"Bagaimana keadaan Kakek? Mengapa bisa hal ini terjadi padanya?" tanya Freya pada Alex yang sedang berdiri di luar ruangan ICU dengan cemas.
Alex menolehkan kepalanya menatap Freya. "Aku tidak tahu, dokter mengatakan sakit jantungnya kambuh. Pelayan menemukannya di dalam kamarnya," jawab pria yang masih memandangi wajah Freya dengan intens.Freya melirik Alex yang terus menatapnya. "Ada apa? Apa ada yang salah dengan wajahku?" tanya Freya melihat pandangan mata Alex tertuju padanya."Kamu habis menangis? Apa ini semua karenaku, Frey?" Alex mengatakannya dengan penuh percaya diri. Dia yakin kejadian di ruang rapat menjadi alasan Freya menangis.Alex menyadari kalau perbuatannya mencecar Freya dengan berbagai pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu. Tindakannya sangat kekanakan karena melihat Freya ada dihadapannya. Bahkan, bekerja di perusahaan kecil. Alex tidak menyukai Freya bekerja, dia terlihat begitu cantik dan mandiri sehingga membuat beberapa pria tertarik pada istrinya."Jangan terlalu percaya diri. Aku menangis karena mengkhawatirkan keadaan Kakek Brian. Seharusnya kita menjaganya dan tidak membiarkannya tinggal sendiri," kilah Freya. Dia tidak ingin Alex mengetahui kalau dirinya menangisi Alex.'Bisa besar kepalanya kalau tahu tadi aku menangisiny,' gerutu Freya dalam hatinya.Dokter keluar dari ruangan ICU, dia telah memeriksa kondisi Kakek Brian. Alex melangkah maju menghampiri dokter. "Bagaimana keadaan Kakek saya?" tanya Alex dengan rasa cemas."Keadaan beliau sudah stabil dan sudah sadar, tetapi tadi dia terus memanggil nama Freya. Sebaiknya, Nona Freya segera menemui beliau." jawab dokter melihat ke arah Freya, dia yakin kalau wanita yang berada di hadapannya adalah Freya.Freya menganggukan kepalanya. "Boleh aku masuk ke ruangan untuk melihat Kakek? tanya Freya pada dokter."Silakan, sepertinya beliau sudah menantikan kehadiran Anda," jawab dokter yang masih ingin berbicara tentang kondisi Brian pada Alex.Freya memasuki ruangan, dia melihat Brian dengan berbagai alat ditubuhnya. Wanita itu menangis melihat keadaan kakek mertuanya. Brian selalu baik pada Freya, pernikahannya dengan Alex terjadi karena Brian yang ingin menjadikan Freya sebagai cucu menantunya."Kakek, apa yang terjadi padamu? Mengapa kamu bisa seperti ini?" Freya memegang tangan Brian yang terasa hangat. Perasaan Freya sangatlah lembut, dia sangat mudah tersentuh pada kejadian yang membuatnya sedih.Brian membuka matanya perlahan. "Freya Sayang, apakah itu kamu?" tanya Brian dengan perlahan. Freya mendekatkan dirinya pada Brian."Ya, Kek. Aku di sini, maafkan aku, baru datang untuk menjengukmu. Aku adalah menantu yang buruk karena tidak mengetahui kalau Kakek sakit," gumam Freya dengan parau."Jangan berkata seperti itu, kamu adalah cucu menantuku yang sangat aku sayangi. Aku yang tidak hati-hati hingga terjatuh di kamar," ucap Brian yang menyembunyikan penyakitnya dari Freya.Pria tua itu membelai rambut Freya. Saat itu, Alex datang dan melihat interaksi keduanya. Alex terkadang sangat kesal dengan Brian yang sangat menyayangi Freya. Namun, melihat kedua orang yang dia sayangi hampir meninggalkannya Alex menepis rasa kesal yang bercongkel di hatinya.Dokter mengatakan kalau Brian harus melakukan operasi pemasangan ring di jantungnya. Kondisi penyakitnya sudah sampai tahap memerlukan operasi tersebut. Jika tadi terlambat sedikit saja membawa Brian ke rumah sakit, besar kemungkinan Brian akan meninggalkan Alex selamanya."Freya, maukah