aditya POVMalam ini aku sedang begitu kesal kepada Luna yang benar-benar keras kepala. Entah kepalanya terbuat dari batu kali atau batu granit. Bagaimana bisa ia begitu susah untuk dinasehati oleh suaminya sendiri? Aku melarangnya pulang ke Jogja jelas karena aku memikirkan kesehatan dan keselamatannya. Apalagi kini dia sedang mengandung calon anak kedua kami yang ada di dalam rahimnya.Kini aku memilih berjalan ke halaman belakang dan aku hidupkan sebatang rokok yang sebenarnya cukup jarang aku lakukan. Aku hanya merokok dikala aku merasa sedang kesal dan butuh ketenangan saja. Itupun sampai detik ini Eric tidak pernah melihatku merokok. Aku benar-benar melakukannya ketika Eric tidak ada di dekatku. Selain itu aku selalu berusaha agar asap rokokku tidak pernah masuk ke dalam rumah karena aku menghargai orang-orang di sekitarku yang tidak merokok. Cukup lama aku berada di halaman belakang rumah ibu ini hingga aku mendengar suara orang yang sedang berjalan mendekatiku. Tak perl
Ervin Aditya POVPagi-pagi buta kami sekeluarga sudah berada di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng untuk menunggu penerbangan paling pagi ke Jogja. Untuk pertama kalinya pagi ini aku ingin tertawa tapi aku benar-benar menahannya. Luna yang sejak tadi mengomel tiada henti sungguh membuatku geli. Bahkan Eric yang masih tertidur dalam gendonganku pun tidak terbangun karena suara Luna yang mengomel tiada henti, persis seperti radio yang baru saja diganti baterainya. "Delay pesawatnya berapa lama lagi ini?""Tunggu aja. Semoga nggak akan lama.""Ck, udah hampir satu jam delay, Vin."Aku hanya menghela napas panjang saat mendengar perkataannya. "Ya gitu kalo nggak pernah dengar dan nurut sama kata-kata suami.""Kayanya aku salah pilih maskapai."Mendengar perkataan Luna aku justru semakin tertawa. Karena tanpa Luna berkata seperti itu harusnya dirinya sadar jika maskapai penerbangan yang dia pilih suda
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVSejak kami selesai bertemu dengan Retno di Bandara Soekarno Hatta Cengkareng sampai kami tiba di Yogyakarta Internasional Airport, wajah Ervin yang terlihat kesal sangat nampak jelas terlihat, terlebih jika ia sedang menatapku. Aku dicueki olehnya? Sungguh luar biasa cara Ervin jika sedang merasa tersaingi. Ingin merasa kesal kepadanya namun aku juga merasa ingin tertawa karena perilakunya. Benar kata orang, sedewasa dewasanya laki-laki, mereka tetap memiliki sifat kekanak-kanakan yang membuat kita tepuk jidat jika sedang kumat seperti ini. Saat kami sampai di Bandara, kami langsung dijemput oleh supir pribadi Mama. Sepanjang perjalanan, Ervin selalu mencoba untuk membuat Eric hanya terpaku kepadanya dan membuatku harus gigit jari karena anakku bahkan sedang sibuk berceloteh ria dengan Papanya dan mengabaikan Mamanya. Perjalanan selama satu jam kami lalui hingga akhirnya kami tiba di rumah. Baru saat supir Mama pamit pulang, aku segera memanggil Ervi
Ervin Aditya POVSiang ini aku dan Luna tiba di sebuah ballroom ruang pertemuan yang berukuran tidak terlalu besar namun juga tidak terlalu kecil. Saat kami sampai di sana, para karyawan Luna sudah datang lebih dulu. Seperti biasa kami bersalaman sebagai bentuk saling menyapa satu sama lain. Lima tahun menikah dengan Luna dengan segala kerja keras yang sudah aku lakukan nyatanya tetap tidak bisa merubah sebagainya pandangan karyawan Luna kepadaku. Beberapa dari mereka masih tetap tidak menyukai diriku, dan menganggap diriku sebagai seorang laki-laki pengeruk harta istri. Lebih apesnya lagi setelah gosip tentang masa laluku tersebar kemarin, hari ini beberapa diantara mereka menatapku dengan tatapan jijiknya seakan mereka adalah manusia paling suci di muka bumi ini. "Vin, aku masuk dulu ke dalam, ya?""Okay. Aku tunggu di restoran hotel aja ya?""Iya."Setelah Luna masuk ke dalam ballroom hotel, aku segera menuju ke restoran hotel yang ada di dekat kolam renang. Aku berjalan melewati
