Home / Rumah Tangga / Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir / Part 3. Pembatalan Pernikahan

Share

Part 3. Pembatalan Pernikahan

Author: Loyce
last update Last Updated: 2022-10-21 06:04:43

Malam itu juga, Rizal meminta Vier untuk datang ke rumahnya. Tidak ada lagi waktu untuk menunda. Semuanya harus diselesaikan segera. Mengambil keputusan seperti ini memang tidak mudah, tapi mereka harus tetap melakukannya. Ini demi nama baik keluarga, begitulah yang dikatakan oleh Violet. 

Menunggu hampir dua jam ketika Vier pada akhirnya datang. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, sudah cukup malam untuk membahas masalah pekerjaan jika itu yang dipikirkan oleh Vier. Tapi, Vier tetap harus datang karena itu panggilan dari bosnya. 

“Menikahlah dengan Violet.” Lima menit setelah duduk di sofa ruang keluarga Rizal, Vier segera mendapatkan tembakan kalimat yang membuatnya sulit percaya dengan pendengarannya. Ini bukan tentang kalimat tersebut yang susah untuk dipahami. Tapi ini tentang situasi yang tak bisa diprediksi. Siang tadi, Vier masih menjadi lelaki dengan status sekretaris, asisten pribadi, atau apa pun itu sebutannya untuk seorang Rizal Bimantara. Lalu sekarang, secara tiba-tiba, bosnya memintanya untuk menikah dengan putri satu-satunya. Apakah semesta sedang mempermainkannya? 

Vier tak bisa segera menjawab. Kebingungan merayap di dalam hatinya. Yang Vier yakini adalah pasti ada alasan di balik keputusan yang dibuat oleh Rizal Bimantara. Pasalnya, dia tahu bagaimana hubungan Violet dengan kekasihnya. 

“Situasinya sangat mendesak, Vier. Saya tidak tahu siapa yang bisa membantu kami menghadapi semua ini. Evan tidak bisa dipercaya, tapi pernikahan harus tetap berjalan karena undangan sudah disebar dan akan dilakukan tiga hari lagi.” Rizal tidak mengatakan secara spesifik apa yang dilakukan oleh Evan karena itu adalah urusan keluarga mereka. “Kecuali meminta pertolongan kepadamu,” lanjut ayah Violet lagi. 

“Saya sudah punya kekasih, Pak. Saya akan menyakitinya kalau sampai saya menikah dengan orang lain.” Vier tak ingin terjebak. Hubungannya dengan perempuan itu sudah sangat lama sekali. Mungkin sepuluh atau sebelas tahun. Vier tidak begitu menghitungnya. 

“Hanya enam bulan.” Kini Violet yang bersuara. “Setelah itu, kita akan bercerai dan kamu bisa menikahinya.” Raut wajah Vier terlihat tak suka mendengar ucapan Violet yang terdengar meremehkan. “Saya tidak akan menuntut apa pun ke kamu. Ini hanya sebuah formalitas,” tegas Violet dengan suara yang cukup dingin. 

Vier merasa, Violet lebih tidak bersahabat dibandingkan hari-hari sebelumnya. Kali ini tidak ada senyum sedikit pun yang tercetak di bibirnya. 

“Maafkan saya, Pak, Bu. Untuk kali ini, saya tidak bisa membantu.” Vier menjawab dengan tegas. Urusan pekerjaan, dia bisa menjalankan dengan benar, tapi jika sudah menyangkut masalah seperti ini, Vier tak bisa melakukannya. 

“Biarkan saya yang berbicara dengannya.” Violet mendesak. “Saya yang akan memberikan pengertian kepadanya.”

“Saya sungguh tidak bisa, Bu,” putus Vier. 

“Jadi kamu memilih kehilangan semuanya?” Violet sedikit mengancam. Selama ini, apa pun yang diinginkan selalu didapatkan. Kali ini pun sama. Vier harus menerima permintaannya bagaimanapun caranya. 

