Share

bab 21

Penulis: Ana Battosai
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-17 07:39:55

Fadhil menggandeng tangan sang ibu saat meninggalkan koridor rumah sakit. Sejak tiba di rumah sakit, sang ibu lebih terlihat pendiam dari biasanya.

“Kamu kok bisa setenang itu, sih, Fadhil! Ibu nggak paham!” seru Bu Sri kesal saat benar-benar berada di luar gedung rumah sakit.

Bu Sri paham bagaimana keadaan hati putra semata wayangnya itu. Fadhil sedang tidak baik-baik saja, terlebih sikap Imran dan orang tuanya. Bu Sri menganggap jika permintaan Imran waktu itu untuk meminta Fadhil menikahi Nisa adalah main-main saja.

Kalimat Bu Surya tadi yang menyebut Nisa adalah menantunya masih terngiang-ngiang di kepalanya. Hatinya ngilu jika nantinya Imran membatalkan menjodohkan Nisa dengan Fadhil. Padahal, Bu Sri pun berharap besar bisa menjadikan Nisa menantu di rumahnya

Fadhil menyadari kekesalan sang ibu. Lelaki berkacamata itu hanya tersenyum simpul menimpali celoteh ibunya.

“Lanjut marahnya nanti di rumah saja, ya, Bu,” ucap Fadhil datar sambil menyalakan mesin mobil.

“Kamu, tuh. Selalu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Baru untuk Istriku    bab 22

    Bu Surya terbangun saat ia mendengar suara Nisa. Tapi Nisa sudah kembali tertidur karena efek obat bius yang belum sepenuhnya hilang.Mata Bu Surya menatap Imran yang duduk di sisi ranjang dan menatap Nisa dengan tatapan kosong. Lelaki itu terlihat sayu dan tidak bergairah. Jujur saja, sebagai seorang ibu, hatinya pun pilu melihat putra sulungnya terlihat seperti orang sakit. Bimbang. Itu yang dirasakan Bu Surya. Mau menasihati seperti apa pun, jika Imran sendiri enggan bertindak, Bu Surya bisa apa. Ia hanya bisa mendoakan semoga apa yang Allah takdirkan adalah yang terbaik untuk semuanya.Imran mengusap wajahnya kasar, ia bahkan tidak peduli pada sang mama yang melihatnya sedemikian rupa. Wajahnya tertuju lurus pada Nisa. Ia seolah takut kehilangan Nisa dan memang tidak ingin kehilangannya. Imran masih mencintai Nisa, bahkan kadar cinta itu tidak pernah berkurang sedikit pun. Terlebih setelah insiden Nisa menyelamatkan nyawanya, kadar cinta Imran semakin bertambah.Bu Surya kembali

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-18
  • Suami Baru untuk Istriku    bab 23

    Hati Imran berdenyut nyeri kala mendengar permintaan maaf itu. Imran justru bersyukur, karena adanya insiden itu mata dan hatinya terbuka dan Imran berinisiatif untuk membatalkan perjodohan Nisa dengan Fadhil.Imran diam dan dengan tetap memandangi Nisa. Lidahnya terasa kelu, pun bingung harus menjawab apa.“Mas kok diam? Mas Imran marah sama Nisa, ya?”Imran menggeleng. Ia merasakan matanya panas karena menahan air mata yang terasa ingin keluar.“Mas nggak marah sama Nisa.”“Alhamdulillah. Nisa takut Mas marah sama Nisa.”“Nggak, Nisa.”“Ngomong-ngomong, lelaki yang Mas pilihkan untuk Nisa, dia bagaimana? Apa dia marah karena kita nggak jadi bertemu semalam?”“Nisa nggak usah mikirin itu. Nisa harus fokus sembuh dulu aja.”“Iya, Mas. Tapi, Nisa hanya ingin membahagiakan Mas Imran. Bukankah menikahnya Nisa dengan lelaki lain bisa bikin Mas bahagia?”“Nisa ... Mas janji akan mengabulkan semua keinginan Nisa, sebagai bentuk rasa bersalah Mas selama ini.”“Mas ... Nisa nggak mau apa-apa.

