Beranda / Rumah Tangga / Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir / Part 9. Suami Membela Kekasihnya

Share

Part 9. Suami Membela Kekasihnya

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-27 10:27:53

Vier baru saja akan pergi ke kamar ketika ketukan pintu rumahnya terdengar. Ada sedikit kernyitan di dahinya sebelum membuka pintu. Ini sudah malam dan dia tak biasa mendapatkan tamu saat larut seperti ini. 

“Hara?” Vier terkejut saat Haralah yang datang ke rumahnya. Perempuan itu tak seperti biasanya. Wajahnya memerah dan tatapannya tak fokus. 

“Vier.” Hara melemparkan tubuhnya ke pelukan suami Violet tersebut dan melingkarkan tangannya di punggung Vier dengan erat. Bau alkohol menyengat tanpa ampun memenuhi penciuman Vier setelahnya. 

“Apa yang kamu lakukan, Hara!”

Dengan sedikit kasar, Vier menjauhkan Hara dari tubuhnya. Menatap perempuan itu dengan tajam dan kemarahan tercetak di matanya. Dia tak tahu sejak kapan Hara menjadi perempuan yang bisa mengkonsumsi alkohol. 

“Aku akan tidur di sini. Di mana istrimu? Aku akan menyingkirkannya!”

Meskipun pikiran Hara sedang tidak waras, dia seolah masih menantang keberadaan Violet. Mendorong Vier agar terlepas dari lelaki itu, Hara masuk ke dalam rumah dan berteriak mencari Violet.

“Hei, Violet. Kamu di dalam. Keluarlah dan hadapi aku. Aku tidak sudi kekasihku dimiliki olehmu!” 

“Hara. Ayo, aku akan mengantarkan kamu pulang!” Vier kembali menarik Hara dan menuntunnya untuk pergi.

Hara memberontak. Meskipun kakinya sedikit sempoyongan, tapi dia masih sanggup berdiri dengan tegak. “Vier, panggilkan istrimu ke sini. Aku ingin memberi peringatan kepadanya.” 

Karena Hara berteriak seperti orang gila, maka sudah pasti Violet mendengarnya. Perempuan itu tanpa basa-basi keluarga dari kamarnya. Berjalan mendekati Hara. Raut wajahnya seperti bongkahan es. Dingin dan beku. Awalnya dia tidak bisa mengatakan apa pun, tapi Hara tak bisa menahan dirinya untuk menyerang Violet. 

“Hei, kamu perebut kekasih orang!” teriak Hara, “aku tidak akan membiarkan hidupmu tenang sudah merebut Vier dari sisiku. Aku akan terus mengusikmu sampai kamu tidak tahan untuk segera menyelesaikan 6 bulan ini.” Tantangan itu dilontarkan oleh Hara tanpa sedikitpun rasa takut. 

“Violet, Hara sedang mabuk. Aku akan mengantarkannya ke rumahnya.” Vier tak ingin keributan ini mengganggu ketenangan Violet. 

“Tidak. Aku sudah bilang sama kamu kalau aku akan menginap di sini. Kamu tidak mendengarku?” Hara melotot pada Vier. Merasa tak suka dengan Vier yang akan menyingkirkan dari rumah lelaki itu. 

“Urus dia dengan benar, Bang. Aku tidak ingin perempuan ini mengganggu istirahatku.” Violet berbalik setelah memberikan peringatan itu. 

Hanya saja, Hara tak terima. Baru saja Violet melangkah, perempuan itu mendapat serangan dari Hara. Hara menjambak rambut Violet dari belakang sampai kepala Violet mendongak kasar. Rasa sakit menguasai kepala Violet. Vier segera mendekat pada dua perempuan itu untuk melepaskan tangan Hara di rambut Violet.

“Hara, lepaskan!” Vier mencoba memisahkan tapi Hara tak bergeming dan semakin meremas rambut Violet. 

“Aku akan mencabut rambut perempuan ini dari batok kepalanya. Aku akan membuatnya terlihat buruk sampai tidak ada orang yang menyukainya.” 

Sumpah serapah bahkan tak hentinya keluar dari mulut Hara. Violet yang terlihat mendesis kesakitan itu menginjak kaki Hara dengan keras. Tangan Hara yang masih terus memegangi rambutnya dihantam dengan kepalan tangannya. Hara menjerit kesakitan. Tak ada satu kata pun yang keluar dari bibir Violet. Tapi dia bertindak dengan caranya. 

Setelah lepas, dia hampir melayangkan tangannya untuk menampar pipi Hara. Tapi Vier melindungi kekasihnya dengan pelukan. Tamparan itu mendarat tepat di kepala Vier. Seperti gerakan slow motion, keadaan tiba-tiba saja hening. Violet terkejut dengan tindakan tiba-tiba Vier. 

Untuk beberapa saat, mereka hanya saling diam. Tapi setelah keterkejutan itu menghilang, Vier menatap Violet dengan dingin.