“Apa maksud, Ibu? Ibu mengancam saya?” Tatapan Vier beradu dengan tatapan Violet. Tidak ada keraguan yang ditunjukkan oleh Violet. Perempuan itu seolah ingin menghancurkan Vier sampai menjadi debu jika lelaki itu tetap menolak. 

“Pikirkan saja dulu. Saya membutuhkan jawaban ‘iya’ esok hari. Tapi kalau tidak, bersiaplah untuk sesuatu yang buruk.” Violet berdiri dari sofa yang diduduki untuk pergi dari ruangan keluarga. “Aku ke kamar dulu,” lanjutnya dengan suara yang sangat dingin dan tidak bersahabat. Meninggalkan orang-orang yang sedang kebingungan karena masalah yang timbul secara tiba-tiba dan memporak-porandakkan semuanya.

Kepergian Violet membuat Rizal memijat pelipisnya dengan pelan. Kepalanya tiba-tiba saja berdenyut sakit. Violet benar-benar tak bisa dilarang. Padahal, Rizal bahkan tidak masalah jika pernikahan putrinya batal. Orang di luar sana mungkin hanya akan menggunjingnya sebentar kemudian akan melupakannya setelahnya. Sayangnya, Violet memiliki pemikirannya sendiri. Dia tak ingin harga dirinya digores oleh sebuah kegagalan menyedihkan seperti itu. 

Selepas subuh, ketukan di kamar Violet terdengar. Saat pintu kamar itu dibuka, ayah dan ibunya muncul. Mengatakan kepada Violet jika Vier pada akhirnya akan membantunya. Kelegaan tak bisa dihindari. Ini adalah jawaban yang diinginkan. Lalu, saat dia sudah berada di kantor, pembicaraan dengan Vier dilakukan. 

“Terima kasih sebelumnya,” ucap Violet. “Abang sudah bersedia menikah dengan saya.” Vier tidak menjawab. Terlihat jelas di mata lelaki itu jika dia sangat keberatan dengan permintaan bosnya tersebut. Tapi apalah daya, Rizal Bimantara terus mendesaknya sampai akhir. 

“Saya berharap, saya tidak akan terlibat masalah dengan kekasih Ibu di masa mendatang. Saya kali ini benar-benar membantu dengan mengorbankan hati banyak orang.” Vier akhirnya bersuara. “Hubungan kita akan berakhir setelah enam bulan. Kita akan membuat perjanjian hitam di atas putih.” Seolah tidak ingin rugi dalam hal apa pun, Vier mengatakan itu dengan tegas. 

“Tentu saja. Masalah saya adalah masalah saya. Saya tidak akan melibatkan Abang dalam hal itu.”

“Tapi meskipun tidak secara langsung, masalah ini tetap akan menyeret saya,” peringat Vier.

“Saya yang akan melindungi Abang. Tak perlu khawatir tentang itu.” Violet tak kalah tegasnya. Memberikan keyakinan penuh kepada Vier jika dia hanya perlu menikahinya. Selebihnya, akan menjadi urusan Violet. Maka perjanjian hitam di atas putih disepakati dan Vier tidak bisa mundur lagi. 

Masalah pengganti calon suami telah selesai dan sekarang tinggal mengurus Evan dan keluarganya. 

Saat malam tiba, Violet dan kedua orang tuanya datang ke rumah keluarga Evan untuk membatalkan pernikahan. Setelah kejadian siang itu, Evan bahkan sama sekali tak memiliki itikad baik dengan datang menemui Violet untuk meminta maaf. Bagi Violet, itu lebih baik karena dia akan lebih mudah menyingkirkan Evan dari hidupnya. 