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVRasanya aku ingin menutup mataku dan tidur di atas ranjang yang empuk sambil memeluk guling. Kepalaku terasa berat sekali saat ini namun aku harus tetap memfokuskan perhatianku kepada meeting kali ini yang berjalan cukup alot karena permintaan aneh-aneh si empunya gawe. Sumpah, berkali-kali aku menangani klien VIP bahkan hingga billionaire sekelas Thomas Alexandre yang tidak banyak tuntutan serta permintaan. Ia dulu hanya meminta pesta secara privat yang dihadiri oleh keluarga saja dan diadakan di villa miliknya yang ada di pinggiran tebing pantai, namun kenyataannya permintaan klien ini adalah salah satu yang terunik dibanding lainnya. "Baik, Pak akan kami usahakan semaksimal mungkin agar acara bisa terlaksana dengan baik.""Bagus jika begitu. Saya tidak ingin ada tamu yang tidak kebagian makan dan mengeluhkan pelayanan dari pihak hotel apalagi WO kalian.""Jika begitu mungkin porsi makan bisa di tambah Pak dengan hitungan satu undangan untuk 4 orang
Ervin Aditya POVMalam hari setelah kami membacakan buku cerita untuk Eric hingga ia tertidur, aku dan Luna kembali ke lantai dua, tempat kamar kami berada. Saat melihat Luna yang sepertinya kelelahan, aku kembali memiliki ide untuk memindah kamar kami di lantai dua untuk pindah sementara waktu di kamar tamu yang ada di lantai satu. Dari pengamatanku selama beberapa hari ini, aku dapat melihat jika kehamilan Luna kali ini sangat berbeda dengan saat ia hamil Eric dulu. "Lun, kayanya kita tidur di kamar tamu aja.""Ngapain? Enak juga di kamar kita.""Lama nggak ditempati.""Ya udah, kamu bobok di sana aja. Aku mau bobok di kamar."Aku hanya bisa menghela napas dan sepertinya trik kali ini gagal aku lakukan. Kini mau tidak mau aku segera mengikuti Luna menuju ke lantai dua. Semoga saja Luna benar-benar tidak mabuk parah saat kehamilannya kali ini. ***Hueekk.... Hueekk..... Hueek....Aku terbangun malam
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku bangun dengan badan yang lebih segar. Aku renggangkan kedua tanganku ke atas sambil pelan-pelan membuka mataku. Saat kedua mataku terbuka, aku menoleh ke sisi samping sebelah kiriku dan tidak aku temukan keberadaan Ervin di sana. Mataku langsung membelalak lebar. Pantas saja aku bisa bangun siang tanpa ada yang membangunkanku.Tanpa banyak bermalas-malasan di atas kasur, aku segera bangun dari atas ranjang. Sambil berjalan menuju ke arah kamar mandi, aku yg memanggil-manggil Ervin. "Vin.... Ervin.... Where are you?"Tidak ada tanggapan dari Ervin yang sama saja artinya dengan dia tidak ada di kamar ini. Rasa penasaran mulai muncul di dalam hatiku. Kini setelah aku selesai mencuci muka dan menggosok gigi, aku keluar dari dalam kamar. Sebelum keluar dari kamar, aku mengganti pakaian yang aku kenakan dengan kaos oblong berwarna putih yang oversize dan hotpants berwarna hitam polos. Selesai berganti pakaian, aku mencoba mencari Ervin di seki
Ervin Aditya POVSepertinya hidup memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya masalah yang hadir di dalamnya. Begitupula dengan kehidupan rumah tanggaku dan Luna. Aku bersyukur karena kehidupan rumah tangga kami berjalan lancar walau sesekali kami sering berbeda pandangan serta pendapat. Selama ini kami masih bisa menyelesaikan semua itu berdua dengan kepala dingin. Cobaan rumah tangga kami justru datang dari keluarga serta orang-orang disekitar kami. Mulai dari Papa Risnawan yang memutuskan menikah lagi, hingga aku harus berusaha membuat Luna tetap tegar menghadapi semua ini dan seperti informasi yang baru saja Jani kirimkan kepadaku.Jani : Mas, aku sudah enggak kuat rasanya. Mau nangis sekarang tapi air mataku sudah habis. Aku mengernyitkan kening ketika membaca pesan dari Jani malam ini. Selama ini aku berusaha untuk tidak pernah mencampuri rumah tangga Jani serta Bayu. Terlebih mereka sudah tinggal bersama sejak ibu meninggal dunia beberapa tahun lalu. Aku berpikir jika mereka