kamu mengabulkan permohonanku?" pinta Brian pada Freya yang menatapnya sendu. "Aku ingin sekali kamu mengabulkan permintaan terakhirku, mungkin aku akan bahagia bila kamu dengan senang hati mewujudkan keinginanku," lanjut Brian."Jangan berkata seperti itu, aku akan mengabulkan permintaanmu. Akan tetapi, jangan pernah mengatakan kalau ini adalah permintaan terakhirmu! Kamu harus tetap bertahan dan sembuh dari penyakitmu," ucap Freya tidak menyukai perkataan Brian.Wajah Brian menunjukan senyumnya. "Benarkah? Kalau begitu aku ingin kamu dan Alex memberikanku seorang cicit. Sudah sejak lama aku ingin melihat anak kalian. Aku mohon kabulkan permintaanku, Freya!" pinta Brian pada Freya.Freya membulatkan matanya terkejut, dia tidak tahu harus menjawab seperti apa dengan permintaan Brian. Wanita itu ingin sekali menjawab bahwa dia akan memenuhi permintaan Brian. Namun, kenyataannya dia dan Alex akan segera bercerai. Bahkan, dirinya sudah pergi meninggalkan rumah mereka.Tidak bisa dibayangkan bila Brian diberitahukan tentang keinginan mereka bercerai. Freya takut sakit yang diderita Brian semakin parah. Dia tidak menginginkan hal itu terjadi pada Brian. Terdengar suara langkah kaki Alex mendekati Freya. Laki-laki itu memegang bahu Freya. Dia meremas pelan bahu Freya dengan lembut."Tentu saja kami akan mengabulkan permintaanmu! Maka dari itu, aku harap kamu dapat lekas sembuh untuk melihat cicitmu. Aku ingin kamu menyetujui perkataan dokter yang meminta untuk dilaksanakan operasi pemasangan ring dijantungmu," ungkap Alex menyetujui perkataan lelaki tua yang terlihat melotot mendengar ucapannya."Operasi apa maksudmu?" tanya Freya menolehkan kepalanya ke arah belakang. Matanya menatap Alex dengan tajam.Alex memandang tatapan Freya dengan sendu. Dia tidak ingin menutupi penyakit yang diderita oleh Brian. Freya juga berhak mengetahui tentang penyakit kakeknya. "Tadi aku berdiskusi dengan dokter, ternyata untuk dapat pulih dengan baik dibutuhkan operasi pemasangan ring. Namun, kakek menolaknya karena tidak menginginkan hal itu," jawab Alex dengan pelan.Freya terkejut dengan perkataan Alex, dia menatap wajah Brian yang hanya menggelengkan kepalanya. Brian ingin menyembunyikan tentang penyakitnya dari Freya karena tidak ingin wanita itu khawatir dengan keadaannya. Bahkan, Brian telah memberitahukan dokter untuk tidak memberitahukan tentang penyakitnya pada Freya. Namun, cucunya sendiri yang mengatakan hal tersebut hingga Freya terlihay sangat khawatir.Freya menitikkan air matanya, dia menangis dan merasa bersalah karena tidak peka terhadap penyakit Brian. Sebelum menikah, dia sudah diberikan pesan oleh kakeknya untuk menjaga Brian. Kenyataan ini sangat memberikan pukulan bagi dirinya. "Mengapa kamu tidak ingin mengatakan tentang penyakitmu padaku? Apa aku bukanlah orang yang pantas untuk mengetahuinya?" tanya Freya yang merasa Brian tidak ingin memberitahukan tentang penyakitnya."Bukan! Bukan seperti itu Freya, sayangku, aku minta maaf kalau kamu sampai berpikir seperti itu! Aku hanya tidak ingin kamu seperti ini. Kamu bersedih karena memikirkan tentang penyakitku," ungkap Brian yang memegang tangan Freya.Freya masih menitikkan air matanya. "Aku akan mengabulkan permintaanmu bila kamu bersedia untuk melakukan pemasangan ring di jantungmu. Aku ingin kamu bisa bermain dengan cicitmu dan membersamaiku selama kehamilanku. Aku ingin kamu sehat kembali dan melihat aku mewujudkan permintaanmu!" ucap Freya dengan wajah sendu.Brian menatap