Ervin Aditya POV Aku menatap Luna yang duduk di sampingku dengan wajah yang sedang tertunduk lesu. Aku bisa merasakan apa yang dirinya rasakan. Rasa hancur, kecewa dan tentunya ingin melawan dunia muncul di dalam hati. Tanpa harus dirinya berkata apapun aku tau kesedihannya. Ingin rasanya aku memeluknya namun tidak bisa karena aku sedang fokus pada kemudi mobil. Baru saat mobil berhenti di sebuah lampu merah, aku angkat tangan kiriku dan aku tempatkan pada pipi Luna. Luna menoleh ke arahku dan betapa shock diriku ketika mendapati mata Luna yang sudah memerah dan berkaca-kaca. Sebentar lagi kemungkinan bendungan air matanya akan jebol. "Everything will be fine, Lun. You are not alone. I am here with you."Aku mencoba memberinya semangat dengan mengatakan semua akan baik-baik dan Luna tidak sendiri. Ada aku di sini yang menemaninya. Baik suka maupun duka, aku tidak akan meninggalkan dirinya. Kejadian ini adalah salah satu ujian dalam rumah tangga kami san aku yakin kamu akan bisa mel
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku kembali menyambangi sebuah rumah sakit khusus ibu dan anak bersama Ervin. Pilihan ini kami ambil setelah pembicaraan kami semalam tentang langkah apa yang akan kami ambil ke depannya. Kami bersepakat untuk mempertahankan apa yang telah Tuhan titipkan kepada kami berdua semaksimal mungkin. "Aku rada nggak nyaman di sini," suara Ervin membuatku kembali menapaki realita lagi setelah sejak tadi aku memikirkan semua yang terjadi di hidup kami berdua belakangan ini dalam diam. "Kenapa?""Di lirik-lirik terus tahu, Lun. Ah, pakai masker sama topi aja. Biar kaya oppa-oppa Eropa."Aku tertawa cekikikan di sebelah Ervin yang kini tengah memasang masker si wajahnya lalu memasang topi couple yang Ervin buat bersama Eric beberapa waktu lalu. Topi bertuliskan Daddy itu justru selalu sanggup membuatku tertawa."Oppa Korea kali, Vin.""Masalahnya nggak mirip, Lun. Bule banget muka aku. Mirip Sean O'pry kata orang-orang."Entah kenapa Ervin selalu bisa
Ervin Aditya POV Harapan kami pupus sudah kali ini ketika pulang dengan diagnosa yang tidak berbeda dengan uang Robert berikan. Kini semangat yang sejak semalam sudah coba aku berikan kepada Luna akhirnya musnah sudah. Luna duduk di sampingku dalam diam. Jika dia sudah seperti ini entah kenapa aku menjadi sering pusing sendiri. Mencoba mencari tempat yang tenang dan damai, aku mengarahkan mobil kami menuju ke daerah pantai yang ada di kabupaten gunung kidul. Entah apa yang Luna pikirkan di dalam kepalanya hingga ia baru menyadari saat aku sudah melajukan mobil hingga sampai di kawasan tahura Bunder. "Lho, Vin, kok kita lewat sini?" Tanya Luna tiba-tiba setelah hampir satu jam kami terdiam dan tak ada yang membuka percakapan. "Iya. Kita ke pantai dulu, ya?""Aku lagi nggak pingin piknik, Vin. Lebih baik kita pulang."Aku tersenyum di balik kemudi mobil. "Nggak, kita sekarang ke pantai dulu.""Kalo Eric pulang sekolah terus nyariin kita gimana?""Aku udah titip Eric ke Mama. Kamu n
