Ervin Aditya POVSudah tiga hari aku beserta istri dan anakku berada di rumah keluarga Grandma. Tidak banyak yang kami lakukan di sini selain mendengarkan keinginan Grandma agar aku beserta keluargaku tinggal di sini bersamanya. Ia tidak akan memaksaku untuk terjun ke perusahaan bila memang aku tidak berminat. Grandma hanya minta di temani di sisa hari tuanya hingga akhir usianya. Ia tidak mau hidup seorang diri di rumah ini. Aku tidak bisa mengambil keputusan sendirian karena aku juga harus menanyakannya kepada Luna. Bagaimanapun istriku bukan seorang full time mommy yang tidak memiliki kegiatan di luar rumah. Malam ini ketika kami baru saja menidurkan Eric di kamarnya, aku mencoba menyampaikan keinginan Grandma ketika kami pillow talk."Lun?""Kenapa?""Grandma minta kita tinggal sama dia.""Berapa lama?""Seumur hidup Grandma, Lun. Tapi aku nggak bisa maksain kamu. Karena kamu juga punya keluarga dan pekerjaan di sana.""Vin, bukannya aku nggak mau ya, aku masih akan coba pertimban
Ervin Aditya POV Setiap kejadian yang kita lalui di kehidupan ini akan selalu memberikan pelajaran bagi kita untuk menjalani kehidupan kita ke depannya agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Seperti diriku yang pernah menjadi pria penjaja kenikmatan ranjang kepada para kaum wanita yang haus kenikmatan. Kini kehidupan masa laluku yang kelam itu telah menjadi pelajaran berharga bagiku untuk belajar bagaimana memperlakukan wanita yang ditakdirkan Tuhan menjadi tulang rusukku yang ingin aku jaga seumur hidupku. Setiap aku jauh darinya karena tuntutan pekerjaan, cukup dengan melakukan panggilan telepon atau video call dengannya, aku merasa kami bisa dekat walau jarak yang memisahkan kami beribu ribu kilometer jauhnya. "Hallo, Sayang kamu lagi apa?" Tanyaku ketika melakukan video call dengannya. "Lagi habis bacain buku cerita buat Eric. Kerjaan kamu sudah selesai?" "Sudah." "Alhamdulillah," katanya sambil tersenyum malam ini. "Sayang, kamu kalo lagi kaya gini bikin aku kangen pen
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Seperti kata pepatah, tidak ada gading yang tak retak, seperti itu pula lah manusia. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, termasuk aku dan suamiku. Kami adalah dua manusia yang mencoba menjadi pribadi lebih baik dengan tidak peduli dengan anggapan orang lain tentang masa lalu kami, terlebih suamiku. Karena sejatinya masa lalu seseorang tidak bisa menjadi penentu masa depannya. Bila kita mencintai seseorang dan kita yakin akan perasaan kita terhadapnya, berjuanglah. Berjuanglah hingga caci maki yang kalian terima menjadi kata kata pujian atas kekuatan cinta kalian. Jika pernikahan di ibarat sebuah kapal yang sedang berlayar. Tentu kalian memiliki tujuan dimana kalian akan berlabuh nantinya. Walau dalam perjalanannya kalian akan menemui angin, ombak besar bahkan badai yang bisa membuat kapal kalian goyah. Teruslah kalian berlayar dan saling menguatkan satu sama lain. Karena itu adalah kunci untuk menunju dermaga tujuan kalian. Dear Ervin,