Freya dengan wajah yang berbinar, sejak lama dia menantikan kehadiran seorang cucu. Dia khawatir untuk menyinggung perasaan Freya bila memintanya langsung, kali ini dia memanfaatkan penyakitnya untuk meminta seorang cicit dari menantunya itu. "Terima kasih, Freya. Aku sangat menyayangimu," ujar Brian dengan senyumnya.Freya tidak mengetahui di sampingnya Alex tersenyum penuh kemenangan. "Aku pastikan kamu akan kembali padaku, Freya.""Apa yang tadi kamu ucapkan?" tanya Freya tiba-tiba menghadap ke arah Alex yang berada di sampingnya. Alis wanita itu naik ke atas, sekilas Freya mendengar perkataan suaminya. Alex yang ditanyai Freya sedikit gelagapan, tetapi dengan cepat dia menetralkan raut wajahnya. "Aku tidak mengatakan apa pun, Sayang. Mungkin kamu salah mendengarnya," kilah Alex menjawab pertanyaan Freya. Alex mengalihkan pandangannya menuju Kakek Brian, dia mendekat pada Kakeknya. Alex mengucapkan perkataan yang membuat Brian dipenuhi harapan. "Aku akan terus berusaha untuk membuat cicit untuk. Oleh karena itu, Kakek harus sembuh dari penyakitmu dan melakukan operasi pemasangan ring di jantungmu. Aku berjanji padamu, Kek. Kami akan memberikan cicit yang lucu untukmu," janji Alex pada Kakek Brian.Freya tersenyum kecut mendengar perkataan Alex. Dia ingin menolak permintaan Brian, tetapi tidak tega karena kondisinya. Hatinya dipenuhi oleh kegundahan tentang cara memenuhi permintaan Brian. "Baiklah, terima kas
"Aku melakukan sesuatu yang mungkin tidak dapat kamu terima dengan baik," ucap Freya menatap Alex dengan pandangan yang berbeda. Alex terdiam mendengar perkataan Freya, hatinya berdebar takut dengan hal yang akan diucapkan oleh Freya. "Apa yang sudah kamu lakukan?" tanya Alex yang isi otaknya sudah dipenuhi dengan pikiran liarnya. Alex membayangkan kalau Freya ternyata tidak lagi mencintainya sehingga dia berselingkuh di belakangnya. Bila istrinya melakukan hal yang sama dengan mantan kekasihnya dulu, entah harus siapa lagi yang dia percayai. "Selama ini aku meminum pil pencegah kehamilan, sehingga selama dua tahun pernikahan kita aku belum kunjung hamil. Maafkan aku, yang melakukan hal tersebut tanpa izin darimu, aku memiliki alasan sendiri hingga tidak dapat mengatakannya padamu," ungkap Freya pada suaminya. Tubuh Alex seketika membeku, dia tidak menyangka Freya melakukan hal tersebut. Dulu, Freya beberapa kali mengatakan ingin memiliki anak, tetapi Alex tidak menggubris pernyat
"Aku ... aku jelas merindukanmu. Kehilanganmu beberapa hari saja sudah membuatku merasa resah," ungkap Alex dengan jujur. Freya melepaskan pelukannya pada pria yang masih mengisi hatinya. Alex tetap memaksa Freya dan memeluknya, dia sangat rindu dengan wangi manis yang tercium dari badan Freya.Freya menyejajarkan badan mereka, dia ingin melihat dengan jelas wajah Alex saat mengatakan rindu padanya. "Katakan sekali lagi kalau kamu merindukanku!" pinta Freya dengan wajah yang sumringah. Alex membuang mukanya dan menatap pada Brian yang tertidur lelap. Dia malu untuk menatap Freya yang masih menunggunya mengucapkan perkataan rindu. "Sudahlah, Frey. Aku hanya akan mengatakannya sekali saja dan tidak mengulanginya lagi. Kau pun sudah mendengar perkataanku, bukan?" ucap Alex dengan mata yang tidak tertuju pada wanita yang masih berada dalam dekapannya. Freya memanyunkan bibirnya, wanita itu ingin melepaskan dekapan Alex yang hampir membuatnya terbuai. "Aku ingin beristirahat, kamu tidur