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVLima hari setelah kami mengunjungi dokter Widya dan pergi ke Pantai Timang, kehidupan kami jauh lebih baik daripada sebelumnya, walau mendung hitam menyelimuti rumah tangga kami dan mungkin akan ada hujan badai yang menyapa kami sekeluarga, namun kami berusaha untuk tetap menari dengan bahagia di bawah awan mendung tersebut.Setelah aku telaah lebih jauh, jika aku hanya bersedih maka itu akan menggangu persiapan Ervin yang akan pergi meninggalkan aku dan Eric hampir sebulan lamanya. Aku tidak ingin membuatnya memiliki beban saat meninggalkan kami berdua untuk bekerja. Walau aku sendiri masih seperti orang mabuk sampai sekarang, aku harus terlihat tetap baik-baik saja agar Ervin tidak khawatir ketika meninggalkan Eric bersama diriku. Aku masih sering mual, muntah, perut kram bahkan dua kali aku pingsan selama lima hari ini. Berkali-kali Ervin meminta diriku untuk ke rumah sakit lagi, namun aku menolaknya. Aku tidak mau mendengar dokter mengatakan hal y
Ervin Aditya POVSiang ini aku meninggalkan Luna sendirian di rumah untuk pergi ke Bandara menjemput Papa Risnawan. Akhirnya kali ini Papa memilih untuk pulang kampung setelah sejak hakim mengetuk palu sebagai tanda berakhirnya bahtera pernikahannya dengan Mama Kartika, Papa memilih untuk tinggal di Dubai. Atas permintaan Papa yang ingin merahasiakan kepulangannya, aku akhirnya tidak menceritakan semua ini kepada Luna. Saat aku tiba di Yogyakarta Internasional Airport, Papa telah menunggu di sana dan aku langsung menyalaminya. Tanpa banyak membuang-buang waktu lagi, aku segera mengajak Papa untuk menuju ke mobil. Perjalanan dari bandara menuju ke rumah Mama dan Papa yang hanya dihuni oleh para pekerja rumah tangga ini lumayan cukup jauh sehingga di dalam mobil pun Papa mengajakku berbicara mulai dari hal basa basi yang hanya menanyakan kabar, kondisi usaha kami hingga akhirnya beliau menanyakan tentang kondisi putrinya."Gimana kabarnya Luna, Vin?"Andai saja yang bertanya bukan Papa
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVSuara handphone milikku yang berdering membuatku segera berjalan menuju ke arah meja dapur. Saat aku melihat nama si penelepon, aku hanya bisa mengernyitkan kening. Mama, tumben Mama telepon? Biasanya juga langsung datang ke rumah. Aku langsung mengangkatnya dan kini sapaan Mama terdengar resmi di telingaku. "Assalamualaikum, Ma?""Waalaikum salam, Lun. Kamu lagi apa?""Barusan bikin puding buat Eric.""Eric sudah pulang sekolah?""Belum. Lagi dijemput sama Ervin. Barusan aja sih Ervin berangkat jemput. Kenapa, Ma?""Kalo gitu bisa nggak kamu ke rumah Papa sekarang, Lun?"Rumah Papa?Rumah Papa adalah rumah yang menjadi milikku dan Ruben yang sejak kami lahir telah kami tempati namun kami tidak ada yang mau memilikinya setelah perceraian Mama dan Papa. Hari-hari terakhir aku tinggal di sana begitu menyisakan kenangan yang membuat aku sedikit malas untuk datang ke sana. "Memang nggak ada tempat lain selain di sana, Ma?""Ya ada, tapi Papa kamu kema
Ervin Aditya POVAku baru saja selesai mampir untuk mengisi bahan bakar di SPBU dan langsung melajukan mobil menuju ke sekolah Eric yang jaraknya masih cukup jauh dari lokasi ini. Sampai detik ini aku masih merasa Luna terlalu egois dengan menyekolahkan Eric di sekolah yang cukup jauh dari lokasi rumah kami walau alasan Luna melakukannya adalah karena mutu pendidikan yang menurutnya sangat baik. Apalagi mereka memadukan Montessori serta waldoft ke dalam sistem mereka. Di tambah di sana banyak teman-teman Eric yang memiliki darah campuran sehingga Eric tidak akan terlalu mencolok dan berbeda dengan rambut pirang dan wajah bulenya. Andai aku tidak mengalah dulu dalam urusan memilih sekolah untuk Eric, bisa-bisa hal ini menjadi boomerang dalam hubungan rumah tangga kami, karena sebenarnya aku ingin Eric bersekolah di sekolah yang mengambil fokus kepada pendidikan agama. Bagiku itu adalah dasar serta pondasi seorang anak untuk melangkah ke depannya kelak. Kini aku baru saja memarkirkan
