Ervin Aditya POVPagi-pagi buta kami sekeluarga sudah berada di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng untuk menunggu penerbangan paling pagi ke Jogja. Untuk pertama kalinya pagi ini aku ingin tertawa tapi aku benar-benar menahannya. Luna yang sejak tadi mengomel tiada henti sungguh membuatku geli. Bahkan Eric yang masih tertidur dalam gendonganku pun tidak terbangun karena suara Luna yang mengomel tiada henti, persis seperti radio yang baru saja diganti baterainya. "Delay pesawatnya berapa lama lagi ini?""Tunggu aja. Semoga nggak akan lama.""Ck, udah hampir satu jam delay, Vin."Aku hanya menghela napas panjang saat mendengar perkataannya. "Ya gitu kalo nggak pernah dengar dan nurut sama kata-kata suami.""Kayanya aku salah pilih maskapai."Mendengar perkataan Luna aku justru semakin tertawa. Karena tanpa Luna berkata seperti itu harusnya dirinya sadar jika maskapai penerbangan yang dia pilih suda
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVSejak kami selesai bertemu dengan Retno di Bandara Soekarno Hatta Cengkareng sampai kami tiba di Yogyakarta Internasional Airport, wajah Ervin yang terlihat kesal sangat nampak jelas terlihat, terlebih jika ia sedang menatapku. Aku dicueki olehnya? Sungguh luar biasa cara Ervin jika sedang merasa tersaingi. Ingin merasa kesal kepadanya namun aku juga merasa ingin tertawa karena perilakunya. Benar kata orang, sedewasa dewasanya laki-laki, mereka tetap memiliki sifat kekanak-kanakan yang membuat kita tepuk jidat jika sedang kumat seperti ini. Saat kami sampai di Bandara, kami langsung dijemput oleh supir pribadi Mama. Sepanjang perjalanan, Ervin selalu mencoba untuk membuat Eric hanya terpaku kepadanya dan membuatku harus gigit jari karena anakku bahkan sedang sibuk berceloteh ria dengan Papanya dan mengabaikan Mamanya. Perjalanan selama satu jam kami lalui hingga akhirnya kami tiba di rumah. Baru saat supir Mama pamit pulang, aku segera memanggil Ervi
Ervin Aditya POVSiang ini aku dan Luna tiba di sebuah ballroom ruang pertemuan yang berukuran tidak terlalu besar namun juga tidak terlalu kecil. Saat kami sampai di sana, para karyawan Luna sudah datang lebih dulu. Seperti biasa kami bersalaman sebagai bentuk saling menyapa satu sama lain. Lima tahun menikah dengan Luna dengan segala kerja keras yang sudah aku lakukan nyatanya tetap tidak bisa merubah sebagainya pandangan karyawan Luna kepadaku. Beberapa dari mereka masih tetap tidak menyukai diriku, dan menganggap diriku sebagai seorang laki-laki pengeruk harta istri. Lebih apesnya lagi setelah gosip tentang masa laluku tersebar kemarin, hari ini beberapa diantara mereka menatapku dengan tatapan jijiknya seakan mereka adalah manusia paling suci di muka bumi ini. "Vin, aku masuk dulu ke dalam, ya?""Okay. Aku tunggu di restoran hotel aja ya?""Iya."Setelah Luna masuk ke dalam ballroom hotel, aku segera menuju ke restoran hotel yang ada di dekat kolam renang. Aku berjalan melewati
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVRasanya aku ingin menutup mataku dan tidur di atas ranjang yang empuk sambil memeluk guling. Kepalaku terasa berat sekali saat ini namun aku harus tetap memfokuskan perhatianku kepada meeting kali ini yang berjalan cukup alot karena permintaan aneh-aneh si empunya gawe. Sumpah, berkali-kali aku menangani klien VIP bahkan hingga billionaire sekelas Thomas Alexandre yang tidak banyak tuntutan serta permintaan. Ia dulu hanya meminta pesta secara privat yang dihadiri oleh keluarga saja dan diadakan di villa miliknya yang ada di pinggiran tebing pantai, namun kenyataannya permintaan klien ini adalah salah satu yang terunik dibanding lainnya. "Baik, Pak akan kami usahakan semaksimal mungkin agar acara bisa terlaksana dengan baik.""Bagus jika begitu. Saya tidak ingin ada tamu yang tidak kebagian makan dan mengeluhkan pelayanan dari pihak hotel apalagi WO kalian.""Jika begitu mungkin porsi makan bisa di tambah Pak dengan hitungan satu undangan untuk 4 orang
