Share

bab 13

Penulis: Ana Battosai
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-13 06:51:29

Imran dan mertuanya sudah duduk di sana. Nisa memilih duduk di sebelah Bu Surya. Imran terpesona melihat Nisa yang mengenakan baju yang paling disukainya. Baju itu adalah salah satu yang diberikan darinya saat mereka menikah.

“Apa yang kamu ingin bicarakan, Imran?” tanya Bu Surya tak sabar.

Imran menarik napas panjang, lalu mengembuskan perlahan.

“Hari ini masa Iddah Nisa berakhir dan secara agama, kami bukan lagi suami istri.” Kalimat Imran terhenti saat ia merasakan nyeri di dadanya. Pun dengan Nisa, wajahnya tertunduk, kedua tangannya saling menggenggam erat. Sakit!

Bu Surya dan Pak Surya mendengarkan tanpa mencela ucapan Imran.

“Imran sudah memikirkan ini dengan baik. Setelah sidang di pengadilan nanti, Imran akan pergi dari rumah ini. Rumah dan mobil, Imran serahkan sepenuhnya untuk Nisa.”

Semua orang yang mendengarkan dibuat terkejut, terlebih Nisa yang sudah jauh-jauh hari membereskan pakaiannya ke dalam koper dan bersiap pulang kembali ke rumah pribadinya.

“Mas ... apa ndak b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Baru untuk Istriku    bab 14

    Hari yang dinanti Imran pun tiba. Dirinya sendiri datang ke pengadilan agama tanpa ditemani Pak Surya atau Bu Surya. Kedua orang tuanya enggan untuk sekadar menemani, mereka justru semakin murka atas sikap bodoh Imran. Bahkan tadi sebelum Imran berangkat, wajahnya mendapatkan bogem mentah dari sang Papa dan membuat sudut bibirnya berdarah.Imran hanya bisa terduduk lesu dengan sesekali mengusap pipinya yang masih terasa sakit. Tapi tidak ada seorang pun yang mengerti akan dirinya, jauh di dalam hatinya, Imran pun merasakan sakit dan pedih. Terlebih tidak ada seorang pun yang mendukung keputusannya. Irman benar-benar sendirian.Setelah melalui banyak proses, akhirnya hakim pun mengetuk palu tiga kali.Imran dan Nisa resmi bercerai. Baik secara agama maupun secara hukum.Tubuh Imran nyaris limbung saat mendengar kalimat terakhir sang hakim, terlebih saat telinganya mendengar suara palu yang diketuk. Seolah tusukan anak panah yang menancap di dadanya. Sakit tapi tidak berdarah.Pulang da

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • Suami Baru untuk Istriku    bab 15

    Rumah itu memang masih berdiri kokoh, tapi cinta yang menopangnya sudah roboh kala Imran benar-benar meninggalkan rumah itu. Di rumah ini, tertinggal berjuta kenangan manis pernikahan Nisa dan Imran dan kini itu hanya tinggallah masa lalu.Nisa sudah bisa menguasai dirinya. Meski dengan mata yang sembab, ia melangkahkan kakinya ke lantai atas dan masuk ke dalam kamar yang pernah ditidurinya bersama Imran.Aroma tubuh lelaki itu masih tertinggal di sana. Bagaimana mungkin bisa secepat itu bisa melupakan, jika cinta yang dibangun masih bertakhta megah dalam hati. Imran pergi meninggalkan sejuta kenangan beserta segumpal sakit dan itu kini bersemayam di hati Nisa.Nisa berjalan mendekati ranjang, tangannya menyentuh sprei yang sedikit berantakan. Di sini ia pernah memadu kasih bersama Imran dan menghabiskan malam-malam panjang bersamanya. Tapi kini semuanya sudah usai, kesendirian yang akan menemaninya mulai saat ini. Perlahan, Nisa merebahkan tubuhnya di kasur, matanya perlahan terpejam