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVMalam ini aku merasakan nyeri di perutku setelah aku dan Ervin baru selesai berhubungan badan. Walau Ervin menggempur diriku dengan pelan dan tidak membabi buta, tapi aku tetap saja merasakan semua ini. Bahkan kini aku harus berdiam diri di dalam kamar mandi untuk waktu yang tidak sebentar. Tok....Tok ...Tok...."Lun, Luna...," Suara panggilan yang datangnya dari arah luar kamar mandi membuatku mengangkat pandanganku. "Ya?""Kamu lagi ngapain, lama banget di dalam?"Aku masih menahan rasa sakit di perut dan pelan-pelan aku berdiri dari posisiku yang sedang duduk di atas closet. Tanpa menjawab pertanyaan dari Ervin, pelan-pelan aku berjalan keluar dari kamar mandi.Ceklek....Aku membuka pintu kamar mandi dan aku berusaha untuk menyembunyikan apa yang aku rasakan saat ini. Aku tidak mau membuat Ervin panik lagi dengan kondisiku yang kembali drop seperti saat ini. "Lun, muka kamu pucat banget. Kamu sakit lagi?"Aku menggelengkan kepala pelan di had
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku bangun dengan badan yang lebih segar. Aku renggangkan kedua tanganku ke atas sambil pelan-pelan membuka mataku. Saat kedua mataku terbuka, aku menoleh ke sisi samping sebelah kiriku dan tidak aku temukan keberadaan Ervin di sana. Mataku langsung membelalak lebar. Pantas saja aku bisa bangun siang tanpa ada yang membangunkanku.Tanpa banyak bermalas-malasan di atas kasur, aku segera bangun dari atas ranjang. Sambil berjalan menuju ke arah kamar mandi, aku yg memanggil-manggil Ervin. "Vin.... Ervin.... Where are you?"Tidak ada tanggapan dari Ervin yang sama saja artinya dengan dia tidak ada di kamar ini. Rasa penasaran mulai muncul di dalam hatiku. Kini setelah aku selesai mencuci muka dan menggosok gigi, aku keluar dari dalam kamar. Sebelum keluar dari kamar, aku mengganti pakaian yang aku kenakan dengan kaos oblong berwarna putih yang oversize dan hotpants berwarna hitam polos. Selesai berganti pakaian, aku mencoba mencari Ervin di seki
Ervin Aditya POVSepertinya hidup memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya masalah yang hadir di dalamnya. Begitupula dengan kehidupan rumah tanggaku dan Luna. Aku bersyukur karena kehidupan rumah tangga kami berjalan lancar walau sesekali kami sering berbeda pandangan serta pendapat. Selama ini kami masih bisa menyelesaikan semua itu berdua dengan kepala dingin. Cobaan rumah tangga kami justru datang dari keluarga serta orang-orang disekitar kami. Mulai dari Papa Risnawan yang memutuskan menikah lagi, hingga aku harus berusaha membuat Luna tetap tegar menghadapi semua ini dan seperti informasi yang baru saja Jani kirimkan kepadaku.Jani : Mas, aku sudah enggak kuat rasanya. Mau nangis sekarang tapi air mataku sudah habis. Aku mengernyitkan kening ketika membaca pesan dari Jani malam ini. Selama ini aku berusaha untuk tidak pernah mencampuri rumah tangga Jani serta Bayu. Terlebih mereka sudah tinggal bersama sejak ibu meninggal dunia beberapa tahun lalu. Aku berpikir jika mereka