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-18
  • Suami Baru untuk Istriku    pertemuan Nisa dan Fadhil *A

    Kondisi Nisa perlahan semakin membaik. Bu Surya benar-benar menjaga Nisa penuh kasih sayang layaknya putri sendiri dan sangat dimanja.Imran tetap tinggal di apartemen miliknya, meski sesekali ia datang berkunjung ke rumah orang tuanya untuk sekadar menjenguk mereka, atau lebih tepatnya ingin mengobati rasa rindunya pada sang mantan istri. Lelaki itu kerap kali membawakan makanan kesukaan Nisa dan tentu diterima dengan senang hati. Dalam benak Nisa, perhatian seperti ini biasa untuknya. Karena selama ini pun Imran selalu baik dan perhatian padanya. Meski beberapa bulan belakangan ini sikap Imran dingin padanya, tapi Nisa tidak pernah ambil pusing. Di mata Nisa, Imran tetap sosok lelaki yang baik dan penyayang.Tidur di kamar milik Imran, membuat Nisa terkadang harus merasakan kenangan kembali momen manisnya bersama Imran saat mereka masih bersama dan tidur di kasur itu. Tapi bukan Nisa namanya jika tidak kuat. Nisa bertekad harus membahagiakan Imran, satu-satunya lelaki yang ada di d

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-19
  • Suami Baru untuk Istriku    pertemuan Nisa dan Fadhil *B

    Hari yang dinanti pun tiba. Pagi ini, Fadhil dan Bu Sri sudah bersiap-siap hendak berangkat ke rumah orang tua Imran. Lelaki berkacamata itu terlihat gugup dan Bu Sri hanya tertawa melihat tingkah putra semata wayangnya itu.“Bismillah, Nak,” ucap Bu Sri pada Fadhil. Lelaki itu pun berulang kali mengembuskan napasnya panjang sambil mulutnya terus mengucapkan kata basmalah. Tanpa membuang waktu, keduanya pun lantas berangkat menuju rumah Imran. Imran sudah berada di rumah sang mama sejak pukul enam pagi. Ah, entah untuk apa Imran pagi-pagi datang ke sana. Pasalnya Imran dilanda insomnia dan datang ke rumah sang mama dengan raut wajah sayu dan mata yang sembab. Bu Surya tentu paham apa yang dirasakan Imran, hanya saja ia tidak banyak bicara.Nisa masih berada di dalam kamar, ia akan keluar jika sang mama memanggilnya nanti. Wanita itu tampak ayu dengan balutan gamis merah muda, senada dengan kulit tubuhnya yang putih mulus.Pukul sepuluh pagi Fadhil dan Bu Sri tiba di kediaman Surya. D

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-19
  • Suami Baru untuk Istriku    Nisa dan Fadhil berkencan

    Semuanya sepertinya terkejut dengan Nisa yang langsung bisa mengenali Fadhil, bahkan memanggil nama lelaki itu dengan embel-embel ‘Kakak. Nisa pun menjelaskan jika Fadhil adalah Kakak kelasnya saat Aliyah dulu dan Fadhil pun mengiyakan jika ucapan Nisa adalah benar.“Apa Nisa menerima perjodohan ini?” Kali ini Bu Sri yang bertanya karena sedari tadi dia hanya diam. Semuanya langsung diam, menunggu Nisa membuka suara.Nisa mengucapkan basmalah dalam hati lalu berkata. “Insya Allah Nisa menerimanya.”Bunga-bunga harapan bermekaran di hati Fadhil mendengar ucapan Nisa, sementara di hati Imran tumbuh subur kaktus berduri yang semakin menghunjam hatinya. “Nisa akan pulang ke rumah Tante Widi. Lama-lama di sini pun Nisa nggak enak sama Mama,” ucap Nisa lagi.Widi adalah adik Papa Nisa. Wanita itu bertanggung jawab atas aset mendiang papa Nisa. Widi sengaja tidak diberitahu soal perceraian ini, karena sudah bisa dipastikan wanita itu akan murka pada Imran.“Nggak perlu, Nak. Kamu berkorban

