"Kita harus memindahkan beberapa barang kita ke apartemen ini. Aku lupa menanyakan padamu, kamu ingin tinggal di apartemen ini atau kita pindah ke rumah yang lebih besar?" tanya Alex pada Freya yang sedang mengeringkan rambutnya setelah mandi. "Aku lebih suka kita di apartemen. Tidak terlalu luas untuk kita berdua dan aku tidak begitu lelah ketika membereskan rumah," jawab Freya dengan senyum mengembang di wajahnya. Alex mengamati wajah Freya yang dipenuhi senyum. "Kamu dari dulu kelelahan membereskan rumah? Mengapa kamu tidak membicarakannya padaku? Kalau tahu kamu kelelahan aku akan menyewa jasa kebersihan untuk merapikan rumah sehingga kamu tidak merasa letih," usul Alex yang mendekati Freya dan mengambil handuk di tangan Freya. Dia ingin mengeringkan rambut Freya. Baru kali ini, pria angkuh tersebut membantu Freya mengeringkan rambutnya. Tidak pernah sekali pun Alex bersikap seperti ini padanya. Freya duduk sambil tersenyum pada Alex yang masih berkutat dengan handuk di tangann
"Sebaiknya, aku memang harus memeriksakan diri ke Dokter Kandungan," ucap Freya setelah mengunjungi keadaan Brian. Dia tidak ingin memberikan harapan palsu untuk pria tua yang sangat menginginkan kehadiran seorang cucu. "Aku akan mengikuti keinginanmu, Sayang. Kita akan melakukannya bila kamu siap," balas Alex mengusap pelan kepala Freya. Freya melirik Alex untuk melihat ekspresi wajah suaminya. Alex terlihat begitu tenang dan hanya tersenyum menanggapi ucapan Freya. Pria itu ingin Freya siap secara fisik dan mental untuk mengandung dan melahirkan. Proses kehamilan tidak membutuhkan waktu yang sebentar, pastinya dibutuhkan kesiapan untuk menghadapinya. Hubungan mereka yang baru saja membaik membuat Alex tidak menuntut Freya cepat hamil. Dia ingin Freya lebih santai menghadapinya, tetapi mendengar permintaan Brian sepertinya menjadikan Freya ingin secepatnya hamil. "Terima kasih telah memahamiku, Alex. Aku hanya membutuhkan sedikit waktu," ujar Freya mengembangkan senyumnya. "Kita
"Ya, silakan. Apa yang ingin kau bicarakan?" ucap Alex menerima tatapan tajam dari Renata. Freya menyenggol sahabatnya, dia tidak ingin Renata dan Alex bersinggungan seperti ini. Terlihat Alex tidak nyaman dengan tatapan yang diterimanya. Namun, pria itu menyadari jika itu adalah konsekuensi dari perbuatannya di masa lalu. Bahkan, Liam dan Brian akan menghajarnya kalau mengetahui kelakuan Alex pada Freya yang sering mengabaikannya. "Well, aku tahu kalian memutuskan untuk kembali bersama. Aku hanya ingin diyakinkan olehmu kalau Anda tidak akan membuat sahabatku menangis," pinta Renata dengan wajah serius. Hari Freya menghangat mendengar perkataan Renata. Dia sangat bersyukur memiliki sahabat yang akan terus berada di garda depan untuk membelanya.Alex berpikir sejenak sebelum menimpali permintaan Renata. Pria itu melihat kedua wanita di depannya yang pandangannya fokus tertuju pada dirinya. "Aku tidak bisa menjanjikan hal itu, tetapi aku akan mencoba untuk menjadi suami yang baik un