Ketika Violet bersama kedua orang tuanya datang ke rumah Evan, Evan terlihat sangat terkejut. Raut wajahnya sangat ketakutan meskipun berusaha disembunyikan. Senyum yang biasanya selalu Violet berikan kepada lelaki itu hilang entah ke mana. Perempuan itu seperti bongkahan es yang dingin dan tak tersentuh. 

“Kami datang ke rumah Bapak dan Ibu untuk membatalkan pernikahan anak-anak kita.” Rizal berucap langsung tanpa basa-basi. 

Raut terkejut muncul di wajah Evan dan kedua orang tuanya. “Pak Rizal, ada apa ini? kenapa tiba-tiba membatalkan pernikahan? Mereka akan menikah sebentar lagi.” Ayah Evan yang menanggapi lebih dulu. Tampak tak terima dengan keputusan sepihak yang dilakukan oleh besannya.

“Violet memergoki Evan bersama dengan seorang perempuan di kamar hotel.” Rizal dengan gamblang menjawab. “Saya rasa, itu adalah alasan yang cukup untuk membatalkan perrnikahan mereka.” 

Evan meneguk ludahnya dengan susah payah ketika Rizal sendiri yang mengungkap semuanya di depan orang tuanya. Violet sejak tadi belum berbicara sepatah kata pun. Gadis itu seolah menunggu di waktu yang pas untuk mengeluarkan ultimatumnya. Dan itu cukup membuat Evan pucat pasi tak karuan. 

***

Related chapters

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 4. Peringatan Kekasih Suami

    Violet tak pernah menyangka kalau pengkhianatan akan menimpa hidupnya. Anggapan tentang Evan yang setia selalu mengaung di dalam kepalanya. Kepercayaannya kepada lelaki itu begitu besar. Seandainya Violet tak melihatnya sendiri, maka dia mungkin tidak akan percaya jika kekasihnya berkencan dengan perempuan lain di belakangnya. Violet kini semakin terlihat tak tersentuh. Pengkhianatan itu seolah menutup hatinya sepenuhnya. Tapi tentu, pengkhianatan itu tak akan membuatnya memberikan penilaian buruk kepada semua lelaki. Dia tahu, masih ada lelaki baik di luar sana. “Besok, Hara ingin bertemu dengan Ibu.” Vier menyampaikan itu setelah acara pernikahan berakhir. Hara adalah kekasih Vier. Perempuan yang sudah rela ‘meminjamkan’ Vier untuk menikah dengan Violet. Violet tak tahu bagaimana Vier mengatasi amukan dari Hara saat meminta izin untuk menikahi dirinya. Tapi, dia beranggapan, Hara mungkin perempuan yang sangat baik sehingga membiarkan kekasihnya membantunya. Violet lantas menjaw

    Last Updated : 2022-10-21
  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 5. Melampaui Batas

    Setelah ucapan Violet tersebut terlontar, bukan hanya Hara yang terkejut, tapi Vier pun sama. Bagaimana bisa, perempuan yang sudah mengambil kekasih orang lain masih berbicara begitu sombong. Ya, karena dia adalah Violet. Perempuan yang tidak bersedia kalah dari siapa pun. “Saya bersedia datang menemui Anda adalah untuk mengatakan dua poin penting. Meminta maaf dan berterima kasih. Saya bukan orang tak tahu diri yang akan bertindak seenaknya ketika ada orang berbaik hati membantu saya. Tapi tampaknya saya harus menarik kembali niat saya untuk melakukannya. Bukan saya yang melewati batas tapi Anda yang sudah mengatakan sesuatu yang tidak saya sukai,” jawab Violet dengan nada santai. Vier paham betul jika Violet adalah perempuan yang tidak bisa disinggung dalam bentuk apa pun. Lelaki itu juga sudah mengatakan kepada kekasihnya bagaimana tabiat Violet agar Hara tidak mengatakan sesuatu yang bisa menyentil amarah Violet. Sayangnya, mungkin karena hati perempuan itu sedang tersakiti, mak

    Last Updated : 2022-10-21
  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 6. Hidup Berdua