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV"Kita pulang yuk, Vin?" Ajakku kepada Ervin setelah rasanya kami sudah cukup lama berada di warung ini. "Masa langsung pulang sih, Lun. Kita jalan-jalan dulu lah mumpung masih di Bali.""Mau nyari apa lagi? Makan? Udah kenyang. Baju? Di lemari sudah banyak.""Ya pingin aja gitu jalan-jalan kaya orang pacaran."Nasib, oh, nasib....Beginilah jika punya pasangan seperti Ervin yang tidak bisa diajak duduk santai di rumah setiap kali sedang berlibur. Ervin adalah tipikal orang yang tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk duduk di dalam villa atau hotel saja. Hanya sekali ia begitu sulit diajak jalan-jalan ketika kami berlibur berdua. Itu adalah ketika kami honeymoon ke Austria. "Ingat, buntut sudah ada satu, Vin. Aku aja rasanya kangen banget sama Eric.""Sama, Lun. Tapi kita memang butuh waktu untuk berdua dan menikmati kehadiran satu sama lain tanpa ada pengganggu. Jangan sampai kita kalah sama Papa dan Lolanya Eric."Aku tertawa di hadapan Ervin. Ya, te
Ervin Aditya POVMisi untuk mengajak Luna menikmati waktu kami berdua di Bali cukup sukses aku lakukan. Apalagi sejak sampai di Bali kami langsung aktif bersilaturahmi di atas ranjang. Tidak hanya di atas ranjang seluruhnya juga sih, lebih tepatnya kami melakukannya di seluruh penjuru kamar sejak siang sampai sore hari. Bahkan matahari yang mulai pulang ke peraduannya pun bisa aku lihat dari jendela kamar ini. Saat aku menoleh ke arah Luna, aku bisa melihatnya yang sudah tidur dengan mulut sedikit terbuka. Mulutnya bahkan telah membaut aliran air terjun hingga membentuk gugusan pulau baru di atas bantal yang ia tiduri. Aku tersenyum saat melihatnya. Sepertinya istriku cukup lelah dengan aktivitas bercinta kami berdua sejak sampai di villa ini. Kini aku memilih untuk bangun dari ranjang dan membiarkan Luna untuk menikmati waktu istirahatnya. Aku berjalan menuju ke kamar mandi dan melakukan mandi junub. Sudah saatnya melakukan kewajibanku di dunia ini sebagai seorang umat dari Tuhan.
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVAku kembali menginjakkan kakiku siang ini di Bandara Ngurah Rai, Denpasar bersama Ervin. Ya, hari ini kami langsung terbang ke pulau Dewata ini sekedar untuk merasakan liburan kami berdua lagi tanpa kehadiran Eric. Tentu saja Eric kami titipkan kepada Mamaku. Walau sebenarnya aku paling tidak tega menitipkan Eric kepada Mama, namun Mama terlebih Eric terlihat senang-senang saja. Tentu saja Eric senang, apalagi Mama terlalu memanjakan dirinya sebagai seorang cucu tunggal."Hari ini rencananya kita mau ke mana, Lun?""Terserah kamu saja, Vin.""Jangan gitu dong, Lun. Soalnya aku paling enggak bisa kalo kamu bilang terserah. Nanti seenak udel aku bikin jadwal, kamu cemberut."Aku tersenyum ke arahnya dan aku gelengkan kepalaku."Enggak, tenang aja. Tapi aku rasa kita lebih baik pulang dulu ke villa-ku yang ada di Canggu."Aku tahu wajah Ervin tampak tidak bersemangat karena sebenarnya dirinya yang sudah membuatkan aku sebuah villa di Bali dengan hasil ker
Ervin Aditya POVAku sengaja mengajak Luna menuju ke kamar kami yang ada di lantai empat. Bukan tanpa alasan aku mengajaknya ke kamar. Tentu saja itu harus aku lakukan karena aku memiliki hal-hal yang sangat privasi untuk dibicarakan sedangkan tadi kami tidak memiliki tempat yang layak untuk melakukan itu. Saat kami sudah berada di dalam kamar hotel, Luna memilih untuk duduk di pinggiran ranjang berukuran king yang ada di dalam kamar kami. Aku memilih duduk di sampingnya. Saat aku duduk di sampingnya, Luna sudah menatapku dengan tatapan lembutnya. "Ada apa, Vin?""Enggak, cuma pingin ngobrol sama kamu aja."Luna mengernyitkan keningnya. Aku tahu jika aku terdengar sangat absurd dan konyol saat ini namun aku berusaha untuk mengabaikannya. "Ngobrolin apa?""Ngobrolin tentang ketakutan kamu ketika aku melihat gown yang dipakai sama Kimaya tadi."Aku melihat Luna terdiam, kemungkinan ia tidak menyangka jika aku bisa tahu tentang isi hatinya. Tentu saja aku bisa tahu, lebih dari lima t