"Alex, kalau begitu aku pergi dulu dan bekerja hari ini. Aku tidak mungkin izin karena belum satu bulan aku bekerja di perusahaan," ucap Freya pada Alex setelah mereka selesai berbincang dengan kakek mereka. Asisten Alex, Felix sudah mengantarkan baju baru untuk dipakai oleh Alex dan Freya. Saat ini, mereka sedang sarapan di cafe yang berada seberang rumah sakit.Alex menatap tidak suka pada ucapan Freya, dia tidak ingin wanitanya bekerja pada orang lain. Pria itu masih dapat menafkahinya, dia ingin Freya seperti biasa di rumah dan menunggunya. "Sebaiknya kamu berhenti saja dari pekerjaanmu dan kembali fokus pada keluarga saja, Sayang," saran Alex dengan lembut. Alex tidak ingin Freya merasa terkekang, tetapi tidak menampik dia tidak suka kalau Freya bekerja. Freya tersipu saat Alex mengatakan kata 'Sayang'. Dia tidak fokus pada perkataan Alex yang memintanya untuk berhenti dari pekerjaan. "Bisa kau ulangi perkataanmu?" tanya Freya. "Aku ingin kamu resign saja dari pekerjaanmu. Jad
"Untuk apa aku mengatakan statusku secara jelas padamu? Bukankah kamu sudah tahu selama ini aku selalu menghindarimu?" tanya Freya keheranan. Freya berusaha tidak mengatakan hal yang menyakitkan pada Luis, tetapi sepertinya pria di hadapannya tidak mengerti. Pria itu menatap Freya dengan pandangan nanar, dia telah berharap dapat mendekati Freya. "Harusnya kamu mengatakan kalau kamu telah memiliki suami! Jadi, aku tidak berharap padamu!" seru Luis pada Freya yang sudah tidak sabar untuk pergi dari hadapan pria di hadapannya.Freya menggigit bibirnya, dia kesal berada di situasi yang serba sulit seperti ini. Matanya melihat jari manisnya sendiri, terdapat cincin kawin melingkar cantik di jarinya. "Kamu lihat ini? Aku memakainya dari awal aku bekerja di perusahaan, seharusnya kamu mengerti dengan statusku tanpa aku menjelaskannya secara gamblang," ucap Freya menunjukkan jari yang bertengger cincin di jarinya. Raut wajah Luis langsung berubah, dia tidak memperharikan tangan Freya sebel
"Apa sih? Aku kan belum setuju untuk tinggal bersama denganmu," kilah Freya pada Alex yang tersenyum menggoda. Tidak dapat dipungkiri, dada Freya bergetar karena perilaku Alex yang lain dari biasanya. Ingin sekali dia mengakui kalau dia masih mencintai pria di sampingnya, tetapi egonya melarang karena ingin memberikan suatu balasan pada Alex agar lebih menghargainya sebagai istri. "Kamu telah menerima perjanjian yang sudah kita sepakati bersama, Sayang. Tidak mungkin aku membuat anak seorang diri, tentunya aku membutuhkanmu untuk mewujudkan keinginan Kakek," ucap Alex diiringi dengan tawanya. Freya tidak membalas ucapan Alex. Dirinya teringat pada percintaan mereka yang terakhir. Alex menyebut nama Claudia di tengah kehangatan yang diciptakan oleh Alex untuknya. Freya menghela napasnya, dia takut tidak dapat membuat utuh hatinya yang telah hancur berserakan. Alex memperhatikan diamnya Freya. Dia menatap wanita itu sekitar lewat sudut matanya. "Ada apa, Sayang? Apa ada yang menggang
"Alex! Apa yang kamu lakukan?" tanya Freya dengan lemah, dia heran dengan kelakuan Alex yang terus menggempurnya hingga pagi. Freya masih ingin memejamkan matanya, dia terlalu lelah karena tindakan Alex yang berbeda dibandingkan biasanya. Baru kali ini, Freya tidak bisa mengimbangi permainan Alex. Entah hal apa yang menyebabkan pria itu seakan tidak pernah puas melakukannya."Aku masih ingin, Sayang," jawab Alex dengan suara baritonnya. Freya membuka matanya melihat suaminya yang sekarang sudah berada di atas tubuhnya. Terlihat kabur gairah yang masih mendominasi di mata Alex. "Apa kamu belum puas juga, Alex?" tanya Freya yang masih tidak bertenaga. Dia tidak bisa membayangkan bila Alex masih ingin melakukannya. "Aku sangat mengantuk dan lapar, biarkan aku istirahat dan makan dulu. Aku juga ingin menikmati hari liburku, please," keluh Freya dengan suara pelan, terlihat wanita itu masih ingin memejamkan matanya. Alex melihat Freya yang terlihat tidak berdaya. Dia tidak tega melihat