    “Saya rasa, hubungan kami tidak akan sampai di tahap itu, Pak,” jawab Vier mendengar ucapan bosnya yang sekarang menyandang status sebagai ayah mertuanya. “Setelah kontrak kami selesai, maka kami akan tetap berpisah,” tegas Vier lagi. Seandainya dia masih single, mungkin saja dia bisa mempertimbangkan untuk tetap bersama dengan Violet. Namun sayang, dia harus mampu menjaga hati seseorang agar tidak tersakiti terlalu dalam. Rizal mengangguk menyadari sikap Vier. Lelaki itu memang sudah bersama dengan kekasihnya dalam waktu yang cukup lama. Rizal mungkin juga berpikir jika cinta Vier kepada kekasihnya cukup besar. Dan seharusnya dia memang tak mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal seperti itu. Tapi, berharap boleh, kan?“Saya minta maaf. Anggap saja saya tidak pernah mengatakan itu,” kata Rizal mengalah. Dia tak boleh terlihat berharap dengan asistennya itu. Vier pun hanya bisa mengangguk sebelum pergi meninggalkan ruangan bosnya untuk kembali ke meja kerjanya. Meskipun Vier sudah m

    Last Updated : 2022-10-25
  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 7. Pagi Dengan Kericuhan

    Pagi ini, Violet menyiapkan sarapan untuknya dan Vier. Untuk pertama kalinya setelah menikah, dia memasak untuk suaminya. Setelah ini, dia harus mencari asisten rumah tangga. Violet tak mungkin memiliki waktu sebanyak itu untuk melakukan pekerjaan rumah. “Violet masak?” tanya Vier dengan sedikit kekaguman. Vier sudah terlihat rapi dengan pakaian kantornya. Kemeja berwarna navy dengan celana bahan. Tidak ada dasi yang menggantung di kerahnya, atau jas yang memeluk tubuhnya. Ya, Vier hanya seorang asisten pribadi. Bukan bos. Terkadang Vier merasa kecil di depan Violet yang adalah seorang bos. Dia bahkan terkadang bingung bagaimana dia harus memperlakukan istri 6 bulannya tersebut. Sedangkan Violet seolah tak memiliki beban apa pun berhadapan dengannya. “Iya. Ayo, kita sarapan.” Violet meletakkan dua mangkuk bubur di atas meja makan sebelum ikut duduk di kursi makan. “Hanya ada sisa bahan makanan di dalam kulkas. Jadi hanya ada ini untuk sarapan.” Vier mengangguk. “Bukan masalah.” K

    Last Updated : 2022-10-26
  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 8. Pergulatan Batin Vier

    Semesta seolah sedang melempari Violet dengan masalah pagi ini. Baru juga dia berhadapan dengan Hara, sekarang si brengsek Evan justru datang ke kantornya entah sedang melakukan apa. Violet terdiam untuk beberapa saat tanpa menjawab ucapan Raya. Kepalanya tiba-tiba pusing.“Berapa meeting hari ini?” Alih-alih bertanya tentang kedatangan Evan, dia justru melemparkan pertanyaan lain.“Ada dua meeting, Bu. Kita akan bertemu dengan perwakilan JH Grup untuk membicarakan masalah pembangunan apartemen. Di jam 11.00 pagi. Lalu, dilanjutkan bertemu dengan perusahaan iklan ERO jam 13.00 siang.” Itu artinya, dia masih memiliki banyak waktu luang untuk menemui Evan. Menemui Evan? Hanya dalam bayangan saja. Violet tak akan pernah melakukannya. Perempuan itu bertanya pada dirinya sendiri, apa yang sebenarnya ingin dilakukan Evan di saat seperti ini?“Usir saja dia. Saya banyak pekerjaan.” Akhirnya penolakan itu dia gaungkan. Mengurusi Evan akan membuat harinya semakin suram. “Dan pastikan dia tak

