Ervin Aditya POV Setelah sarapan, aku dan Luna naik ke kamar kami dan Luna langsung melesatkan dirinya ke kamar mandi, karena ia akan menemaniku mencari lokasi untuk kedai kopiku. Sambil menunggu Luna, aku menghidupkan TV dan melihat berita tentang beberapa saham blue chip yang sedang turun. Kemudian aku membuka aplikasi Securitas yang aku miliki dan mencoba membeli beberapa puluh lot saham yang akan aku tabung sedikit demi sedikit sebagai persiapan dana pensiunku. Aku hanya berusaha agar ketika aku sudah tua, aku masih bisa memiliki penghasilan dari pembagian deviden atas saham yang aku miliki. Aku berharap semoga dengan rutin menabung saham dan reksadana diselingi Logam Mulia kehidupan keluargaku ke depan lebih terjamin daripada apa yang dialami orangtuaku dulu. Ketika pintu kamar mandi dibuka, aku melihat Luna dalam balutan kimono mandi warna pink dan rambut yang tertutup oleh handuk keluar dari sana menuju walk in closet di kamar kami. Ketika Luna keluar dari walk in closet aku
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVTidak terasa aku dan Ervin telah menikah selama 1 minggu. Kehidupan kami berjalan senormalnya pernikahan pada umumnya kecuali 1 hal yaitu sex. Sejauh ini aku dan Ervin sama-sama bisa menjaga kesepakatan itu. Walau kadang Ervin memang sering menciumku di kening ketika aku bangun tidur dan akan pergi tidur. Dia adalah orang yang pertama kali aku temui ketika aku membuka mataku dan orang terakhir yang aku lihat sebelum aku menutup mataku. Dan entah kenapa ada perasaan damai dihatiku ketika Ervin melakukan itu.Hari ini aku sudah sampai di bandara Soekarno Hatta bersama keluarga intiku dan beberapa keluarga besarku. Karena hari ini adah acara ngunduh mantu. Sehingga keluargaku mengantarkan aku ke rumah keluarga Ervin, walaupun nanti pada akhirnya aku pulang lagi ke Jogja bersama Ervin. Ini hanya sebuah tradisi saja yang ternyata masih dianut juga oleh keluarga Ervin. Jadi keluarga kami sepakat melakukannya.Semua keluargaku menuju ke Hotel diantar Hilda, s
Ervin Aditya POV Aku tidak tau apa kesalahan yang aku buat hingga sejak acara berakhir Luna yang sudah dasarnya cuek kepadaku berubah makin cuek, tidak hanya cuek, Luna bahkan mendiamkanku dan selalu menghindariku. Aku tidak tahan di perlakukan seperti ini olehnya. "Lun, kamu kenapa, aku ada salah sama kamu?" Ketika aku bertanya Luna hanya menatapku sekilas dan kembali fokus kepada game yang sedang dimainkannya, tanpa menjawab pertanyaanku. Andai aku dalam keadaan yang sedang baik, aku mungkin akan menerjang Luna yang sedang tengkurap di kasur dengan baju berwarna merah dan dia begitu manis dengan wajah polos tanpa make-up nya. Aku mulai kehabisan kesabaranku menghadapi kelakuan Luna. “Lun, aku nanya sama kamu, bisa enggak kamu jawab, nggak cuma diam saja seperti ini.” Luna mengangkat wajahnya menatap wajahku dengan tatapan polosnya, tidak ada emosi di raut wajah dan sorot matanya. “Kamu bisa diem nggak sih, Vin? aku lagi ngegame. Kamu nggak ada salah apa-apa sama aku,” setelahn
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Dengan perasaan jengkel aku meninggalkan Ervin di rumah ibunya. Aku menelepon sepupuku dari pihak ibuku, si kembar Caramel dan Vanilla Raharja untuk menjemputku di rumah orangtua Ervin. Aku mau mereka mengajakku kemana saja asalkan aku bebas dari Ervin untuk sementara waktu ini. "Mbak Luna beneran nggak pa-pa gitu pergi tanpa Mas Ervin?" Tanya Mel, panggilan dari Caramel yang sedang sibuk memanuver Fortuner hitamnya. “Nggak pa-pa, dia orangnya pengertian banget kok.” Aku yakin jika aku Pinocchio maka hidungku sudah bertambah mancung dari yang sekarang. Setelahnya Caramel melajukan mobilnya ke arah Boulevard Artha Gading, menjemput Satria, teman mereka berdua. Setelah Satria masuk ke mobil, mereka melajukan mobilnya menuju rumah teman mereka yang sedang melakukan Pool Party. Aku keluar dari mobil Mel ketika kami tiba di sebuah rumah mewah dengan design minimalis 3 lantai ini. "Yuk, Mbak masuk kayanya udah ramai." Aku melangkahkan kakiku mengikut