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV"Kita pulang yuk, Vin?" Ajakku kepada Ervin setelah rasanya kami sudah cukup lama berada di warung ini. "Masa langsung pulang sih, Lun. Kita jalan-jalan dulu lah mumpung masih di Bali.""Mau nyari apa lagi? Makan? Udah kenyang. Baju? Di lemari sudah banyak.""Ya pingin aja gitu jalan-jalan kaya orang pacaran."Nasib, oh, nasib....Beginilah jika punya pasangan seperti Ervin yang tidak bisa diajak duduk santai di rumah setiap kali sedang berlibur. Ervin adalah tipikal orang yang tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk duduk di dalam villa atau hotel saja. Hanya sekali ia begitu sulit diajak jalan-jalan ketika kami berlibur berdua. Itu adalah ketika kami honeymoon ke Austria. "Ingat, buntut sudah ada satu, Vin. Aku aja rasanya kangen banget sama Eric.""Sama, Lun. Tapi kita memang butuh waktu untuk berdua dan menikmati kehadiran satu sama lain tanpa ada pengganggu. Jangan sampai kita kalah sama Papa dan Lolanya Eric."Aku tertawa di hadapan Ervin. Ya, te
Ervin Aditya POVMisi untuk mengajak Luna menikmati waktu kami berdua di Bali cukup sukses aku lakukan. Apalagi sejak sampai di Bali kami langsung aktif bersilaturahmi di atas ranjang. Tidak hanya di atas ranjang seluruhnya juga sih, lebih tepatnya kami melakukannya di seluruh penjuru kamar sejak siang sampai sore hari. Bahkan matahari yang mulai pulang ke peraduannya pun bisa aku lihat dari jendela kamar ini. Saat aku menoleh ke arah Luna, aku bisa melihatnya yang sudah tidur dengan mulut sedikit terbuka. Mulutnya bahkan telah membaut aliran air terjun hingga membentuk gugusan pulau baru di atas bantal yang ia tiduri. Aku tersenyum saat melihatnya. Sepertinya istriku cukup lelah dengan aktivitas bercinta kami berdua sejak sampai di villa ini. Kini aku memilih untuk bangun dari ranjang dan membiarkan Luna untuk menikmati waktu istirahatnya. Aku berjalan menuju ke kamar mandi dan melakukan mandi junub. Sudah saatnya melakukan kewajibanku di dunia ini sebagai seorang umat dari Tuhan.
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVAku kembali menginjakkan kakiku siang ini di Bandara Ngurah Rai, Denpasar bersama Ervin. Ya, hari ini kami langsung terbang ke pulau Dewata ini sekedar untuk merasakan liburan kami berdua lagi tanpa kehadiran Eric. Tentu saja Eric kami titipkan kepada Mamaku. Walau sebenarnya aku paling tidak tega menitipkan Eric kepada Mama, namun Mama terlebih Eric terlihat senang-senang saja. Tentu saja Eric senang, apalagi Mama terlalu memanjakan dirinya sebagai seorang cucu tunggal."Hari ini rencananya kita mau ke mana, Lun?""Terserah kamu saja, Vin.""Jangan gitu dong, Lun. Soalnya aku paling enggak bisa kalo kamu bilang terserah. Nanti seenak udel aku bikin jadwal, kamu cemberut."Aku tersenyum ke arahnya dan aku gelengkan kepalaku."Enggak, tenang aja. Tapi aku rasa kita lebih baik pulang dulu ke villa-ku yang ada di Canggu."Aku tahu wajah Ervin tampak tidak bersemangat karena sebenarnya dirinya yang sudah membuatkan aku sebuah villa di Bali dengan hasil ker