    Last Updated : 2022-10-26
  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 9. Suami Membela Kekasihnya

    Vier baru saja akan pergi ke kamar ketika ketukan pintu rumahnya terdengar. Ada sedikit kernyitan di dahinya sebelum membuka pintu. Ini sudah malam dan dia tak biasa mendapatkan tamu saat larut seperti ini. “Hara?” Vier terkejut saat Haralah yang datang ke rumahnya. Perempuan itu tak seperti biasanya. Wajahnya memerah dan tatapannya tak fokus. “Vier.” Hara melemparkan tubuhnya ke pelukan suami Violet tersebut dan melingkarkan tangannya di punggung Vier dengan erat. Bau alkohol menyengat tanpa ampun memenuhi penciuman Vier setelahnya. “Apa yang kamu lakukan, Hara!”Dengan sedikit kasar, Vier menjauhkan Hara dari tubuhnya. Menatap perempuan itu dengan tajam dan kemarahan tercetak di matanya. Dia tak tahu sejak kapan Hara menjadi perempuan yang bisa mengkonsumsi alkohol. “Aku akan tidur di sini. Di mana istrimu? Aku akan menyingkirkannya!”Meskipun pikiran Hara sedang tidak waras, dia seolah masih menantang keberadaan Violet. Mendorong Vier agar terlepas dari lelaki itu, Hara masuk k

    Last Updated : 2022-10-27
  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 10. Terlalu Memanfaatkan Suasana

    Kini di ruangan meeting hanya tersisa empat orang. Violet dengan sekretarisnya, Rizal dengan Vier. Lalu Rizal meminta agar Raya pergi lebih dulu karena dia perlu berbicara dengan anak dan menantunya. “Violet, ini daerah yang lumayan jauh. Kita bisa meminta karyawan untuk pergi ke sana. Tidak harus kamu.” Rizal mencoba bernegosiasi. “Saya akan tetap berangkat, Pak. Saya akan mengajak Raya untuk perjalanan kali ini,” jawab Violet tak mau kalah. “Kalau memang kamu ngotot, maka biarkan Vier yang menemanimu.”“Tidak.” Secepat ayahnya memberikan usul, secepat itu pula dia menjawab. Vier bahkan terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Violet.Apa Violet sedang menghindarinya? Begitulah mungkin yang sedang dipikirkan oleh Vier saat ini. Tidak ada penjelasan lainnya selain kata ‘tidak’ yang diberikan. Violet berdiri dari duduknya. Pamit kepada ayahnya untuk kembali ke ruangannya tanpa melirik sedikitpun ke arah Vier. Rizal menangkap sesuatu yang aneh pada interaksi Violet dan Vier. Mesk

    Last Updated : 2022-10-27
  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 11. Manusia Tak Tahu Malu

    Hara tahu pesannya sudah dibaca oleh Violet saat centang dua berwarna biru muncul di halaman obrolan. Tidak sia-sia dia mencuri nomor Violet dari ponsel Vier. Kalau Violet berpikir dia akan diam saja, maka itu hanya kebodohan yang dipelihara oleh perempuan itu. Yang diinginkan oleh Hara adalah dia mendapatkan balasan dari Violet. Sayangnya, perempuan itu tidak menjawabnya sama sekali. Tidak masalah. Hara bahkan punya ribuan cara untuk mengusik ketenangan Violet. Satu tak berhasil, maka ada cara lainnya yang sudah dipikirkan olehnya. Senyum jahat tercetak di bibirnya. Kalau dia tak bisa mengganggu Violet, maka itu bukan Hara. “Sudah malam, Hara. Pulanglah.” Senyum yang tadinya merekah itu kini tertutup mendengar suara Vier. Hara jelas tak suka dengan ‘ide’ Vier yang mengusirnya dari rumahnya. Ini masih sangat sore baginya. Baru pukul 07.00 malam. Dan lagi, biasanya Vier yang akan mengantarnya. Sekarang lelaki itu justru mengusirnya tanpa perasaan. Apa-apaan ini. Hara tak terima. “