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVAku menitikkan air mataku ketika hari ini aku terpaksa menitipkan Eric kepada Mama selama sepuluh hari ke depan. Waktu yang terlalu lama untukku berpisah dengan putraku sejak ia lahir ke dunia tiga tahun lalu. Tidak peduli anggapan banyak orang yang mengatakan Eric tidak pantas menjadi anakku karena wajah bulenya, tapi mau bagaimana lagi, toh ia memang mirip dengan almarhum GrandPa-nya alias ayah kandung Ervin daripada mirip diriku yang telah mengandungnya selama 9 bulan lamanya. "Sayang?" Suara Ervin memanggilku yang membuatku menoleh untuk menatapnya. Ervin yang sedang duduk di sebelahku dan fokus mengemudikan mobil untuk menuju ke Yogyakarta Internasional Airport pagi ini sungguh terlihat tampan dengan kaos putih polosnya dan kacamata hitam yang membingkai mata biru indahnya itu. Ya Tuhan,Mau sampai kapan aku akan terpesona kepada suamiku sendiri, padahal kami sudah menikah hampir genap lima tahun lamanya beberapa hari lagi. "Ya, Vin?""Please,
Ervin Aditya POVAku berjalan di belakang istriku yang sedang sibuk memilih milih buah segar di swalayan. Andai saja aku tadi tidak kelupaan untuk meminta sang penjaga rumah membelanjakannya bahan makanan untuk kami, tentunya saat ini aku sudah enak-enak dengannya di kamar bukannya justru sedang mendorong troli belanjaan miliknya. "Vin, kamu mau buah apa?""Semangka." Jawabku singkat yang membuat Luna menganggukkan kepalanya. Aku terus berupaya membuat Luna untuk yakin menambah momongan lagi minimal satu anak lagi agar Eric memiliki teman bermain, tapi dirinya merasa bahwa satu anak saja cukup. Andai aku suami egois, pasti aku sudah mencari ladang baru yang bisa aku titipi benihku. Sayangnya aku terlalu mencintai Luna hingga aku tidak akan sanggup melakukan hal sekejam itu terhadapnya. Belum tentu juga jika aku memiliki wanita lain di hidupku, aku akan sebahagia ketika bersama Luna. Sebagai laki-laki aku sangat sadar diri dengan keterbatasanku. Aku bisa memiliki segalanya seperti sa
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVSetelah perjalanan sekitar 7 jam 55 menit, akhirnya aku dan Ervin tiba di Dubai. Saat kami keluar dari Bandara Internasional Dubai (DXB) Papa sudah menjemput kami di bandara. Lama tak bertemu dengan Papa, aku langsung berlari ke arahnya. Tidak peduli bagaimana hubungan kami dulu, namun sejak Papa berpisah dengan Mama beberapa tahun lalu, aku semakin melihat Papa yang bermetamorfosis menjadi pribadi yang lebih baik hingga aku tidak percaya Papa bisa berubah menjadi laki-laki sebaik ini. Ya, walau Papa getol mengajak Mama rujuk, namun trauma rumah tangga yang dialami Mama membuat Mama lebih bahagia dengan hidup sendiri saat ini. Aku serta Ruben memilih menghargai keputusan Mama ini yang memilih sendiri daripada rujuk dengan Papa atau mencari pendamping baru lagi setelah perpisahannya. Lagipula hanya wanita bodoh yang mau bertahan pada toxic relationship hingga menerima begitu saja ketika dirinya dijadikan samsak tinju oleh pasangannya. Kalo kata Ervin ke
Ervin Aditya POVSetelah berganti pakaian dengan pakaian olahraga, aku turun ke bawah untuk menyusul Papa mertuaku. Saat aku menuruni tangga, aku tidak sengaja mendengar video call yang sedang dilakukan Papa dengan seseorang yang sepertinya adalah wanita. Aku langsung berhenti dan aku mendengarkan percakapan mereka berdua dari jarak yang cukup aman. Aman dari pandangan Papa tapi masih bisa aku dengarkan percakapan mereka berdua dengan baik. "Ris, kamu pulang, ya malam ini. Aku nggak bisa kalo nggak ketemu batang indah kamu.""Kaluna sama Ervin lagi di rumah. Kamu puasa semalam aja apa susahnya?""Ya susah dong, Ris. Aku kangen nyiksa kamu dengan kenikmatan di atas ranjang sampai kamu pasrah dan cuma bisa lihatin aku dengan tatapan kamu yang seksi itu. Ah, sial liang aku jadi senut-senut ini. Cepetan pulang, Ris!""Kimaya, sadar, Kim. Luna sama suaminya lagi di sini. Semalam aja kita liburnya. Atau kamu mau main pakai koleksi dildo kamu dulu.""Ah, aku nggak mau main pakai dildo dan n