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • Suami Baru untuk Istriku    Nisa bingung, Fadhil gamang

    Fadhil melajukan mobilnya dengan tenang, meski debar jantungnya semakin tidak karuan. Pasalnya ia merasakan canggung yang luar biasa saat berada dalam jarak yang begitu dekat dengan Nisa.Nisa pun lebih banyak diam. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Nisa pun merasakan apa yang Fadhil rasakan. Hanya bersama Imran Nisa bisa menjadi dirinya sendiri.Merasa bosan dan semakin jenuh, akhirnya Fadhil membuka suara. “Semalam tidur nyenyak, Nis?”Bodoh! Fadhil merutuki dirinya sendiri. Kenapa pula harus bertanya hal itu.“Alhamdulillah, Kak. Kak Fadhil sendiri, nyenyak?” Fadhil hanya menjawab dengan anggukan kepala sebagai jawaban, ya. Padahal tadi malam ada hati terjaga semalaman karena memikirkan Nisa.Cinta dan sifat bodoh itu hanya setipis rambut ternyata. Di balik siap Fadhil yang cool, ternyata ia bisa bersikap orang linglung dan tidak tahu harus berbuat apa.Lagi-lagi keduanya terdiam. Nisa lebih banyak melihat ke arah sisi jalan, sedangkan Fadhil fokus mengemudi. Sesekali Fadhil

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21
  • Suami Baru untuk Istriku    Fadhil melamar Nisa

    Sejak kencan pertama hari itu, cinta Fadhil untuk Nisa semakin besar. Lelaki berkacamata juga semakin takut kehilangan Nisa. Satu-satunya cara agar Nisa tetap berada di sisinya adalah dengan segera menikahinya.Keinginannya untuk melamar Nisa pun Fadhil sampaikan kepada keluarga Surya dan tentu saja niat baik itu disambut dengan baik. Bu Surya pun mengatakan jika tidak baik berlama-lama, toh Keduanya sudah pada kenal pribadi masing-masing.Di antara kebahagiaan yang sedang melingkupi hati Fadhil, ada hati lelaki yang kian hari semakin hancur. Imran merasa semakin tidak ikhlas melepas Nisa untuk Fadhil. Imran ingin Nisa kembali padanya dan menjadi istrinya.Namun, apa itu tidak terlalu egois?Imran bodoh!Imran semakin kalut sendiri di dalam apartemen. Tidak ada orang lain di sana. Hanya ada dirinya sendiri, bahkan orang tuanya pun mendukung penuh keputusan Fadhil yang ingin segera meminang Nisa.Imran kacau, bahkan semakin kacau dan terlihat tidak terurus. Hari lamaran Nisa tinggal me

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Suami Baru untuk Istriku    Fadhil dan Nisa menikah *A

    Tanggal pernikahan sudah ditetapkan, Fadhil pun diminta untuk tidak sering-sering datang berkunjung ke rumah Bu Surya karena Nisa memang sedang dipingit. Dalam aturan keluarga besar Surya, pantang sepasang kekasih yang akan melangsungkan pernikahan untuk sering bertemu. Pamali.Fadhil dengan hati lapang menerima ultimatum dari Ibu dari sahabatnya Imran. Segala hal yang dibutuhkan untuk proses pernikahan diatur dengan apik dan teliti oleh Bu Surya, dibantu Pak Surya juga Alifah.Ruang tengah yang luas disulap menjadi altar pelaminan yang cantik, hiasan yang sederhana, tapi terlihat mewah. Juga meja yang nantinya akan digunakan dalam proses ijab qobul nanti diletakkan dekat dengan kursi pengantin.Fadhil pun menyewa WO profesional untuk membantu menghias rumah Bu Surya, agar keluarga itu tidak terlalu direpotkan dan bisa mempercepat proses menghias rumah dan juga hasilnya bisa memuaskan.Imran?Lelaki itu jangan ditanya bagaimana keadaan hatinya. Remuk redam, juga ingin rasanya ia men