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • Suami Baru untuk Istriku    bab 16

    Fadhil dibuat gamang dan nyaris tidak tidur semalaman. Meski hatinya sudah mantap mengambil keputusan, tapi tetap saja deg-degan tidak karuan.Pagi tadi saat dirinya tengah sarapan, Imran menelepon dan menagih jawaban padanya. Dengan segala kekuatan, Fadhil mengatakan akan memberikan jawaban saat jam makan siang. Kali ini Irman yang menentukan lokasi meeting, bukan untuk membicarakan perusahaan, melainkan untuk Merencanakan MerencanakanDada Fadhil berdebar-debar saat kakinya masuk ke dalam restoran. Ia lantas naik ke lantai dua. Imran sepertinya sengaja menyewa ruang VIP restoran tersebut untuk obrolan mereka.Tangan Fadhil meraih daun pintu, lantas membukanya. Di sana Imran sudah duduk dengan dua gelas minuman dingin tersaji. Irman berdiri dan tersenyum menyambut kedatangan Fadhil.“Sorry, lama, Im. Tadi macet.” Fadhil berdusta. Bukan macet di jalan, melainkan hatinya yang macet, antara datang atau tidak. Ia sendiri pun masih sedikit tahu atas apa jawaban yang akan diberikannya.“N

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • Suami Baru untuk Istriku    bab 17

    Ada hati yang hancur berbalut keegoisan. Senyum palsu terus terukir di wajah Imran. Jika dilihat dari sudut pandang orang lain, tentu mereka akan berpikir bahwa Imran bahagia atas perceraian ini. Tapi itu semua hanya manipulasi hati dari seorang Imran. Tangan Imran menggenggam erat ponselnya sesaat pesan untuk Nisa terkirim. Ia berharap Nisa berkenan untuk bertemu dengan lelaki pilihannya. Matanya terus memandangi pemandangan kota dari balkon kamar apartemennya. Semuanya terlihat indah saat senja menjelang.“Andaikan Nisa ada di sini, pasti dia senang melihat pemandangan ini,” gumam Imran dalam hati. Tapi belum sempat kalimat itu terucap dari bibirnya, Imran segera mengucap istighfar. Tidak pantas rasanya membayangkan wanita yang bukan muhrimnya. Nisa tidak lagi halal baginya, haram jika ia memikirkan hal itu.Kacau, Imran masuk ke dalam kamar dan duduk di depan laptop, menyelesaikan pekerjaan yang sedikit tertunda. Ia sudah mengatur jadwal pertemuan nanti dengan Fadhil. Imran juga

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • Suami Baru untuk Istriku    bab 18

    Imran turun dari mobil dan berjalan pelan menuju pintu, tapi ia heran karena pintu rumah dalam keadaan terbuka. Irman tetap berdiri di depan pintu, menunggu si empunya rumah keluar. Entah Nisa sengaja membuka pintu, atau jangan-jangan ....Brak ... terdengar suara benda jatuh dari dalam. Imran yang berdiri di luar terkejut. Panik, lelaki itu pun masuk dan mendapati ruang tengah kosong, tapi kamar yang pernah ditempati Nisa dalam keadaan terbuka. Pun dengan ruangan kerjanya yang bersebelahan dengan kamar itu pun terbuka. Seingat Imran, ruangan itu terakhir ditinggal dalam keadaan tertutup. Nisa pun bukan tipe istri pelupa, ia akan memastikan rumahnya dalam keadaan rapi sebelum melakukan hal lain.Saat tengah merias wajah, Nisa mendengar suara gaduh dari kamar bawah. Terkejut bukan main, firasat buruk mengatakan jika ada orang asing yang masuk ke dalam rumahnya. Dengan langkah pelan, Nisa ke luar kamar.Imran berjalan mengendap-endap saat hendak melangkah ke pintu. Di dalam kamar, terde

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • Suami Baru untuk Istriku    bab 19

