Ervin Aditya POV Selama masa cutiku, aku menemani Luna setiap hari dengan melakukan senam hamil, belajar tentang cara merawat bayi, dan sesekali kami menghabiskan waktu untuk berbelanja keperluan junior kelak. Maklum anak pertama, belum ada lungsuran. Lagipula Luna baru mau berbelanja ketika usia kandungannya menginjak 30 Minggu. Setelah melakukan acara mitoni alias tingkepan alias 7 bulanan kemarin, perut Luna semakin cepat membesar. Bahkan jadwal kontrol ke Robert sudah menjadi dua minggu sekali tidak lagi sebulan sekali. Kini Junior juga telah memiliki berat 1.500 gram di usia kandungan 32 minggu. Saran dari Robert pun aku masih boleh menggempur istriku dalam ritme yang tidak cepat asal sperma masih di buang di luar, nanti ketika 37 minggu baru boleh jika aku mau melakukan "induksi alami" agar Junior bisa lahir tidak melewati HPL* nya. (*HPL : hari perkiraan lahir) Sebagai orang yang sedang mengambil cuti dari pekerjaanku, di sela waktu gabutku aku tetap masih bisa produktif.
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Layaknya para wanita yang sedang mengandung dan mendekati HPL namun belum menunjukkan tanda tanda akan melahirkan aku pun merasakan kepanikan, apalagi hari ini tepat 39 Minggu usia kandunganku dan dari hasil USG bahwa Junior masih belum memasuki panggul. Ya Tuhan....Usaha yang aku lakukan apakah masih kurang selama ini, aku sudah tidak duduk di kursi, setiap di rumah aku duduk di gym ball, memainkannya maju mundur, putar ke kanan, putar ke kiri, aku pantul pantulkan, bahkan senam hamil di RS pun aku lakukan 2 kali seminggu, sisanya aku lakukan di rumah. Pagi ini adalah jadwalku bertemu dengan Robert. Walau Ervin mengatakan kepadaku untuk mencoba persalinan secara metode sc eracs*. (*ERACS atau Enhanced Recovery After Cesarean Section merupakan teknik operasi yang bisa dilakukan pada persalinan sesar dengan minim rasa sakit dan pemulihan lebih cepat. ERACS terbukti mengurangi lama perawatan di rumah sakit, komplikasi, dan meningkatkan kepuasan pasi
Ervin Aditya POVSuami mana yang tidak panik menghadapi situasi di mana istrinya akan bersalin tetapi kondisi sang istri memiliki tensi yang tinggi di tambah protein urinenya positif 3. Sudah terbayangkan di benakku apa saja resikonya, Ya Tuhan, aku berharap istriku dan anakku akan menang melawan penyakit "petir" yang sering datang tiba-tiba menyerang para ibu hamil ini.Malam ini pukul dua pagi aku mengikuti perawat menuju ruang bersalin yang aku sudah pesan sebelumnya untuk Luna. Namun ternyata kata Suster, Luna masuk ke ruangan ibu bersalin dengan resiko tinggi. Sehingga ruangan bersalin itu berada di gedung berbeda. Bahkan untuk masuk ke ruangan itu harus memencet pin terlebih dahulu. Aku masuk ke sebuah ruangan yang ada di pojokan. Ketika kami sudah sampai di dalam, perawat langsung memindahkan posisi Luna ke ranjang untuk bersalin."Saya tinggal dulu ya, Bu? Nanti akan di cek pembukaannya oleh dokter.""Baik, Sus. Terimakasih," kata Luna pada suster itu."Lun, kalo sakit kamu na
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVSetelah 5 hari aku di rumah sakit, akhirnya kini aku tiba di rumah dan tentu saja, junior telah di sambut oleh keluarga besarku di rumah ini, bahkan Papa pun turut datang sore ini.Dari semua yang hadir, kali ini Caramel-lah yang paling semangat, bahkan ia memanggil jasa fotografer khusus untuk bayi baru lahir. Konsepnya pun ia yang memilih. Aku dan Ervin hanya bisa duduk melihat sepupuku yang sedang semangat melihat prosesi Eric di foto oleh sang fotografer."Mas, hati-hati, ya? Ini bikinnya susah harus sampai Paris sama Austria."Astaghfirullah....Bisa bisanya Caramel mengatakan hal seperti itu kepada sang fotografer."Eh, Mel, rahasia pabrik jangan di bongkar-bongkar," seru Adam yang sedang asyik merangkai stroller milik Eric."Gue cuma ngomong doang dan itu fakta kan, Mas."Aku dan Ervin hanya duduk sambil melihat interaksi keluargaku yang absurd ini. Selama dua jam aku membiarkan Eric dalam kuasa Caramel dan hasilnya pun tidak mengecewakan. Mel