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Kimaya dengan Papa akan digelar. Tidak ada keluarga besar dari Mama yang mendapatkan undangan satu pun. Namun lucunya Kimaya justru meminta Mama untuk hadir di acara ini. Aku kira Mama akan menolaknya, ternyata aku salah, yang ada Mama justru menyanggupi untuk datang ke acara ini. Entahlah, aku sedikit tidak paham dengan jalan pikiran Mama ini. Kini aku memilih duduk di sofa yang ada di dalam kamar hotel tempat Mama menginap. Aku perhatikan wajah Mama yang tampak sudah bisa tersenyum kembali. Tidak seperti awal-awal ketika menerima kabar jika Papa akan menikah dengan Kimaya. "Lun, kenapa kamu diam aja? Kamu lagi ada masalah sama Ervin?""Enggak, Ma. Aku baik-baik aja sama Ervin.""Terus kenapa kamu diam saja seperti itu? Muka kamu kelihatan mirip orang yang lagi banyak masalah hidup."Aku tersenyum kecil dan menggelengkan kepalaku pelan. Mama masih diam dan menunggu
Ervin Aditya POV"Papa...," Suara teriakan Eric memanggil namaku membuatku tersenyum lebar. Cepat-cepat aku turun dari mobil Mama Kartika diikuti Luna setelahnya. Saat Eric sampai di dekatku dan langsung mendekap tubuhku, itu membuatku merasa terharu. Dari semua panggilan yang pernah aku terima, bagiku panggilan paling membuatku bahagia adalah panggilan dari Eric. Ia yang memanggil diriku dengan sebutan Papa merupakan panggilan yang paling indah di telingaku. Saat Eric mengurai pelukannya kepadaku, aku membungkuk untuk mengangkatnya. Saat ia sudah ada dalam gendonganku lalu menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya, aku memilih memejamkan mataku sambil tertawa kecil karena aku sedikit merasa geli. "Ric, biarin Papa masuk dulu." Suara Mama Kartika membuat Eric berhenti menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya. Saat aku membuka mataku, di hadapanku sudah ada Luna yang sedang memberi salam kepada Mamanya. Setelah ia selesai memberi salam kepada Mama Kartika, Luna membalikkan tu
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari ini aku belum bisa pulang ke Jogja walau aku sudah ingin memeluk Eric kembali. Walau Ervin mengatakan jika ia juga merasakan hal yang sama denganku, namun aku tidak percaya dengan kata-katanya begitu saja. Kenyataanya semalam dia mengajakku bercinta kembali hanya karena tidak bisa tidur dan rindu untuk memeluk anaknya. Sungguh tidak nyambung, tapi aku tidak mau berdebat dengan dirinya. Mau tidak mau jika suami sudah meminta jatah nafkah batinnya, aku pun harus siap untuk melayaninya. Selain itu juga aku selalu berharap jika aku tak pernah menolaknya, maka itu akan memperkecil kemungkinan Ervin melakukan perelingkuhan dengan wanita lain di luar rumah. Walau pada kenyataannya pilihan untuk berselingkuh atau tetap setia kepada pasangan adalah pilihan yang bisa diambil orang itu sendiri. Bagiku tidak ada perselingkuhan itu karena khilaf. Tentu saja orang yang melakukan perselingkuhan sudah sadar serta tahu jika apa yang dirinya lakukan adalah salah d