    Imran menangis tergugu di depan ruang operasi. Tubuhnya merosot dan terduduk di lantai. Dokter dan beberapa perawat sudah berada di sana guna memberikan pertolongan.Sudah setengah jam berlalu, tapi dokter yang menangani Nisa belum keluar dan memberikan kabar bagus. Imran berharap ini semua hanya mimpi dan bukan Nisa yang berada di dalam kamar operasi itu.Imran memeluk lutut, menyembunyikan tangisnya di sana. Ia bahkan tidak peduli pada sekitarnya yang melihatnya dengan tatapan iba. Lelaki itu bahkan terlihat sangat berantakan dengan mimik wajah yang begitu cengeng, karena sejak masuknya Nisa ke dalam ruang operasi, Imran tidak berhenti menangis.Bayangan saat Nisa melindunginya dari serangan pencuri itu masih teringat jelas dalam memorinya. Pisau dapur itu ditancapkan ke arah Nisa dan seketika tubuh Nisa pun ambruk pada pelukannya. Hal yang masih bisa dianggap sebuah keberuntungan adalah bahwa pencuri itu langsung diamankan oleh dua satpam yang dikirimi chat oleh Imran dan tiba tepa

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • Suami Baru untuk Istriku    bab 20

    Imran menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan perlahan. Dengan terbata-bata dan tangis yang kembali pecah Imran pun menceritakan kronologi kejadian itu pada orang tuanya. Bu Surya menangis tersedu-sedu saat mendengar jika Nisa sudah merelakan nyawanya demi putranya yang bodoh ini. Pak Surya memeluk sang istri berusaha menenangkan.“Wanita mulia seperti Nisa masih sanggup kamu sakiti, Imran! Benar- nggak punya hati kamu!” hardik Bu Surya penuh amarah. Sedari awal memang ia tidak menyetujui sikap egois Imran.“Imran tau, Ma.” Wajah Imran tertunduk dengan air mata yang masih menetes.“Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Nisa. Mama nggak akan maafin kamu!” Telunjuk Bu Surya berada tepat di depan wajah Imran.“Wes, toh, Bu. Ini rumah sakit. Tenang sedikit.”“Tenang opo toh, Pak.” Bu Surya pun memarahi sang suami. Di saat keadaan mulai memanas, pintu ruang operasi terbuka. Seorang perawat mengenakan atribut serba hijau pun muncul di sana.“Keluarga pasien!” serunya“Saya suster!” seru

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • Suami Baru untuk Istriku    bab 21

    Fadhil menggandeng tangan sang ibu saat meninggalkan koridor rumah sakit. Sejak tiba di rumah sakit, sang ibu lebih terlihat pendiam dari biasanya. “Kamu kok bisa setenang itu, sih, Fadhil! Ibu nggak paham!” seru Bu Sri kesal saat benar-benar berada di luar gedung rumah sakit.Bu Sri paham bagaimana keadaan hati putra semata wayangnya itu. Fadhil sedang tidak baik-baik saja, terlebih sikap Imran dan orang tuanya. Bu Sri menganggap jika permintaan Imran waktu itu untuk meminta Fadhil menikahi Nisa adalah main-main saja.Kalimat Bu Surya tadi yang menyebut Nisa adalah menantunya masih terngiang-ngiang di kepalanya. Hatinya ngilu jika nantinya Imran membatalkan menjodohkan Nisa dengan Fadhil. Padahal, Bu Sri pun berharap besar bisa menjadikan Nisa menantu di rumahnyaFadhil menyadari kekesalan sang ibu. Lelaki berkacamata itu hanya tersenyum simpul menimpali celoteh ibunya.“Lanjut marahnya nanti di rumah saja, ya, Bu,” ucap Fadhil datar sambil menyalakan mesin mobil.“Kamu, tuh. Selalu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-17