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-24

Bab terbaru

  • Suami Baru untuk Istriku    Tamat

    “Fadhil, kok, kamu lain hari ini?” tanya Bu Sri saat menemani putra semata wayangnya itu makan siang. Bi Sumi, Nisa dan Syafira sedang pergi ke supermarket membeli es krim, karena Syafira rewel minta jajan. “Lain gimana, Bu? Fadhil masih ganteng ‘kan, meski mau punya anak dua?” tanya Fadhil sambil terkekeh. “Ish, kamu, nih!” Bu Sri urung melanjutkan perkataannya karena takut Fadhil akan kepikiran. Fadhil melanjutkan makannya, sementara Bu Sri terus memandangi putranya itu. Perasaan Bu Sri dipenuhi kekhawatiran yang membuatnya takut. Wajah Fadhil seolah membuat Bu Sri Dejavu. Bayangan masa lalu itu seolah kembali. Dulu ... sebelum atau Fadhil meninggal dunia, Bu Sri memiliki firasat seperti ini. Terlebih rona wajah Fadhil sama persis seperti mendiang suaminya dulu. Satu hari sebelum ayah Fadhil meninggal, rona wajahnya terlihat cerah, bersih dan seperti bercahaya. Tidak ada tanda-tanda sakit atau apa pun. Bahkan sangat sehat dan segar bugar. Masih teringat jelas saat Bu Sri

  • Suami Baru untuk Istriku    kecelakaan

    Kesedihan dan patah hati membuat Imran berubah menjadi sosok yang lebih kuat. Sikapnya terlihat jelas dengan ia lebih giat dalam bekerja. Tidak pernah sekali pun Imran menunjukkan gelagat sedih di hadapan orang tuanya atau pun orang lain. Karena Imran benar-benar sedang menerapkan ajaran dari Fadhil untuk bisa bersikap secukupnya.Keceriaan terpancar dari raut wajah Imran. Lelaki itu sudah membuang jauh-jauh rasa sedih dan iri terhadap kebahagiaan yang dimiliki Fadhil. Imran sudah ikhlas, lahir dan batin. Bu Surya pun bisa bernapas lega melihat putra sulungnya bisa mengambil hikmah dari perbuatannya itu.“Kalau Allah masih menyisakan jodoh untuk Imran. Pasti suatu saat nanti dipertemukan, kok, Ma. Mama nggak usah khawatir,” ucap Imran pada sang mama saat sore hari usai pulang dari kantor.“Mama cuma ....”“Mama nggak usah takut. Allah maha segalanya, serahkan pada-Nya,” ucap Imran bijak. Kali ini Bu Surya tidak lagi banyak membantah. Ia percaya pada putranya, bahwasanya Imran bisa mem

  • Suami Baru untuk Istriku    selanjutnya

    Sejak obrolannya dengan Fadhil waktu itu, Imran seolah menjadi sosok manusia yang baru. Tidak mudah uring-uringan atau pun marah karena hal sepele. Terlebih saat ia ditolak oleh orang tua Fitri, Imran dengan mudah bisa move on dengan cara menyibukkan diri dengan pekerjaan. Meski tidak bisa dipungkiri, Imran masih sering memikirkan gadis itu.Beberapa bulan kemudian, saat sedang di kantor, salah seorang teman mengantarkan undangan pernikahan untuk Imran. Pada kertas undangan berwarna putih dengan ukiran batik itu tertulis nama Fitri dan Imran. Yah ... nama calon suami Fitri juga Imran, tapi bukan dirinya yang terpilih, melainkan orang lain.“Ikhlas itu memang tidak mudah, tapi saya pasti bisa melewati ini semua!” ujar Imran dalam hati. Lalu mengembuskan napasnya panjang.Dibukanya kertas undangan yang diikat dengan tali yang terbuat dari serabut kayu itu, lalu dibacanya kata demi kata acara yang tertulis di sana. Acara akad nikah Fitri bertepatan dengan acara tujuh bulanan kehamilan Ni