"Nanti, kamu ikut dalam peninjauan resort, kan?" tanya Alex ketika dia dan Freya sedang memakan sarapannya. Freya menolehkan wajahnya sekilas dan menganggukkan kepala. "Bukankah kamu yang menginginkan hal tersebut? Pak Leo sudah mewanti-wanti agar divisi kami ikut dalam peninjauan resort," jawab Freya sambil mendengus. "Kenapa? Kamu tidak suka bila ikut peninjauan?" tanya Alex dengan heran, dia memang melakukannya dengan spontan karena ingin berdekatan dengan Freya kembali. Ternyata tanpa melakukannya, Freya sudah kembali ke pelukannya berkat Brian."Aku hanya malas berpergian," jawab Freya dengan santai sambil mengunyah makanannya. Alasan sebenarnya adalah dia tidak ingin melakukan kunjungan bersama dengan teman satu divisinya. Belum lagi Luis yang terus mendekatinya, membuat Freya sangat risih. Pria itu tanpa tahu malu terus gencar melakukan pendekatan. Renata bahkan pernah memarahi Luis saat dia terus menempel pada Freya. "Aku akan meminta Leo agar kamu berangkat bersama dengan
"Aku tidak bisa! Aku masih belum bisa mengatasi traumaku!" ucap Renata yang membuat Luis semakin tidak sabar. Freya menatap wajah Renata yang masih dipenuhi air mata. Dia memikirkan semuanya, tentu bila menjadi Renata dia juga tidak bisa memaafkan perbuatan Luis. Seenaknya saja mendekati sahabatnya hanya untuk membuat Renata cemburu. "Perbuatan Luis yang mendekatimu bahkan sampai diketahui oleh Alex membuatku meragukan perasaannya padaku. Jadi, aku belum bisa sepenuhnya mempercayaimu, Luis," ungkap Renata pada Luis yang tercengang.Renata mengetahui tentang kejadian tempo lalu, ketika Alex menjemput Freya. Sahabatnya itu memberitahukan kejadian tersebut dan membuat Renata yakin kalau Luis bukanlah pria yang baik untuk dijadikan pelabuhan hatinya. "Saat itu aku hanya terkejut karena Freya ternyata telah menikah. Aku... aku ...," ucap Luis yang tidak bisa mengatakan apa pun. Dalam hatinya, Luis menyadari dia tertarik pada Freya. Awalnya, dia memang mendekatinya hanya untuk membuat R
"Maaf, aku tidak ingin berbicara saat ini! Tolong berikan aku waktu, please," pinta Renata yang tidak ingin membicarakan hubungan mereka berdua.Luis menganggukkan kepalanya dan melepaskan tangannya dari Renata. "Maafkan aku, Ren. Aku tidak berpikir sejauh itu, aku tidak menyangka kalau perbuatanku dapat membuatmu semakin menjauh dariku," ucap Luis dengan wajah sendu."Seharusnya kamu tahu kalau aku menjunjung tinggi kesetiaan. Jangan berpura-pura tidak tertarik pada Freya. Aku mengenal dirimu dan mengetahui arti tatapan matamu yang memujanya," tukas Renata.Renata membalikkan badannya lalu pergi meninggalkan Luis yang menyesali tindakan gegabahnya mendekati Freya. Seharusnya, pria itu tetap meyakinkan Renata untuk melanjutkan kembali hubungan mereka yang kandas. Freya mendengar sedikit potongan percakapan keduanya, lalu wanita itu segera menuju mejanya untuk mulai bekerja. Beban pikirannya menjadi bertambah karena hubungan sahabatnya yang rumit.Mengingat hubungannya dengan Alex yan
"Aku tidak salah mendengar. Kamu tadi mengatakan tentang pria tampan," ucap Alex yang mulai tidak menyukai Freya memuji pria lain. "Aku sudah bilang kamu salah mendengar. Sudahlah, kita pulang saja, oke?" ajak Freya menyunggingkan senyumnya pada Alex. "Ren, aku duluan ya! Ayo, pulang! Besok kita akan melakukan peninjauan resort dan harus berkumpul pagi hari," ucap Freya pada Renata yang sudah mulai tenang. Renata menatap sahabatnya dan menyunggingkan senyumnya. "Aku ingin menghabiskan kopiku terlebih dahulu, kamu duluan saja. Aku tidak apa-apa," balas Renata. "Benar? Tidak apa-apa aku duluan? Kalau kamu masih butuh teman ngobrol aku akan menunggumu dan menemanimu di sini. Tidak perlu khawatir, Alex akan duduk terpisah dari kita," kata Freya yang melirik pada Alex. Alex masih memikirkan perkataan Freya yang mengatakan asistennya tampan. Dia memiliki beberapa asisten jadi perlu kecermatan tingkat tinggi untuk mengetahui pada siapa perkataan Freya tertuju. Apakah dia harus memecat