Bab terbaru

  • Suami Baru untuk Istriku    Tamat

    “Fadhil, kok, kamu lain hari ini?” tanya Bu Sri saat menemani putra semata wayangnya itu makan siang. Bi Sumi, Nisa dan Syafira sedang pergi ke supermarket membeli es krim, karena Syafira rewel minta jajan. “Lain gimana, Bu? Fadhil masih ganteng ‘kan, meski mau punya anak dua?” tanya Fadhil sambil terkekeh. “Ish, kamu, nih!” Bu Sri urung melanjutkan perkataannya karena takut Fadhil akan kepikiran. Fadhil melanjutkan makannya, sementara Bu Sri terus memandangi putranya itu. Perasaan Bu Sri dipenuhi kekhawatiran yang membuatnya takut. Wajah Fadhil seolah membuat Bu Sri Dejavu. Bayangan masa lalu itu seolah kembali. Dulu ... sebelum atau Fadhil meninggal dunia, Bu Sri memiliki firasat seperti ini. Terlebih rona wajah Fadhil sama persis seperti mendiang suaminya dulu. Satu hari sebelum ayah Fadhil meninggal, rona wajahnya terlihat cerah, bersih dan seperti bercahaya. Tidak ada tanda-tanda sakit atau apa pun. Bahkan sangat sehat dan segar bugar. Masih teringat jelas saat Bu Sri

  • Suami Baru untuk Istriku    kecelakaan

    Kesedihan dan patah hati membuat Imran berubah menjadi sosok yang lebih kuat. Sikapnya terlihat jelas dengan ia lebih giat dalam bekerja. Tidak pernah sekali pun Imran menunjukkan gelagat sedih di hadapan orang tuanya atau pun orang lain. Karena Imran benar-benar sedang menerapkan ajaran dari Fadhil untuk bisa bersikap secukupnya.Keceriaan terpancar dari raut wajah Imran. Lelaki itu sudah membuang jauh-jauh rasa sedih dan iri terhadap kebahagiaan yang dimiliki Fadhil. Imran sudah ikhlas, lahir dan batin. Bu Surya pun bisa bernapas lega melihat putra sulungnya bisa mengambil hikmah dari perbuatannya itu.“Kalau Allah masih menyisakan jodoh untuk Imran. Pasti suatu saat nanti dipertemukan, kok, Ma. Mama nggak usah khawatir,” ucap Imran pada sang mama saat sore hari usai pulang dari kantor.“Mama cuma ....”“Mama nggak usah takut. Allah maha segalanya, serahkan pada-Nya,” ucap Imran bijak. Kali ini Bu Surya tidak lagi banyak membantah. Ia percaya pada putranya, bahwasanya Imran bisa mem

  • Suami Baru untuk Istriku    selanjutnya

    Sejak obrolannya dengan Fadhil waktu itu, Imran seolah menjadi sosok manusia yang baru. Tidak mudah uring-uringan atau pun marah karena hal sepele. Terlebih saat ia ditolak oleh orang tua Fitri, Imran dengan mudah bisa move on dengan cara menyibukkan diri dengan pekerjaan. Meski tidak bisa dipungkiri, Imran masih sering memikirkan gadis itu.Beberapa bulan kemudian, saat sedang di kantor, salah seorang teman mengantarkan undangan pernikahan untuk Imran. Pada kertas undangan berwarna putih dengan ukiran batik itu tertulis nama Fitri dan Imran. Yah ... nama calon suami Fitri juga Imran, tapi bukan dirinya yang terpilih, melainkan orang lain.“Ikhlas itu memang tidak mudah, tapi saya pasti bisa melewati ini semua!” ujar Imran dalam hati. Lalu mengembuskan napasnya panjang.Dibukanya kertas undangan yang diikat dengan tali yang terbuat dari serabut kayu itu, lalu dibacanya kata demi kata acara yang tertulis di sana. Acara akad nikah Fitri bertepatan dengan acara tujuh bulanan kehamilan Ni