Ervin Aditya POVSudah tiga hari aku beserta istri dan anakku berada di rumah keluarga Grandma. Tidak banyak yang kami lakukan di sini selain mendengarkan keinginan Grandma agar aku beserta keluargaku tinggal di sini bersamanya. Ia tidak akan memaksaku untuk terjun ke perusahaan bila memang aku tidak berminat. Grandma hanya minta di temani di sisa hari tuanya hingga akhir usianya. Ia tidak mau hidup seorang diri di rumah ini. Aku tidak bisa mengambil keputusan sendirian karena aku juga harus menanyakannya kepada Luna. Bagaimanapun istriku bukan seorang full time mommy yang tidak memiliki kegiatan di luar rumah. Malam ini ketika kami baru saja menidurkan Eric di kamarnya, aku mencoba menyampaikan keinginan Grandma ketika kami pillow talk."Lun?""Kenapa?""Grandma minta kita tinggal sama dia.""Berapa lama?""Seumur hidup Grandma, Lun. Tapi aku nggak bisa maksain kamu. Karena kamu juga punya keluarga dan pekerjaan di sana.""Vin, bukannya aku nggak mau ya, aku masih akan coba pertimban
Ervin Aditya POV Setiap kejadian yang kita lalui di kehidupan ini akan selalu memberikan pelajaran bagi kita untuk menjalani kehidupan kita ke depannya agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Seperti diriku yang pernah menjadi pria penjaja kenikmatan ranjang kepada para kaum wanita yang haus kenikmatan. Kini kehidupan masa laluku yang kelam itu telah menjadi pelajaran berharga bagiku untuk belajar bagaimana memperlakukan wanita yang ditakdirkan Tuhan menjadi tulang rusukku yang ingin aku jaga seumur hidupku. Setiap aku jauh darinya karena tuntutan pekerjaan, cukup dengan melakukan panggilan telepon atau video call dengannya, aku merasa kami bisa dekat walau jarak yang memisahkan kami beribu ribu kilometer jauhnya. "Hallo, Sayang kamu lagi apa?" Tanyaku ketika melakukan video call dengannya. "Lagi habis bacain buku cerita buat Eric. Kerjaan kamu sudah selesai?" "Sudah." "Alhamdulillah," katanya sambil tersenyum malam ini. "Sayang, kamu kalo lagi kaya gini bikin aku kangen pen
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Seperti kata pepatah, tidak ada gading yang tak retak, seperti itu pula lah manusia. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, termasuk aku dan suamiku. Kami adalah dua manusia yang mencoba menjadi pribadi lebih baik dengan tidak peduli dengan anggapan orang lain tentang masa lalu kami, terlebih suamiku. Karena sejatinya masa lalu seseorang tidak bisa menjadi penentu masa depannya. Bila kita mencintai seseorang dan kita yakin akan perasaan kita terhadapnya, berjuanglah. Berjuanglah hingga caci maki yang kalian terima menjadi kata kata pujian atas kekuatan cinta kalian. Jika pernikahan di ibarat sebuah kapal yang sedang berlayar. Tentu kalian memiliki tujuan dimana kalian akan berlabuh nantinya. Walau dalam perjalanannya kalian akan menemui angin, ombak besar bahkan badai yang bisa membuat kapal kalian goyah. Teruslah kalian berlayar dan saling menguatkan satu sama lain. Karena itu adalah kunci untuk menunju dermaga tujuan kalian. Dear Ervin,
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVAku menitikkan air mataku ketika hari ini aku terpaksa menitipkan Eric kepada Mama selama sepuluh hari ke depan. Waktu yang terlalu lama untukku berpisah dengan putraku sejak ia lahir ke dunia tiga tahun lalu. Tidak peduli anggapan banyak orang yang mengatakan Eric tidak pantas menjadi anakku karena wajah bulenya, tapi mau bagaimana lagi, toh ia memang mirip dengan almarhum GrandPa-nya alias ayah kandung Ervin daripada mirip diriku yang telah mengandungnya selama 9 bulan lamanya. "Sayang?" Suara Ervin memanggilku yang membuatku menoleh untuk menatapnya. Ervin yang sedang duduk di sebelahku dan fokus mengemudikan mobil untuk menuju ke Yogyakarta Internasional Airport pagi ini sungguh terlihat tampan dengan kaos putih polosnya dan kacamata hitam yang membingkai mata biru indahnya itu. Ya Tuhan,Mau sampai kapan aku akan terpesona kepada suamiku sendiri, padahal kami sudah menikah hampir genap lima tahun lamanya beberapa hari lagi. "Ya, Vin?""Please,