Ervin Aditya POV Deringan suara handphoneku mengalun lembut membelai telinga yang baru saja melakukan kebutuhanku untuk mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang telah begitu baik di hidupku. Aku melihat nama sahabatku terpampang di sana. "Vin, bini lo di sini. Lo nggak ikut sekalian?" Suara Monica yang aku dengar samar-samar karena kalah dengan music DJ di belakangnya. Ketika Monica menyebutkan "bini" pikiranku sudah langsung terfokus pada istriku yang sedang keluar dengan sepupu sepupunya. "Di mana, Mon?" “Di pool party-nya Alex nih, Vin. Lo ke sini aja. Lagian bini lo kaya udik gitu, nggak mau ikutan gabung malah fokus sama gedgetnya.” "Okay, gue ke sana sekarang, awasin bini gue ya, jangan sampai dia kabur.' Aku melirik jam tanganku, dan sudah menunjukkan pukul 16.30 WIB, aku harus cepat sampai di sana, jangan sampai istriku yang polos itu ternodai dan di lecehkan oleh pria-pria gila yang ada di sana. Aku memesan ojek online untuk sampai di sana. Hingga akhirnya 30 men
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Melihat kelakuan Ervin, aku menjadi muak sendiri dibuatnya. Dan tanpa berdosanya dia mengajakku pulang karena sebentar lagi akan malam. Tanpa dia memberitahuku, aku pun tau kalo sebentar lagi malam. Aku berdiri ketika ia mengajakku pulang, namun aku tinggalkan dia sendirian di belakangku. Dan aku tau Ervin mengejarku. Semakin Ervin mendekat semakin cepat aku melangkahkan kakiku semampuku karena langkahku terkendala high heels setinggi 10 cm yang aku kenakan hari ini. “Lun... Lun... Luna tunggu,” kata Ervin di belakangku sambil berusaha mengejarku yang sudah mulai meninggalkan rumah tempat Pool Party ini dilakukan. Aku melewati jalan sekitar rumah ini menuju jalan utama yang di penuhi pohon pohon tinggi besar menjulang dengan dedaunan yang yang rimbun, angin yang bertiup disekitarku menjatuhkan dedaunan kering yang begitu indah sebenarnya bila suasana hatiku sedang baik. Andai saja hidup sesimpel yang aku lalui dulu. Hanya fokus pada pekerjaan dan hi
Ervin Aditya POV Aku berhasil membuatnya memaafkan kesalahanku, namun aku masih melihat Luna yang cukup cuek atau tidak peduli padaku. Ketika kami tiba di rumah, Luna langsung meninggalkanku menuju kamar kami dilantai 2. Ketika aku mengikutinya, ternyata ia keluar kamar lagi sambil membawa handuk menuju kamar mandi. Aku masih menunggunya dengan berdiri bersandar di balkon kamar sambil menghisap rokok. Aku bukan orang yang anti rokok, hanya saja aku merokok jika sedang banyak pikiran atau stress. "Kamu ngerokok, Vin?" Aku tersentak mendengar suara wanita yang sedang mendominasi pikiranku malam ini. Dia begitu cantik kali ini, hanya dengan celana pendek dan tanktopnya. Sungguh, Luna sanggup membangunkan gairahku sebagai laki-laki normal. "Cuma kalo lagi stress sama banyak pikiran aja," kataku sambil membuang puntung rokok di lantai dan menginjaknya dengan sandal yang sedang aku gunakan. "Kamu habis keramas lagi?" "Iya, memang kenapa?" Aku tertawa, Luna ini umurnya saja yang suda
Ervin Aditya POV Pagi ini aku menuju walk in closet di kamarku dan Luna yang ada di rumah orangtuanya. Sudah 2 minggu aku berumah tangga dengannya dan aku rasa, aku harus mulai melakukan apapun yang menghasilkan uang untuk kebutuhanku dan keluargaku. Pagi ini ada sesi pemotretan dengan salah satu butik batik ternama di kota Jogja. Aku berhasil mendapatkan Job itu karena pemilik butik tersebut adalah teman sekolah Luna yang kami temui di Bandara ketika kami sampai di jogja sepulang ngunduh mantu di Jakarta. "Luna, ya?" sapa seseorang yang berdiri di hadapan kami ketika kami duduk menunggu jemputan Ruben, adik Luna. Aku melihat Luna mengangkat wajahnya dan kemudian senyum sumringah terpampang di wajah manisnya. Kemudian Luna berdiri dan langsung memeluk laki-laki di hadapanku ini. Aku masih diam memandang mereka berdua yang saling berpelukan bagai orang yang tidak bertemu selama ratusan purnama. "Yud, gue kangen sama Lo, gimana kabar lo?" tanya Luna ketika si "Yud" melepaskan peluk