"Ya Tuhan, jam berapa ini?" ucap Freya saat terbangun karena sinar mentari yang menembus kamar mereka. Wanita itu memegang dadanya karena terkejut mendapati dirinya bangun kesiangan.Alex membuka matanya perlahan, dia hanya tersenyum melihat Freya yang tampak panik. Freya duduk dan berdiri dari tempat peraduan mereka. Wanita itu menatap Alex dengan ekspresi wajah kesal."Ini semua karenamu, bukankah semalam aku sudah mengatakan jangan melakukannya! Aku jadi terlambat!" omel Freya dengan bibir yang mengerucut. Alex dengan tenang berkata pada Freya. "Aku akan menghubungi atasanmu dan mengatakan kamu pergi denganku. Jangan marah lagi, oke?" ucap Alex untuk menenangkan istrinya. Pria itu bangkit dari ranjang mereka kemudian menatap Freya dengan intens. "Ayo, kita mandi bersama," ujar Alex yang menggendong Freya menuju kamar mandi. Freya berusaha memberontak, tetapi perbedaan tenaga membuatnya pasrah. Dari semalam Alex sudah merencanakan semuanya. dDia ingin berangkat bersama Freya men
Sesampainya di rumah sakit, Freya langsung ditangani oleh beberapa petugas kesehatan. Sebelumnya, Alex telah menghubungi pihak rumah sakit untuk mempersiapkan Freya yang akan melahirkan. Proses kelahiran putra pertama Freya cukup cepat. Air ketuban telah keluar membuat kelahiran pertama yang dialami oleh Freya berlangsung lancar. Alex melihat semua proses yang dialami oleh Freya. Pria itu mendekati sang istri setelah Freya melahirkan sang putra. "Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu," ucap Alex mengecup puncak kepala Freya. Freya tersenyum pada Alex. Terkenang beberapa memori selelum hubungannya dengan Alex sedekat ini. Tidak terkira perasaan bahagia yang dirasakan oleh Freya. Setelah dilakukan pelekatan pada bayi dan ibu, Freya tersenyum melihat sang buah hati. Menjalani proses melahirkan yang cukup mudah membuat Freya sangat bersyukur. Freya dipindahkan ke ruang rawat. Alex selalu menemaninya, pria itu tidak ingin melewatkan satu hal kecil dalam keluarga kecilnya. Br
Usia kandungan Freya memasuki bulan ke sembilan. Mendekati hari perkiraan lahir, Freya masih saja menginginkan untuk ikut ke kantor. Dia bosan bila berada di rumah. Meskipun, telah di larang oleh Brian dan Irene untuk ikut ke perusahaan. Freya tetap pada keinginannya untuk terus bersama dengan Alex. Entah mengapa wanita itu tidak ingin jauh dari sang suami. "Kau di rumah saja, Sayang. Aku akan segera kembali. Tidak akan lama," ucap Alex memperingati Freya. Freya menggelengkan kepala. "Aku bosan di rumah, apa kamu tidak menginginkan aku untuk dekat denganmu?" tanya Freya sambil merenggut. "Aku hanya tidak ingin kau kelelahan, Sayang," jawab Alex mengelus rambut Freya. Masih dengan wajah yang menahan kekesalan, Freya membalas perkataan Alex. "Justru, dengan aku sering berpergian, dapat membuat aku bergerak. Kata orang dengan bergerak dapat mempermudah jalan lahir," ucap Freya. "Begitukah?" Alex seakan tidak percaya dengan perkataan sang istri. Perut Freya yang sangat memb