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Suara bel yang dibunyikan dari pintu depan rumah membuatku yang baru saja selesai melakukan yoga harus berjalan ke depan. Siapa pula yang sore-sore begini memencet bel berkali-kali dengan semangat 45 ini.Ceklek....Saat aku membuka pintu itu, mataku terpana karena sosok Kimaya yang datang ke rumah ini dengan pakaian yang kurang bahan bahkan pakaiannya terlalu rendah hingga jika aku mau memajukan kepalaku sedikit ke depan, aku yakin pasti aku bisa melihat isi gunung kembarnya yang bulat besar dan indah itu.Suara Kimaya yang berdeham membuatku tersadar telah melakukan pelecehan tak kasat mata kepadanya. "Hai, Kaluna. Papa lo mana?" Tanya Kimaya dengan nada ramah.Aku berusaha tersenyum di depannya, masa dia sudah ramah, aku justru jutek, kan tidak mungkin juga aku seperti itu. "Lagi jogging sama Ervin. Kenapa?""Mau ngajakin Papa Lo pulang, biar lo punya waktu berduaan sama Ervin di sini."Astaga...Dari mana Papa bisa menemukan perempuan gila yang
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku bangun dengan badan yang lebih segar. Aku renggangkan kedua tanganku ke atas sambil pelan-pelan membuka mataku. Saat kedua mataku terbuka, aku menoleh ke sisi samping sebelah kiriku dan tidak aku temukan keberadaan Ervin di sana. Mataku langsung membelalak lebar. Pantas saja aku bisa bangun siang tanpa ada yang membangunkanku.Tanpa banyak bermalas-malasan di atas kasur, aku segera bangun dari atas ranjang. Sambil berjalan menuju ke arah kamar mandi, aku yg memanggil-manggil Ervin. "Vin.... Ervin.... Where are you?"Tidak ada tanggapan dari Ervin yang sama saja artinya dengan dia tidak ada di kamar ini. Rasa penasaran mulai muncul di dalam hatiku. Kini setelah aku selesai mencuci muka dan menggosok gigi, aku keluar dari dalam kamar. Sebelum keluar dari kamar, aku mengganti pakaian yang aku kenakan dengan kaos oblong berwarna putih yang oversize dan hotpants berwarna hitam polos. Selesai berganti pakaian, aku mencoba mencari Ervin di seki
Ervin Aditya POVSepertinya hidup memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya masalah yang hadir di dalamnya. Begitupula dengan kehidupan rumah tanggaku dan Luna. Aku bersyukur karena kehidupan rumah tangga kami berjalan lancar walau sesekali kami sering berbeda pandangan serta pendapat. Selama ini kami masih bisa menyelesaikan semua itu berdua dengan kepala dingin. Cobaan rumah tangga kami justru datang dari keluarga serta orang-orang disekitar kami. Mulai dari Papa Risnawan yang memutuskan menikah lagi, hingga aku harus berusaha membuat Luna tetap tegar menghadapi semua ini dan seperti informasi yang baru saja Jani kirimkan kepadaku.Jani : Mas, aku sudah enggak kuat rasanya. Mau nangis sekarang tapi air mataku sudah habis. Aku mengernyitkan kening ketika membaca pesan dari Jani malam ini. Selama ini aku berusaha untuk tidak pernah mencampuri rumah tangga Jani serta Bayu. Terlebih mereka sudah tinggal bersama sejak ibu meninggal dunia beberapa tahun lalu. Aku berpikir jika mereka