"Kita harus memindahkan beberapa barang kita ke apartemen ini. Aku lupa menanyakan padamu, kamu ingin tinggal di apartemen ini atau kita pindah ke rumah yang lebih besar?" tanya Alex pada Freya yang sedang mengeringkan rambutnya setelah mandi. "Aku lebih suka kita di apartemen. Tidak terlalu luas untuk kita berdua dan aku tidak begitu lelah ketika membereskan rumah," jawab Freya dengan senyum mengembang di wajahnya. Alex mengamati wajah Freya yang dipenuhi senyum. "Kamu dari dulu kelelahan membereskan rumah? Mengapa kamu tidak membicarakannya padaku? Kalau tahu kamu kelelahan aku akan menyewa jasa kebersihan untuk merapikan rumah sehingga kamu tidak merasa letih," usul Alex yang mendekati Freya dan mengambil handuk di tangan Freya. Dia ingin mengeringkan rambut Freya. Baru kali ini, pria angkuh tersebut membantu Freya mengeringkan rambutnya. Tidak pernah sekali pun Alex bersikap seperti ini padanya. Freya duduk sambil tersenyum pada Alex yang masih berkutat dengan handuk di tangann
Sesampainya di rumah sakit, Freya langsung ditangani oleh beberapa petugas kesehatan. Sebelumnya, Alex telah menghubungi pihak rumah sakit untuk mempersiapkan Freya yang akan melahirkan. Proses kelahiran putra pertama Freya cukup cepat. Air ketuban telah keluar membuat kelahiran pertama yang dialami oleh Freya berlangsung lancar. Alex melihat semua proses yang dialami oleh Freya. Pria itu mendekati sang istri setelah Freya melahirkan sang putra. "Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu," ucap Alex mengecup puncak kepala Freya. Freya tersenyum pada Alex. Terkenang beberapa memori selelum hubungannya dengan Alex sedekat ini. Tidak terkira perasaan bahagia yang dirasakan oleh Freya. Setelah dilakukan pelekatan pada bayi dan ibu, Freya tersenyum melihat sang buah hati. Menjalani proses melahirkan yang cukup mudah membuat Freya sangat bersyukur. Freya dipindahkan ke ruang rawat. Alex selalu menemaninya, pria itu tidak ingin melewatkan satu hal kecil dalam keluarga kecilnya. Br
Usia kandungan Freya memasuki bulan ke sembilan. Mendekati hari perkiraan lahir, Freya masih saja menginginkan untuk ikut ke kantor. Dia bosan bila berada di rumah. Meskipun, telah di larang oleh Brian dan Irene untuk ikut ke perusahaan. Freya tetap pada keinginannya untuk terus bersama dengan Alex. Entah mengapa wanita itu tidak ingin jauh dari sang suami. "Kau di rumah saja, Sayang. Aku akan segera kembali. Tidak akan lama," ucap Alex memperingati Freya. Freya menggelengkan kepala. "Aku bosan di rumah, apa kamu tidak menginginkan aku untuk dekat denganmu?" tanya Freya sambil merenggut. "Aku hanya tidak ingin kau kelelahan, Sayang," jawab Alex mengelus rambut Freya. Masih dengan wajah yang menahan kekesalan, Freya membalas perkataan Alex. "Justru, dengan aku sering berpergian, dapat membuat aku bergerak. Kata orang dengan bergerak dapat mempermudah jalan lahir," ucap Freya. "Begitukah?" Alex seakan tidak percaya dengan perkataan sang istri. Perut Freya yang sangat memb