  • Suami Baru untuk Istriku    firasat

    Imran masih duduk dengan di kursi restoran, tanpa ada niat untuk pergi atau mengurung diri seperti yang ia lakukan dulu jika menghadapi situasi ini. Lelaki itu justru mencoba menghabiskan makanannya yang masih tersisa, meski makanan itu terasa pahit di lidah. Teringat pesan sang mama agar tidak menyisakan makanan, karena banyak di luaran sana orang-orang yang sulit untuk mendapatkan makanan.Lelaki itu tidak menangis lagi, bahkan Imran merasa air matanya sudah kering. Yang ingin Imran lakukan sekarang adalah menghabiskan makanan itu dan pergi untuk segera pulang ke rumahnya. Imran tidak lagi menempati apartemennya sejak ia tertangkap basah oleh Pak Surya di saat sedang mabuk.Saat Imran hendak menyendok suapan terakhir, seseorang menepuk bahunya. Imran menoleh. “Fadhil!” Fadhil tersenyum lalu duduk di hadapan Imran. Kening Fadhil berkerut saat melihat piring bekas makan seseorang.Imran yang menyadari keanehan di wajah Fadhil berucap. “Tadi saya makan sama Fitri.”“Dia ke mana?” tany

  • Suami Baru untuk Istriku    Gagal

    Seperti kisah sinetron yang akan menuju ending yang bahagia dan tidak ada lagi air mata. Kisah cinta Nisa, Imran dan Fadhil pun seperti itu. Imran turut bahagia dan terharu kala mendengar kabar tentang kehamilan Nisa, pun dengan orang tua Imran, mereka tentu bahagia pula.Bu Surya sering mengunjungi Nisa di rumahnya. Bersama Alifah ia datang. Bu Sri tentu tidak keberatan dengan hal itu. Justru dengan seringnya Bu Surya datang berkunjung, hubungannya dengan ibu dari Fadhil pun terlihat semakin akrab, bahkan keduanya semakin kompak.Nisa bersyukur karena dua wanita yang paling disayanginya kini terlihat bak teman, semoga saja mereka akan terus menjalin hubungan baik ini.Imran doble bahagia, karena sebentar lagi Fitri akan pulang dan niatnya untuk melamar dan meminang gadis itu akan segera ia wujudkan di hadapan Semuanya. Tentunya Fitri sudah mengetahui latar belakang Imran dan gadis itu dengan hati terbuka menerima. Imran tentu tidak akan pernah menyia-nyiakan ini dan akan mencintai Fi

  • Suami Baru untuk Istriku    dua tahun kemudian

    Dua tahun kemudian ....“Unda ....” Syafira merengek pada Nisa minta digendong, sedangkan wanita itu tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk Fadhil di dapur. Syafira bangun tidur tanpa sepengetahuan Fadhil, lelaki itu entah ke mana. Biasanya, bocah mungil itu akan digendong Fadhil jika ikut bangun subuh seperti ini.Syafira ... kini bocah itu mulai bisa berjalan dan mengoceh. Ia bisa membedakan mana bundanya dan orang lain. Syafira semakin manja dan enggan digendong orang lain, bahkan jika pun terpaksa, harus diiming-imingi hal lain. Ajak jajan, misalnya.Nisa mematikan kompor dan melap tangannya, lalu menggendong Syafira.“Kok anak bunda udah bangun, sih. Ayah, mana, nih? Bunda lagi bikin sarapan, Syafira sama ayah dulu, ya,” ucap Nisa sambil berjalan ke kamarnya. Di sana, ia melihat Fadhil baru ke luar dari kamar mandi.“Syafira udah bangun, Nis?”“Iya ... gendong bentar, ya, Kak. Nisa lagi buat sarapan buat Kak Fadhil.”Tanpa menunggu jawaban Fadhil, Nisa menyerahkan Syafira pada le