    Last Updated : 2022-10-28

Latest chapter

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 45. Happy Ending (End)

    “Eve … Everest, lihat Bunda, Nak. Ya betul.” Melody terkadang bertepuk tangan untuk menarik perhatian Eve, bocah itu tertawa, lalu seorang fotografer melakukan tugasnya. Mengambil gambar dengan berkali-kali jepretan dan sesekali berpindah tempat untuk mengambil angle yang pas. Ini bukan pertama kalinya Eve melakukan pemotretan. Saat dia masih berusia satu bulan, Sagara sendiri yang menjadi fotografernya. Karena hari ini Sagara sibuk, jadi dia tak bisa lagi menjadi fotografer dadakan untuk si kecil Eve. Samudra yang melihat gambar dari laptop yang sudah terhubung dengan kamera, tersenyum gemas. “Assalamu alaikum.” Semesta masuk dengan membawa banyak makanan. “Ih, lucunya,” ucapnya saat menatap bocah kecil yang berada di atas sofa dengan gaun princess. Di kepalanya dipakaikan mahkota yang terbuat dari ranting pohon beserta bunga dan daunnya. “Udah dapat berapa gaun, Kak?” tanyanya pada Melody. “Ini yang terakhir. Setelah kami bertiga berfoto, lalu kita sekeluarga. Sagara ke man

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 44. Kebahagiaan

    Melody keluar dari mobil dengan pelan kemudian berjalan dengan pelan menuju rumah barunya. Dia tentu sudah tahu rumah besar itu saat masih ada beberapa tempat yang perlu diperbaiki. Saat masuk ke dalam lewat pintu samping, dia segera disuguhkan ruang keluarga yang luas dengan sofa besar hijau matcha berada di tengah ruangan. Samudra tak main-main saat membeli rumah untuk istri dan anaknya. Kedua saudara Samudra bahkan tidak ada yang bekerja karena Eve hari ini pulang ke rumah. Bayi yang ditunggu-tunggu kedatangannya. “Abang tahu nggak kalau kami semua akan menginap di sini malam ini?” Semesta bertanya kepada Samudra saat semua orang sudah duduk di sofa ruang keluarga. “Tahu. Bunda sudah bilang.” Ini adalah bentuk support system yang diberikan oleh keluarga Samudra kepada Melody. Bagaimanapun, Melody adalah ibu baru dan dia membutuhkan banyak dukungan dari keluarga serta sang suami. Violet sudah memberikan banyak wejangan kepada putranya itu agar menjadi lelaki yang bertanggung jaw

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 43. Bayi Mungil

    Hari-hari itu akhirnya berlalu. Tidak doyan makan, mengidam, bahkan morning sickness yang tadinya tidak ada jadi ada, semua telah usai. Rasa kekhawatiran yang dirasakan oleh Samudra atas kehamilan istrinya benar-benar telah berakhir. Saat itu, dia bahkan meminta tolong agar mertuanya datang untuk menemani Melody. Barangkali ibunya ada di sana membuat Melody bersedia untuk makan makanan yang dimasakkan oleh sang bunda. Sayangnya, aksi malas makannya itu tidak berubah dan bertahan sampai tiga bulan. Kini seorang bayi perempuan mungil telah lahir di dunia dengan berat 2,4kg. Masih sangat merah dan tampak lemah. Untuk sekarang, percampuran wajah kedua orang tuanya sangat kental di wajah bayi itu. Kata orang tua dulu, wajah seseorang itu akan berubah sebanyak tujuh kali sejak dia lahir sampai dewasa, dan Samudra tidak sabar untuk melihatnya. “Selamat datang ke dunia yang keras ini, Eve.” Semesta yang tadi sedang meeting bersama stafnya itu mempercepat meeting-nya setelah Samudra mengirim