Hari ini, Freya dan Renata bertemu untuk membeli perlengkapan bayi. Tentu saja, Alex tidak akan melewatkan kesempatan untuk berbelanja bersama sang istri. Walaupun, harus didampingi oleh Renata, sahabat Freya. Pun Felix yang tadinya tidak memiliki urusan untuk berbelanja terpaksa mengikuti Alex karena perintah bosnya itu. Pria yang tidak gemar berbelanja itu harus mengikuti dua wanita yang bersemangat membeli perlengkapan bayi. "Al, apa kita perlu membeli baju berwarna pink?" tanya Freya dengan lembut pada sang suami. Alex membulatkan matanya, hasil USG telah menunjukkan kalau sang buah hati kemungkinan berjenis kelamin laki-laki. Tidak mungkin dia membelikan baju warna pink untuk anaknya. "Ehm.... sebaiknya jangan sayang. Beli saja warna merah," jawab Alex dengan hati-hati. Berpikir sejenak karena mendengar jawaban Alex. "Baiklah, beli warna merah saja, Ren!" ucap Freya mengatakan hal tersebut pada Renata. Alex melihat Felix yang hampir menertawakannya. Jujur saja, sejak
Sepanjang perjalanan menuju tempat Claudia berada, Freya dipenuhi oleh ucapan Tania. Dia tidak menyangka kalau persahabatan antara Claudia dan Tania akan berakhir begitu saja. Dia pikir persahabatan mereka akan terus ada karena Tania selalu mendukung perbuatan Claudia. Alex memperhatikan Freya yang melamunkan sesuatu. Dia mengusap kepala Freya untuk mengalihkan perhatian istrinya. "Ada apa?" tanya Alex sambil menggenggam tangan sang istri. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya terpikir tenang persahabatan antara Claudia dan Tania. Kukira persahabatan mereka akan terus berjalan walau Claudia melakukan sesuatu yang salah," jawab Freya dengan jujur. "Tidak perlu memikirkan hubungan keduanya. Kau tidak usah mencampurinya. Mungkin memang takdir kalau persahabatan mereka dapat berakhir. Layaknya sebuah hubungan, persahabatan juga mengenal awal dan akhir," balas Alex mencoba berpikir secara logika. Pria itu tidak ingin Freya terlalu terlibat dalam hubungan persahabatan antara Claudia dan T
Sesuai janji yang dikatakan oleh Alex, dia akan menemani Freya untuk bertemu dengan Claudia dan Tania. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, Alex mengatur agar Freya bertemu dengan Tania terlebih dahulu, baru menemui Claudia. Pria itu ingin Freya berbicara dengan Tania agar lebih mudah ketika bertemu dengan Claudia. Freya pun mengiyakan ucapan sang suami. Dia memang berencana untuk menemui Tania baru Claudia. Ketika sampai di sebuah gedung, Freya mengeryitkan dahi. Mereka berada di sebuah panti sosial. Freya menolehkan kepala pada sang suami. "Benarkah Tania berada di sini?" tanya Freya pada Alex. "Ya, aku sudah mencari tahu keberadaan Tania sebelum berangkat. Dia telah berada di panti sosial ini sejak keluar dari rumah sakit," jawab Alex dengan tenang. Tampak tidak percaya, Freya terkejut mengetahui fakta menyedihkan ini. Tania masih sangat muda, seharusnya dia masih dapat memulai kariernya walau keterbatasan yang dimiliki olehnya. Alex dan Freya masuk lalu bertemu denga
Permohonan yang diucapkan oleh Wenny diabaikan oleh Alex. Pria itu menatap angkuh Wenny yang berlutut di hadapannya. Tidak ada rasa kasihan pada sang karyawan. Pun Angel menatap Wenny sekilas, lalu menatap Alex dengan tajam. "Anda tidak bisa seenaknya memecat kami hanya karena kesalahan yang bahkan belum kami perbuat." Angel berusaha mencari celah untuk terhindar dari pemecatan. Alex menyunggingkan senyum sinisnya. "Aku rasa perbuatan kalian yang merencanakan menjadi seorang simpanan dapat menjadi sebuah alasan. Lagi pula, kalian berada di perusahaan ini untuk bekerja bukan menjadi wanita jalang!" tekan Alex dengan penuh ketegasan. Tangan Angel mengepal, baru saja dia merencanakan untuk menggoda sang atasan, tetapi hal tersebut harus dia urungkan. Kehadiran Freya membuat semua berantakan. Tanpa diduga, wanita itu berdiri lalu hendak menyerang Freya. Hal itu segera dicegah Alex dengan menghempaskan tubuh Angel hingga terjatuh. "Beraninya kau pada istriku! Aku akan membuat perhi