  • Suami Baru untuk Istriku    firasat

    Imran masih duduk dengan di kursi restoran, tanpa ada niat untuk pergi atau mengurung diri seperti yang ia lakukan dulu jika menghadapi situasi ini. Lelaki itu justru mencoba menghabiskan makanannya yang masih tersisa, meski makanan itu terasa pahit di lidah. Teringat pesan sang mama agar tidak menyisakan makanan, karena banyak di luaran sana orang-orang yang sulit untuk mendapatkan makanan.Lelaki itu tidak menangis lagi, bahkan Imran merasa air matanya sudah kering. Yang ingin Imran lakukan sekarang adalah menghabiskan makanan itu dan pergi untuk segera pulang ke rumahnya. Imran tidak lagi menempati apartemennya sejak ia tertangkap basah oleh Pak Surya di saat sedang mabuk.Saat Imran hendak menyendok suapan terakhir, seseorang menepuk bahunya. Imran menoleh. “Fadhil!” Fadhil tersenyum lalu duduk di hadapan Imran. Kening Fadhil berkerut saat melihat piring bekas makan seseorang.Imran yang menyadari keanehan di wajah Fadhil berucap. “Tadi saya makan sama Fitri.”“Dia ke mana?” tany

  • Suami Baru untuk Istriku    Gagal

    Seperti kisah sinetron yang akan menuju ending yang bahagia dan tidak ada lagi air mata. Kisah cinta Nisa, Imran dan Fadhil pun seperti itu. Imran turut bahagia dan terharu kala mendengar kabar tentang kehamilan Nisa, pun dengan orang tua Imran, mereka tentu bahagia pula.Bu Surya sering mengunjungi Nisa di rumahnya. Bersama Alifah ia datang. Bu Sri tentu tidak keberatan dengan hal itu. Justru dengan seringnya Bu Surya datang berkunjung, hubungannya dengan ibu dari Fadhil pun terlihat semakin akrab, bahkan keduanya semakin kompak.Nisa bersyukur karena dua wanita yang paling disayanginya kini terlihat bak teman, semoga saja mereka akan terus menjalin hubungan baik ini.Imran doble bahagia, karena sebentar lagi Fitri akan pulang dan niatnya untuk melamar dan meminang gadis itu akan segera ia wujudkan di hadapan Semuanya. Tentunya Fitri sudah mengetahui latar belakang Imran dan gadis itu dengan hati terbuka menerima. Imran tentu tidak akan pernah menyia-nyiakan ini dan akan mencintai Fi

  • Suami Baru untuk Istriku    dua tahun kemudian

    Dua tahun kemudian ....“Unda ....” Syafira merengek pada Nisa minta digendong, sedangkan wanita itu tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk Fadhil di dapur. Syafira bangun tidur tanpa sepengetahuan Fadhil, lelaki itu entah ke mana. Biasanya, bocah mungil itu akan digendong Fadhil jika ikut bangun subuh seperti ini.Syafira ... kini bocah itu mulai bisa berjalan dan mengoceh. Ia bisa membedakan mana bundanya dan orang lain. Syafira semakin manja dan enggan digendong orang lain, bahkan jika pun terpaksa, harus diiming-imingi hal lain. Ajak jajan, misalnya.Nisa mematikan kompor dan melap tangannya, lalu menggendong Syafira.“Kok anak bunda udah bangun, sih. Ayah, mana, nih? Bunda lagi bikin sarapan, Syafira sama ayah dulu, ya,” ucap Nisa sambil berjalan ke kamarnya. Di sana, ia melihat Fadhil baru ke luar dari kamar mandi.“Syafira udah bangun, Nis?”“Iya ... gendong bentar, ya, Kak. Nisa lagi buat sarapan buat Kak Fadhil.”Tanpa menunggu jawaban Fadhil, Nisa menyerahkan Syafira pada le