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 42. Peran Suami

    Samudra mengangkat Melody ke dalam kamar setelah perempuan itu sudah tidur dengan lelap. Mengelus perut sang istri dengan lembut sebelum dia menyusul tidur di samping perempuan itu. Terkadang di dalam keheningan seperti ini, Samudra bertanya-tanya. Bagaimana kalau dia dan Melody tidak terjebak pada masalah yang mengharuskannya menikahi asisten pribadinya itu? Apakah mereka juga akan bersatu seperti ini, atau bahkan sebaliknya. Tapi jika dipikirkan lagi, memang inilah takdir yang memang harus dia jalani. Begitulah cara takdir mempersatukan mereka. “Mas, kita udah ada di kasur ya?” gumaman itu menyadarkan Samudra dari lamunannya. Menepuk punggung Melody dengan lembut. “Iya, kita udah di kamar. Kamu butuh sesuatu?” “Nggak ada, tapi kenapa dingin sekali?” Samudra melihat pendingin ruangan dan memastikan suhunya tidak terlalu rendah. Tapi memang masih wajar. “Mau aku matiin saja?” tanya Samudra. Dan Melody menganggukkan kepalanya setuju. Samudra melakukan yang diinginkan oleh M

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 41. Kebiasan Baru Calon Ibu

    Kalau Melody bukan istrinya, Samudra pasti sudah membentaknya. Sayangnya dia tak bisa melakukannya. Bagaimana mungkin dia menyakiti perempuan yang sudah dijaga seperti anaknya sendiri. Astaga, mulai lagi kan melanturnya si calon bapak muda ini. Ya lagi pula, istrinya bikin darah tinggi. Minta berhentikan mobil sudah seperti jalanan ini punya nenek moyangnya. “Nanti lagi, kalau kamu mau apa-apa, bilang dulu ya, Sayang. Seenggaknya jangan tiba-tiba begini. Bahaya.” Samudra sebisa mungkin menekan perasaan kesalnya supaya tidak keluar. “Iya, maaf,” katanya. “Di sana itu ada jajanan, aku pengen beli.” Tatapannya penuh harap dan itu membuat Samudra lemah. Mereka keluar dari mobil dan segera mendekati jajanan di pinggir jalan tersebut. Melody tampak antusias. Makanan itu benar-benar sangat menggoda dirinya. Samudra yang berada di belakang istrinya itu hanya mengikuti saja tanpa berkomentar. “Mas mau yang mana?” tanya Melody. Jajanan itu seperti jajanan Ramadhan. “Aku ingat pas puasa ka

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 40. Kabar Baik

    Kabar yang dibawa oleh Samudra dan Melody adalah kabar yang membahagiakan. Semua keluarga Samudra bahagia luar biasa. Violet dan Vier yang sebentar lagi menjadi nenek kakek tampak terharu. Kehidupan baik selalu menyertai mereka. Kebetulan Sagara dan Semesta pulang berbarengan. Dan mereka juga sangat bahagia. Akhirnya, mereka akan memiliki keponakan. “Apa kira-kira mereka juga kembar?” tanya Sagara tampak antusias. “Kalau iya, gen bapaknya benar-benar kuat.” “Belum bisa dilihat dong. Kalaupun iya, itu bagus. Apalagi kalau langsung cewek cowok seperti kita, itu dinamakan apa, Bang?” Semesta menunjuk Sagara. “Sekali jadi.” Sagara dan Semesta bersuara berbarengan. “Wah, kalau kita bertiga punya anak kembar, bukannya Bunda dan Ayah akan punya banyak cucu?” “Bunda nggak punya saudara. Ayah punya saudara cuma satu. Jadi kalau banyak cucu, itu akan lebih baik. Kalian kalau tua juga nggak kesepian kalau punya anak banyak.” Samudra hanya mendengarkan saja dua saudaranya berbicara tanpa