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV"Kita pulang yuk, Vin?" Ajakku kepada Ervin setelah rasanya kami sudah cukup lama berada di warung ini. "Masa langsung pulang sih, Lun. Kita jalan-jalan dulu lah mumpung masih di Bali.""Mau nyari apa lagi? Makan? Udah kenyang. Baju? Di lemari sudah banyak.""Ya pingin aja gitu jalan-jalan kaya orang pacaran."Nasib, oh, nasib....Beginilah jika punya pasangan seperti Ervin yang tidak bisa diajak duduk santai di rumah setiap kali sedang berlibur. Ervin adalah tipikal orang yang tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk duduk di dalam villa atau hotel saja. Hanya sekali ia begitu sulit diajak jalan-jalan ketika kami berlibur berdua. Itu adalah ketika kami honeymoon ke Austria. "Ingat, buntut sudah ada satu, Vin. Aku aja rasanya kangen banget sama Eric.""Sama, Lun. Tapi kita memang butuh waktu untuk berdua dan menikmati kehadiran satu sama lain tanpa ada pengganggu. Jangan sampai kita kalah sama Papa dan Lolanya Eric."Aku tertawa di hadapan Ervin. Ya, te
Ervin Aditya POVMisi untuk mengajak Luna menikmati waktu kami berdua di Bali cukup sukses aku lakukan. Apalagi sejak sampai di Bali kami langsung aktif bersilaturahmi di atas ranjang. Tidak hanya di atas ranjang seluruhnya juga sih, lebih tepatnya kami melakukannya di seluruh penjuru kamar sejak siang sampai sore hari. Bahkan matahari yang mulai pulang ke peraduannya pun bisa aku lihat dari jendela kamar ini. Saat aku menoleh ke arah Luna, aku bisa melihatnya yang sudah tidur dengan mulut sedikit terbuka. Mulutnya bahkan telah membaut aliran air terjun hingga membentuk gugusan pulau baru di atas bantal yang ia tiduri. Aku tersenyum saat melihatnya. Sepertinya istriku cukup lelah dengan aktivitas bercinta kami berdua sejak sampai di villa ini. Kini aku memilih untuk bangun dari ranjang dan membiarkan Luna untuk menikmati waktu istirahatnya. Aku berjalan menuju ke kamar mandi dan melakukan mandi junub. Sudah saatnya melakukan kewajibanku di dunia ini sebagai seorang umat dari Tuhan.
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVAku kembali menginjakkan kakiku siang ini di Bandara Ngurah Rai, Denpasar bersama Ervin. Ya, hari ini kami langsung terbang ke pulau Dewata ini sekedar untuk merasakan liburan kami berdua lagi tanpa kehadiran Eric. Tentu saja Eric kami titipkan kepada Mamaku. Walau sebenarnya aku paling tidak tega menitipkan Eric kepada Mama, namun Mama terlebih Eric terlihat senang-senang saja. Tentu saja Eric senang, apalagi Mama terlalu memanjakan dirinya sebagai seorang cucu tunggal."Hari ini rencananya kita mau ke mana, Lun?""Terserah kamu saja, Vin.""Jangan gitu dong, Lun. Soalnya aku paling enggak bisa kalo kamu bilang terserah. Nanti seenak udel aku bikin jadwal, kamu cemberut."Aku tersenyum ke arahnya dan aku gelengkan kepalaku."Enggak, tenang aja. Tapi aku rasa kita lebih baik pulang dulu ke villa-ku yang ada di Canggu."Aku tahu wajah Ervin tampak tidak bersemangat karena sebenarnya dirinya yang sudah membuatkan aku sebuah villa di Bali dengan hasil ker
Ervin Aditya POVAku sengaja mengajak Luna menuju ke kamar kami yang ada di lantai empat. Bukan tanpa alasan aku mengajaknya ke kamar. Tentu saja itu harus aku lakukan karena aku memiliki hal-hal yang sangat privasi untuk dibicarakan sedangkan tadi kami tidak memiliki tempat yang layak untuk melakukan itu. Saat kami sudah berada di dalam kamar hotel, Luna memilih untuk duduk di pinggiran ranjang berukuran king yang ada di dalam kamar kami. Aku memilih duduk di sampingnya. Saat aku duduk di sampingnya, Luna sudah menatapku dengan tatapan lembutnya. "Ada apa, Vin?""Enggak, cuma pingin ngobrol sama kamu aja."Luna mengernyitkan keningnya. Aku tahu jika aku terdengar sangat absurd dan konyol saat ini namun aku berusaha untuk mengabaikannya. "Ngobrolin apa?""Ngobrolin tentang ketakutan kamu ketika aku melihat gown yang dipakai sama Kimaya tadi."Aku melihat Luna terdiam, kemungkinan ia tidak menyangka jika aku bisa tahu tentang isi hatinya. Tentu saja aku bisa tahu, lebih dari lima t