  • Suami Baru untuk Istriku    ikhlas yang sudah ikhlas

    Fadhil dan Nisa menjalani hari-harinya sebagai orang tua muda. Mereka banyak melakukan hal-hal yang biasa orang lain lakukan. Fadhil tidak pernah menyia-nyiakan waktunya untuk bersama Syafira dan Nisa. Terlebih kini bocah mungil itu sedang gemas-gemasnya karena sudah mulai berceloteh meski usianya belum genap satu tahun.Seperti biasa, sore ini Fadhil pulang lebih awal. Saat kakinya melangkah masuk dan mengucapkan salam, Syafira dengan riangnya menyambut kedatangan sang ayah. Balita itu merangkak pelan mendekati Fadhil sambil tersenyum riang. Nisa di belakang Syafira menuntun.Nisa meraih tangan kanan Fadhil dan menciumnya lembut, Fadhil lalu meraih kepala Nisa dan mencium keningnya. Kepala Syafira mendongak menyaksikan adegan mesra orang tuanya itu sambil senyum dan memperhatikan.“Assalamualaikum anak ayah. Cantik banget hari ini,” ucap Fadhil sambil tangannya menggendong Syafira. Bocah itu tersenyum sambil tangannya mengusap wajah Fadhil dan mencoba membuka kacamatanya. Tapi Nisa k

  • Suami Baru untuk Istriku    Imran betah menduda

    Allah sudah menjamin kehidupan manusia di bumi. Tidak perlu khawatir akan kekurangan. Allah menyuruh kita untuk berusaha dan berdoa. Kedua hal itu tentunya harus dilakukan seimbang. Doa tanpa usaha, itu bohong. Sedangkan usaha tanpa doa, itu sombong. Begitulah pepatah yang ada.Kehadiran bayi di tengah-tengah kehidupan Fadhil dan Nisa membawa banyak perubahan. Fadhil yang semakin siaga menjaga Nisa dan memberikannya perhatian lebih agar tidak terkena syndrom baby blues. Bergantian menggendong bayinya jika terbangun malam hari dan Nisa bisa istirahat. Bu Sri terlihat antusias membantu Nisa merawat juga menjaga bayi mungil itu. Tidak seperti cerita menantu dan mertua yang sering terjadi, yang malah mertua yang membully menantu, atau mertua yang enggan membantu dan banyak lagi kisah negatif tentang itu semua. Sedangkan Bu Sri berbeda, ia justru membantu Nisa bahkan ia mengajari Nisa cara memandikan bayi dengan baik agar tidak menangis.Nisa merasa beruntung memiliki mertua selembut dan

  • Suami Baru untuk Istriku    Nisa melahirkan

    Fadhil harus semakin hati-hati dalam melakukan sesuatu hal. Berbicara tentang apa pun Nisa sensitif. Terlebih jika hal yang dibicarakan ada kata wanita. Sudah bisa dipastikan jika sikapnya akan berubah, yang semula manis, ujungnya malahan menangis.Pernah suatu hari Nisa menyaksikan saat seorang tetangganya menyapa Fadhil yang sedang menyiram tanaman, serta merta Nisa langsung masuk ke dalam kamar dan langsung menangis. Fadhil dibuat keteteran dengan sikap istrinya. Bukan karena capek melihat tingkah Nisa yang seperti anak ABG yang memiliki over protective pada pasangannya, melainkan Fadhil khawatir pada bayi yang dikandungnya. Pun kesehatan Nisa bisa terganggu. Maka dari itu, demi menjaga suasana, Fadhil memilih untuk terus berada di rumah dan tidak melakukan aktivitas di luar.Kehamilan Nisa membuat banyak perubahan. Fadhil yang semakin sabar, juga Nisa yang sikap cemburunya bikin geleng-geleng kepala. Tapi Nisa dan Fadhil berusaha untuk tidak menunjukkan rasa kesal yang ada di hati

DMCA.com Protection Status