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 39. Tiga Bulan Kemudian

    Menuruti keinginan sang istri, mereka akhirnya berada di sebuah kedai bakso kobar yang tak jauh dari hotel. Melody makan bakso berisi cabe itu dengan lahap membuat Samudra menatapnya melongo. Padahal tadi dia sudah memasukkan dua potong steak, lalu jus juga, tapi sekarang dia berlaku seperti tak pernah makan selama berhari-hari. “Kamu beneran lapar?” tanya Samudra. “Mas tahu nggak kalau steak itu tadi hanya nyempil aja. Nggak tahu kenapa perutku tiba-tiba menjadi seperti karet.” Melody menyeruput kuah bakso yang berwarna merah kehitaman itu karena campuran sambal dan kecap. Matanya tertutup kemudian terbuka kembali. Kata ‘ah’ keluar karena rasa pedas meluncur dari dalam mulutnya. Sungguh, itu benar-benar enak menurut Melody. Samudra hanya menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah sang istri. Dia menyuapkan bakso ke dalam mulutnya kemudian mengunyah dengan santai sambil memperhatikan Melody yang keenakan karena bakso tersebut.“Memang udah berapa lama sih nggak makan bakso?” tany

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 38. Pesta Pernikahan

    “Kafe kecil nggak akan buat kamu kelelahan.” Lanjut Samudra setelah itu. Vier juga memiliki bisnis restoran yang masih diurus oleh Via. Jadi lebih baik berinovasi yang lain. Begitulah inti dari pembicaraan itu. Melody tampak berpikir dan masih membutuhkan waktu untuk memutuskan. “Kalau begitu, aku akan memikirkan lagi nanti.” “Bunda dulu setelah menikah juga nggak langsung libur kerja, kok. Tapi sedikit demi sedikit mengurangi pekerjaannya dan Ayah yang menggantikannya. Jadi kamu bisa mengambil waktu sebanyak yang kamu mau untuk mengambil keputusan.” Melody mengangguk setuju. Sebuah keputusan baik tidak dilakukan secara terburu-buru dan harus dengan pemikiran matang. Hari-hari berlalu dan pada akhirnya pesta itu tiba. Melody melihat dekorasinya benar-benar sangat mewah. Violet dan Semesta yang mengurusnya dengan menanyakan keinginannya. Dia memilih dekorasi berwarna hijau matcha seperti yang disukai selama ini. Sejak kecil selalu berkawan dengan daun-daun teh membuatnya menyukai

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 37. Rencana Pasca Menikah

    "Ini baju design terbaru dari butik ini, Bang. Jadi, aku merekomendasikan kepada Kakak Ipar.” Semesta yang menjawab karena dia tahu kalau Melody sudah dihinggapi rasa ketakutan yang luar biasa. Terlihat, perempuan itu menunduk tanpa berani menatap Samudra sedikitpun. Melody pasti sudah mengerti betapa tatapan lelaki itu akan setajam apa. Jadi, lebih baik dia menghindar. “Waw, Kakak Ipar.” Belum lagi Samudra menjawab ucapan kembarannya yang satu, muncul lagi kembarannya yang lain. Sagara bersiul menggoda dan tampak puas dengan penampilan si kakak ipar. “Itu gaun yang cantik. Bukan itu juga, yang pakai juga cantik banget. Aku sih, ya.” Samudra tak bisa menahan panas yang menjalar dari dalam hatinya. Lelaki itu menatap Sagara dengan tajam. “Jangan menatapnya!” Samudra meraup wajah Sagara dan segera menarik tangan kembarannya itu sampai Sagara berbalik. “Tutup mata kamu. Itu kakak iparmu,” imbuh Samudra memeringatkan.“Aku tahu kalau dia kakak iparku. Tapi aku kan cuma memujinya. Buka

DMCA.com Protection Status