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Kimaya dengan Papa akan digelar. Tidak ada keluarga besar dari Mama yang mendapatkan undangan satu pun. Namun lucunya Kimaya justru meminta Mama untuk hadir di acara ini. Aku kira Mama akan menolaknya, ternyata aku salah, yang ada Mama justru menyanggupi untuk datang ke acara ini. Entahlah, aku sedikit tidak paham dengan jalan pikiran Mama ini. Kini aku memilih duduk di sofa yang ada di dalam kamar hotel tempat Mama menginap. Aku perhatikan wajah Mama yang tampak sudah bisa tersenyum kembali. Tidak seperti awal-awal ketika menerima kabar jika Papa akan menikah dengan Kimaya. "Lun, kenapa kamu diam aja? Kamu lagi ada masalah sama Ervin?""Enggak, Ma. Aku baik-baik aja sama Ervin.""Terus kenapa kamu diam saja seperti itu? Muka kamu kelihatan mirip orang yang lagi banyak masalah hidup."Aku tersenyum kecil dan menggelengkan kepalaku pelan. Mama masih diam dan menunggu
Ervin Aditya POV"Papa...," Suara teriakan Eric memanggil namaku membuatku tersenyum lebar. Cepat-cepat aku turun dari mobil Mama Kartika diikuti Luna setelahnya. Saat Eric sampai di dekatku dan langsung mendekap tubuhku, itu membuatku merasa terharu. Dari semua panggilan yang pernah aku terima, bagiku panggilan paling membuatku bahagia adalah panggilan dari Eric. Ia yang memanggil diriku dengan sebutan Papa merupakan panggilan yang paling indah di telingaku. Saat Eric mengurai pelukannya kepadaku, aku membungkuk untuk mengangkatnya. Saat ia sudah ada dalam gendonganku lalu menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya, aku memilih memejamkan mataku sambil tertawa kecil karena aku sedikit merasa geli. "Ric, biarin Papa masuk dulu." Suara Mama Kartika membuat Eric berhenti menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya. Saat aku membuka mataku, di hadapanku sudah ada Luna yang sedang memberi salam kepada Mamanya. Setelah ia selesai memberi salam kepada Mama Kartika, Luna membalikkan tu
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari ini aku belum bisa pulang ke Jogja walau aku sudah ingin memeluk Eric kembali. Walau Ervin mengatakan jika ia juga merasakan hal yang sama denganku, namun aku tidak percaya dengan kata-katanya begitu saja. Kenyataanya semalam dia mengajakku bercinta kembali hanya karena tidak bisa tidur dan rindu untuk memeluk anaknya. Sungguh tidak nyambung, tapi aku tidak mau berdebat dengan dirinya. Mau tidak mau jika suami sudah meminta jatah nafkah batinnya, aku pun harus siap untuk melayaninya. Selain itu juga aku selalu berharap jika aku tak pernah menolaknya, maka itu akan memperkecil kemungkinan Ervin melakukan perelingkuhan dengan wanita lain di luar rumah. Walau pada kenyataannya pilihan untuk berselingkuh atau tetap setia kepada pasangan adalah pilihan yang bisa diambil orang itu sendiri. Bagiku tidak ada perselingkuhan itu karena khilaf. Tentu saja orang yang melakukan perselingkuhan sudah sadar serta tahu jika apa yang dirinya lakukan adalah salah d