Ervin Aditya POVMalam hari setelah kami membacakan buku cerita untuk Eric hingga ia tertidur, aku dan Luna kembali ke lantai dua, tempat kamar kami berada. Saat melihat Luna yang sepertinya kelelahan, aku kembali memiliki ide untuk memindah kamar kami di lantai dua untuk pindah sementara waktu di kamar tamu yang ada di lantai satu. Dari pengamatanku selama beberapa hari ini, aku dapat melihat jika kehamilan Luna kali ini sangat berbeda dengan saat ia hamil Eric dulu. "Lun, kayanya kita tidur di kamar tamu aja.""Ngapain? Enak juga di kamar kita.""Lama nggak ditempati.""Ya udah, kamu bobok di sana aja. Aku mau bobok di kamar."Aku hanya bisa menghela napas dan sepertinya trik kali ini gagal aku lakukan. Kini mau tidak mau aku segera mengikuti Luna menuju ke lantai dua. Semoga saja Luna benar-benar tidak mabuk parah saat kehamilannya kali ini. ***Hueekk.... Hueekk..... Hueek....Aku terbangun malam
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Hari ini aku menatap ruangan di depanku dengan tulisan dr. Robert Aryawilaga dengan tatapan lemas. Sejak semalam aku benar-benar merasakan apa itu yang disebut orang-orang dengan istilah ngidam. Sungguh, benar-benar menyiksa. Karena itu para suami seharusnya tidak cuek kepada istrinya apalagi ketika istrinya sedang hamil seperti ini. "Ibu Kaluna Maharani Atmaji Putri, silahkan masuk ke dalam."Finally....Setelah ribuan detik aku habiskan menunggu panggilan untuk diriku, akhirnya kini namaku sudah dipanggil untuk masuk ke dalam ruangan praktek dokter Robert. Pelan-pelan aku mencoba bangkit berdiri sambil dibantu Ervin dan kini kami memasuki ruangan Robert. "Selamat siang, dokter." Aku mencoba menyapa Robert walau dengan suara lemah. "Siang," jawab Robert singkat namun aku bisa melihat keterkejutan yang muncul di wajah tampannya. "Silahkan duduk Bu Luna dan Pak Ervin."Aku dan Ervin langsung duduk di kursi yang ada di depan meja Robert. "Sudah lam
Ervin Aditya POV Aku menatap Luna yang duduk di sampingku dengan wajah yang sedang tertunduk lesu. Aku bisa merasakan apa yang dirinya rasakan. Rasa hancur, kecewa dan tentunya ingin melawan dunia muncul di dalam hati. Tanpa harus dirinya berkata apapun aku tau kesedihannya. Ingin rasanya aku memeluknya namun tidak bisa karena aku sedang fokus pada kemudi mobil. Baru saat mobil berhenti di sebuah lampu merah, aku angkat tangan kiriku dan aku tempatkan pada pipi Luna. Luna menoleh ke arahku dan betapa shock diriku ketika mendapati mata Luna yang sudah memerah dan berkaca-kaca. Sebentar lagi kemungkinan bendungan air matanya akan jebol. "Everything will be fine, Lun. You are not alone. I am here with you."Aku mencoba memberinya semangat dengan mengatakan semua akan baik-baik dan Luna tidak sendiri. Ada aku di sini yang menemaninya. Baik suka maupun duka, aku tidak akan meninggalkan dirinya. Kejadian ini adalah salah satu ujian dalam rumah tangga kami san aku yakin kamu akan bisa mel
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku kembali menyambangi sebuah rumah sakit khusus ibu dan anak bersama Ervin. Pilihan ini kami ambil setelah pembicaraan kami semalam tentang langkah apa yang akan kami ambil ke depannya. Kami bersepakat untuk mempertahankan apa yang telah Tuhan titipkan kepada kami berdua semaksimal mungkin. "Aku rada nggak nyaman di sini," suara Ervin membuatku kembali menapaki realita lagi setelah sejak tadi aku memikirkan semua yang terjadi di hidup kami berdua belakangan ini dalam diam. "Kenapa?""Di lirik-lirik terus tahu, Lun. Ah, pakai masker sama topi aja. Biar kaya oppa-oppa Eropa."Aku tertawa cekikikan di sebelah Ervin yang kini tengah memasang masker si wajahnya lalu memasang topi couple yang Ervin buat bersama Eric beberapa waktu lalu. Topi bertuliskan Daddy itu justru selalu sanggup membuatku tertawa."Oppa Korea kali, Vin.""Masalahnya nggak mirip, Lun. Bule banget muka aku. Mirip Sean O'pry kata orang-orang."Entah kenapa Ervin selalu bisa