Hari ini, Freya dan Renata bertemu untuk membeli perlengkapan bayi. Tentu saja, Alex tidak akan melewatkan kesempatan untuk berbelanja bersama sang istri. Walaupun, harus didampingi oleh Renata, sahabat Freya. Pun Felix yang tadinya tidak memiliki urusan untuk berbelanja terpaksa mengikuti Alex karena perintah bosnya itu. Pria yang tidak gemar berbelanja itu harus mengikuti dua wanita yang bersemangat membeli perlengkapan bayi. "Al, apa kita perlu membeli baju berwarna pink?" tanya Freya dengan lembut pada sang suami. Alex membulatkan matanya, hasil USG telah menunjukkan kalau sang buah hati kemungkinan berjenis kelamin laki-laki. Tidak mungkin dia membelikan baju warna pink untuk anaknya. "Ehm.... sebaiknya jangan sayang. Beli saja warna merah," jawab Alex dengan hati-hati. Berpikir sejenak karena mendengar jawaban Alex. "Baiklah, beli warna merah saja, Ren!" ucap Freya mengatakan hal tersebut pada Renata. Alex melihat Felix yang hampir menertawakannya. Jujur saja, sejak
Sepanjang perjalanan menuju tempat Claudia berada, Freya dipenuhi oleh ucapan Tania. Dia tidak menyangka kalau persahabatan antara Claudia dan Tania akan berakhir begitu saja. Dia pikir persahabatan mereka akan terus ada karena Tania selalu mendukung perbuatan Claudia. Alex memperhatikan Freya yang melamunkan sesuatu. Dia mengusap kepala Freya untuk mengalihkan perhatian istrinya. "Ada apa?" tanya Alex sambil menggenggam tangan sang istri. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya terpikir tenang persahabatan antara Claudia dan Tania. Kukira persahabatan mereka akan terus berjalan walau Claudia melakukan sesuatu yang salah," jawab Freya dengan jujur. "Tidak perlu memikirkan hubungan keduanya. Kau tidak usah mencampurinya. Mungkin memang takdir kalau persahabatan mereka dapat berakhir. Layaknya sebuah hubungan, persahabatan juga mengenal awal dan akhir," balas Alex mencoba berpikir secara logika. Pria itu tidak ingin Freya terlalu terlibat dalam hubungan persahabatan antara Claudia dan T
Sesuai janji yang dikatakan oleh Alex, dia akan menemani Freya untuk bertemu dengan Claudia dan Tania. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, Alex mengatur agar Freya bertemu dengan Tania terlebih dahulu, baru menemui Claudia. Pria itu ingin Freya berbicara dengan Tania agar lebih mudah ketika bertemu dengan Claudia. Freya pun mengiyakan ucapan sang suami. Dia memang berencana untuk menemui Tania baru Claudia. Ketika sampai di sebuah gedung, Freya mengeryitkan dahi. Mereka berada di sebuah panti sosial. Freya menolehkan kepala pada sang suami. "Benarkah Tania berada di sini?" tanya Freya pada Alex. "Ya, aku sudah mencari tahu keberadaan Tania sebelum berangkat. Dia telah berada di panti sosial ini sejak keluar dari rumah sakit," jawab Alex dengan tenang. Tampak tidak percaya, Freya terkejut mengetahui fakta menyedihkan ini. Tania masih sangat muda, seharusnya dia masih dapat memulai kariernya walau keterbatasan yang dimiliki olehnya. Alex dan Freya masuk lalu bertemu denga
Permohonan yang diucapkan oleh Wenny diabaikan oleh Alex. Pria itu menatap angkuh Wenny yang berlutut di hadapannya. Tidak ada rasa kasihan pada sang karyawan. Pun Angel menatap Wenny sekilas, lalu menatap Alex dengan tajam. "Anda tidak bisa seenaknya memecat kami hanya karena kesalahan yang bahkan belum kami perbuat." Angel berusaha mencari celah untuk terhindar dari pemecatan. Alex menyunggingkan senyum sinisnya. "Aku rasa perbuatan kalian yang merencanakan menjadi seorang simpanan dapat menjadi sebuah alasan. Lagi pula, kalian berada di perusahaan ini untuk bekerja bukan menjadi wanita jalang!" tekan Alex dengan penuh ketegasan. Tangan Angel mengepal, baru saja dia merencanakan untuk menggoda sang atasan, tetapi hal tersebut harus dia urungkan. Kehadiran Freya membuat semua berantakan. Tanpa diduga, wanita itu berdiri lalu hendak menyerang Freya. Hal itu segera dicegah Alex dengan menghempaskan tubuh Angel hingga terjatuh. "Beraninya kau pada istriku! Aku akan membuat perhi