Ervin Aditya POVAku sengaja mengajak Luna menuju ke kamar kami yang ada di lantai empat. Bukan tanpa alasan aku mengajaknya ke kamar. Tentu saja itu harus aku lakukan karena aku memiliki hal-hal yang sangat privasi untuk dibicarakan sedangkan tadi kami tidak memiliki tempat yang layak untuk melakukan itu. Saat kami sudah berada di dalam kamar hotel, Luna memilih untuk duduk di pinggiran ranjang berukuran king yang ada di dalam kamar kami. Aku memilih duduk di sampingnya. Saat aku duduk di sampingnya, Luna sudah menatapku dengan tatapan lembutnya. "Ada apa, Vin?""Enggak, cuma pingin ngobrol sama kamu aja."Luna mengernyitkan keningnya. Aku tahu jika aku terdengar sangat absurd dan konyol saat ini namun aku berusaha untuk mengabaikannya. "Ngobrolin apa?""Ngobrolin tentang ketakutan kamu ketika aku melihat gown yang dipakai sama Kimaya tadi."Aku melihat Luna terdiam, kemungkinan ia tidak menyangka jika aku bisa tahu tentang isi hatinya. Tentu saja aku bisa tahu, lebih dari lima t
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Kimaya dengan Papa akan digelar. Tidak ada keluarga besar dari Mama yang mendapatkan undangan satu pun. Namun lucunya Kimaya justru meminta Mama untuk hadir di acara ini. Aku kira Mama akan menolaknya, ternyata aku salah, yang ada Mama justru menyanggupi untuk datang ke acara ini. Entahlah, aku sedikit tidak paham dengan jalan pikiran Mama ini. Kini aku memilih duduk di sofa yang ada di dalam kamar hotel tempat Mama menginap. Aku perhatikan wajah Mama yang tampak sudah bisa tersenyum kembali. Tidak seperti awal-awal ketika menerima kabar jika Papa akan menikah dengan Kimaya. "Lun, kenapa kamu diam aja? Kamu lagi ada masalah sama Ervin?""Enggak, Ma. Aku baik-baik aja sama Ervin.""Terus kenapa kamu diam saja seperti itu? Muka kamu kelihatan mirip orang yang lagi banyak masalah hidup."Aku tersenyum kecil dan menggelengkan kepalaku pelan. Mama masih diam dan menunggu
Ervin Aditya POV"Papa...," Suara teriakan Eric memanggil namaku membuatku tersenyum lebar. Cepat-cepat aku turun dari mobil Mama Kartika diikuti Luna setelahnya. Saat Eric sampai di dekatku dan langsung mendekap tubuhku, itu membuatku merasa terharu. Dari semua panggilan yang pernah aku terima, bagiku panggilan paling membuatku bahagia adalah panggilan dari Eric. Ia yang memanggil diriku dengan sebutan Papa merupakan panggilan yang paling indah di telingaku. Saat Eric mengurai pelukannya kepadaku, aku membungkuk untuk mengangkatnya. Saat ia sudah ada dalam gendonganku lalu menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya, aku memilih memejamkan mataku sambil tertawa kecil karena aku sedikit merasa geli. "Ric, biarin Papa masuk dulu." Suara Mama Kartika membuat Eric berhenti menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya. Saat aku membuka mataku, di hadapanku sudah ada Luna yang sedang memberi salam kepada Mamanya. Setelah ia selesai memberi salam kepada Mama Kartika, Luna membalikkan tu
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari ini aku belum bisa pulang ke Jogja walau aku sudah ingin memeluk Eric kembali. Walau Ervin mengatakan jika ia juga merasakan hal yang sama denganku, namun aku tidak percaya dengan kata-katanya begitu saja. Kenyataanya semalam dia mengajakku bercinta kembali hanya karena tidak bisa tidur dan rindu untuk memeluk anaknya. Sungguh tidak nyambung, tapi aku tidak mau berdebat dengan dirinya. Mau tidak mau jika suami sudah meminta jatah nafkah batinnya, aku pun harus siap untuk melayaninya. Selain itu juga aku selalu berharap jika aku tak pernah menolaknya, maka itu akan memperkecil kemungkinan Ervin melakukan perelingkuhan dengan wanita lain di luar rumah. Walau pada kenyataannya pilihan untuk berselingkuh atau tetap setia kepada pasangan adalah pilihan yang bisa diambil orang itu sendiri. Bagiku tidak ada perselingkuhan itu karena khilaf. Tentu saja orang yang melakukan perselingkuhan sudah sadar serta tahu jika apa yang dirinya lakukan adalah salah d