Sebelum kedua wanita yang mengganggu pikiran Freya datang, Alex telah mengatakan untuk menggantikannya di kursi kebesaran yang biasa dia duduki. Dia tidak ingin ikut campur lebih jauh, tetapi dia ingin karyawan baru itu mengetahui posisi mereka. Tidak akan ada yang bisa menggoyahkan Alex. Perasannya hanya tertuju pada sang istri. Alex membiarkan Freya melakukan apa pun yang diinginkannya. Bahkan, menghukum dua orang yang baru memiliki niat untuk menggoda Alex. "Lakukan apa yang kau inginkan! Aku akan mendukung semua tindakanmu!" ucap Alex pada sang istri. Freya tersenyum pada Alex. "Benarkah? Walaupun aku memecat kedua karyawanmu itu? Kau akan menyetujui semua tindakanku?" tanya Freya menaikkan alisnya. "Tentu. Kau boleh melakukan apa pun. Lagi pula mereka baru memasuki masa percobaan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Alex dengan kalem. Diam-diam Alex meminta Felix untuk mencari tahu tentang kedua karyawan baru. Ternyata mereka masih menjalani masa percobaan. Pantas saj
Perintah yang dikatakan oleh Alex membuat Felix tersenyum. Rupanya, atasan sangat menuruti perkataan Freya. Walaupun memang seperti itu, tetapi ini merupakan profesionalitas dalam pekerjaan. Tidak dapat dipungkiri, Freya membawa banyak pengaruh pada Alex. CEO dari Perusahan Kingston itu selalu pulang tepat waktu ketika Freya telah kembali pada dirinya. Kehilangan sang istri rupanya dapat mengubah semua kebiasaan Alex. Felix tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Alex karena dua karyawan tersebut telah berani menyinggung perasaan sang istri. Bila langsung memecat dua orang tersebut rasanya tidak mungkin. Akan tetapi, semua dapat terjadi sesuai dengan keinginan Freya."Baiklah, Tuan! Saya akan memanggilkan kedua orang tersebut," ucap Felix menjawab perintah dari Alex.Freya tersenyum puas, dia memikirkan beberapa hal tentang dia orang yang mengganggu pikirannya. Saat di toilet dia tidak menampik kalau kedua orang itu masih sangat muda. Freya cukup insecure, apa lagi melihat tubuhnya
Pergi dengan rasa kesalnya, Freya bergegas menuju ruangan Alex. Dia ingin menumpahkan kekesalan pada sang suami. Alex yang sedang membaca sebuah laporan terkejut dengan kedatangan Freya yang terlihat memendam emosinya.Alex mengalihkan perhatiannya pada sang istri. Beberapa bulan menemani Freya dalam kondisinya yang hamil, sudah dapat membuat Alex paham kalau ada yang salah pada sang istri. Entah hal apa yang mengganggu istrinya."Halo, Sayang. Kau sudah datang?" tanya Alex sambil menutup berkas di tangannya.Pria itu beranjak dan mendekati Freya yang masih kesal. Bodyguard Freya menunggu di depan ruangan, dia tahu kalau kedua majikannya membutuhkan privasi. Sebenarnya, dia penasaran apa yang terjadi di toilet. Akan tetapi, sangat jelas Freya tidak dalam mood yang baik. "Ya! Alex, aku ingin bertanya padamu. Apa standar penerimaan karyawan baru di Perusahaan Kingston telah melakukan tes psikologi? Aku rasa ada hal yang perlu dibenahi di devisi HRD!" Secara blak-blakan Freya mengungkap