Sebelum kedua wanita yang mengganggu pikiran Freya datang, Alex telah mengatakan untuk menggantikannya di kursi kebesaran yang biasa dia duduki. Dia tidak ingin ikut campur lebih jauh, tetapi dia ingin karyawan baru itu mengetahui posisi mereka. Tidak akan ada yang bisa menggoyahkan Alex. Perasannya hanya tertuju pada sang istri. Alex membiarkan Freya melakukan apa pun yang diinginkannya. Bahkan, menghukum dua orang yang baru memiliki niat untuk menggoda Alex. "Lakukan apa yang kau inginkan! Aku akan mendukung semua tindakanmu!" ucap Alex pada sang istri. Freya tersenyum pada Alex. "Benarkah? Walaupun aku memecat kedua karyawanmu itu? Kau akan menyetujui semua tindakanku?" tanya Freya menaikkan alisnya. "Tentu. Kau boleh melakukan apa pun. Lagi pula mereka baru memasuki masa percobaan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Alex dengan kalem. Diam-diam Alex meminta Felix untuk mencari tahu tentang kedua karyawan baru. Ternyata mereka masih menjalani masa percobaan. Pantas saj
Perintah yang dikatakan oleh Alex membuat Felix tersenyum. Rupanya, atasan sangat menuruti perkataan Freya. Walaupun memang seperti itu, tetapi ini merupakan profesionalitas dalam pekerjaan. Tidak dapat dipungkiri, Freya membawa banyak pengaruh pada Alex. CEO dari Perusahan Kingston itu selalu pulang tepat waktu ketika Freya telah kembali pada dirinya. Kehilangan sang istri rupanya dapat mengubah semua kebiasaan Alex. Felix tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Alex karena dua karyawan tersebut telah berani menyinggung perasaan sang istri. Bila langsung memecat dua orang tersebut rasanya tidak mungkin. Akan tetapi, semua dapat terjadi sesuai dengan keinginan Freya."Baiklah, Tuan! Saya akan memanggilkan kedua orang tersebut," ucap Felix menjawab perintah dari Alex.Freya tersenyum puas, dia memikirkan beberapa hal tentang dia orang yang mengganggu pikirannya. Saat di toilet dia tidak menampik kalau kedua orang itu masih sangat muda. Freya cukup insecure, apa lagi melihat tubuhnya
Pergi dengan rasa kesalnya, Freya bergegas menuju ruangan Alex. Dia ingin menumpahkan kekesalan pada sang suami. Alex yang sedang membaca sebuah laporan terkejut dengan kedatangan Freya yang terlihat memendam emosinya.Alex mengalihkan perhatiannya pada sang istri. Beberapa bulan menemani Freya dalam kondisinya yang hamil, sudah dapat membuat Alex paham kalau ada yang salah pada sang istri. Entah hal apa yang mengganggu istrinya."Halo, Sayang. Kau sudah datang?" tanya Alex sambil menutup berkas di tangannya.Pria itu beranjak dan mendekati Freya yang masih kesal. Bodyguard Freya menunggu di depan ruangan, dia tahu kalau kedua majikannya membutuhkan privasi. Sebenarnya, dia penasaran apa yang terjadi di toilet. Akan tetapi, sangat jelas Freya tidak dalam mood yang baik. "Ya! Alex, aku ingin bertanya padamu. Apa standar penerimaan karyawan baru di Perusahaan Kingston telah melakukan tes psikologi? Aku rasa ada hal yang perlu dibenahi di devisi HRD!" Secara blak-blakan Freya mengungkap