  • Suami Baru untuk Istriku    ikhlas yang sudah ikhlas

    Fadhil dan Nisa menjalani hari-harinya sebagai orang tua muda. Mereka banyak melakukan hal-hal yang biasa orang lain lakukan. Fadhil tidak pernah menyia-nyiakan waktunya untuk bersama Syafira dan Nisa. Terlebih kini bocah mungil itu sedang gemas-gemasnya karena sudah mulai berceloteh meski usianya belum genap satu tahun.Seperti biasa, sore ini Fadhil pulang lebih awal. Saat kakinya melangkah masuk dan mengucapkan salam, Syafira dengan riangnya menyambut kedatangan sang ayah. Balita itu merangkak pelan mendekati Fadhil sambil tersenyum riang. Nisa di belakang Syafira menuntun.Nisa meraih tangan kanan Fadhil dan menciumnya lembut, Fadhil lalu meraih kepala Nisa dan mencium keningnya. Kepala Syafira mendongak menyaksikan adegan mesra orang tuanya itu sambil senyum dan memperhatikan.“Assalamualaikum anak ayah. Cantik banget hari ini,” ucap Fadhil sambil tangannya menggendong Syafira. Bocah itu tersenyum sambil tangannya mengusap wajah Fadhil dan mencoba membuka kacamatanya. Tapi Nisa k

  • Suami Baru untuk Istriku    Imran betah menduda

    Allah sudah menjamin kehidupan manusia di bumi. Tidak perlu khawatir akan kekurangan. Allah menyuruh kita untuk berusaha dan berdoa. Kedua hal itu tentunya harus dilakukan seimbang. Doa tanpa usaha, itu bohong. Sedangkan usaha tanpa doa, itu sombong. Begitulah pepatah yang ada.Kehadiran bayi di tengah-tengah kehidupan Fadhil dan Nisa membawa banyak perubahan. Fadhil yang semakin siaga menjaga Nisa dan memberikannya perhatian lebih agar tidak terkena syndrom baby blues. Bergantian menggendong bayinya jika terbangun malam hari dan Nisa bisa istirahat. Bu Sri terlihat antusias membantu Nisa merawat juga menjaga bayi mungil itu. Tidak seperti cerita menantu dan mertua yang sering terjadi, yang malah mertua yang membully menantu, atau mertua yang enggan membantu dan banyak lagi kisah negatif tentang itu semua. Sedangkan Bu Sri berbeda, ia justru membantu Nisa bahkan ia mengajari Nisa cara memandikan bayi dengan baik agar tidak menangis.Nisa merasa beruntung memiliki mertua selembut dan

  • Suami Baru untuk Istriku    Nisa melahirkan

    Fadhil harus semakin hati-hati dalam melakukan sesuatu hal. Berbicara tentang apa pun Nisa sensitif. Terlebih jika hal yang dibicarakan ada kata wanita. Sudah bisa dipastikan jika sikapnya akan berubah, yang semula manis, ujungnya malahan menangis.Pernah suatu hari Nisa menyaksikan saat seorang tetangganya menyapa Fadhil yang sedang menyiram tanaman, serta merta Nisa langsung masuk ke dalam kamar dan langsung menangis. Fadhil dibuat keteteran dengan sikap istrinya. Bukan karena capek melihat tingkah Nisa yang seperti anak ABG yang memiliki over protective pada pasangannya, melainkan Fadhil khawatir pada bayi yang dikandungnya. Pun kesehatan Nisa bisa terganggu. Maka dari itu, demi menjaga suasana, Fadhil memilih untuk terus berada di rumah dan tidak melakukan aktivitas di luar.Kehamilan Nisa membuat banyak perubahan. Fadhil yang semakin sabar, juga Nisa yang sikap cemburunya bikin geleng-geleng kepala. Tapi Nisa dan Fadhil berusaha untuk tidak menunjukkan rasa kesal yang ada di hati

DMCA.com Protection Status