“Kamu yang waras di sini, Violet. Tidak seharusnya kamu memberikan perlawanan ini kepadanya.” 

Untuk pertama kalinya Vier berbicara dengan cara dingin seperti itu. Hara yang mendapatkan pembelaan dari Vier itu menyeringai puas. Violet melihat itu dengan jelas di matanya. 

“Uruslah kekasihmu ini dengan benar. Dia sudah keterlaluan.” Violet tak mau kalah. 

“Dia sedang kehilangan akal sehatnya. Tidak seharusnya kamu meladeninya.”

“Jadi aku harus diam saja saat aku mendapatkan perlakukan buruk seperti ini?”

“Dia hanya mengekspresikan rasa sakitnya. Kamu tidak pernah merasakan bagaimana kekasihmu dimiliki oleh orang lain, karena itulah kamu bersikap seperti ini.” Vier memang tidak mengatakan itu dengan nada tinggi. 

Tapi itu sudah mampu membuat Violet merasa sakit hati tak berkesudahan. Vier tidak tahu apa pun tentang dirinya. Kekasihnya bahkan diambil oleh perempuan lain di depan matanya. Dia berusaha menyembuhkan lukanya seorang diri agar tidak ada satu orang pun melihat kelemahannya. Menangisi laki-laki yang tidak setia kepadanya hanya akan menurunkan harta dirinya. 

“Aku akan mengantarkan Hara ke rumahnya. Kalau aku tidak pulang, maka kamu tidak perlu mencariku.” 

Ucapan Vier lagi-lagi melukai Violet. Lelaki itu dengan mesra memeluk Hara keluar dari rumah. Meninggalkan luka mendalam di hati Violet. Dia menyangka, Vier adalah lelaki yang berbeda. Ayahnya bahkan sudah mempercayai Vier begitu besar. Tapi ternyata dia sama saja. Violet menertawakan dirinya sendiri dalam keheningan. Mungkin, dia memang tidak pantas untuk dicintai. 

Violet membalikkan badannya kemudian berlalu dari ruangan tersebut. Masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu kamarnya. Kakinya tak bisa berhenti mondar-mandir. Ketenangannya terusik. Dalam situasi seperti ini, perempuan lain pasti akan menangis. Tapi Violet berbeda. Dia perempuan tangguh. 

Keesokan harinya saat dia akan berangkat ke kantor, Vier mencegahnya. “Kita berangkat bersama?” Tampaknya Vier menyesali apa yang dikatakan semalam.

Violet juga tidak tahu kapan lelaki itu kembali ke rumah. Namun perasaan Violet sedang tidak baik-baik saja sekarang. Maka dia menolak.

“Aku masih mampu menyetir. Terima kasih tawarannya.” Violet melangkah untuk pergi. 

Lagi-lagi Vier menghalanginya. “Maaf, Violet. Aku sudah keterlaluan semalam.” 

“Apa yang kamu bilang memang benar. Tidak perlu meminta maaf. Mulai sekarang, luangkan waktumu untuk kekasihmu. Aku tidak akan pernah melarang. Aku pergi dulu.” 

Violet tak lagi peduli semua ucapan Vier kepadanya. Bukankah semua lelaki sama saja? Dia akan mengeluarkan kata-kata yang melukai, tapi pada akhirnya memohon maaf. Itu terdengar menyebalkan. 

Vier menatap mobil Violet keluar dari halaman rumahnya sebelum menghilang dari pandangannya. Lelaki itu terlihat tidak nyaman dengan hubungan buruk yang akhirnya membelit dirinya dan Violet. 

Mereka bertemu kembali di dalam ruangan meeting. Violet terlihat menampakkan raut wajah yang dingin. Vier yang berada di belakang ayah Violet hanya bisa menatap diam-diam istrinya. 

“Biarkan saya yang meninjau lokasinya.” Suara Violet terdengar mengalun saat ayahnya meminta perwakilan dari karyawan untuk melihat lahan di suatu daerah. 

“Kenapa harus kamu, Violet?” tanya ayahnya.

“Kenapa tidak? Anda meragukan kemampuan saya?” Rizal Bimantara terkejut dengan nada ketus putrinya. 

Tentu saja yang dimaksud ayahnya bukan seperti itu. Tapi terlihat, Violet sama sekali tak peduli dengan tatapan yang penuh tanya dari ayahnya. 

“Saya yang akan pergi ke sana. Saya harus memastikan bagaimana lokasinya, bagaimana akses jalannya, dan hal-hal lainnya.” Dan itu adalah keputusan mutlak yang tidak akan ada yang bisa menghalanginya.

***

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Tiurlan Maria
Bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Asia N
jln cerita sangat bangus
goodnovel comment avatar
Elin Marlina
harusnya kan g ada yg berubah dgn hub vier dan hara stelah vier dan violet mnikah, mreka hnya mnikah di atas kertas lalu knpa seolah2 vier selingkuh atau dia salah kl bela kekasihnya, awas jgn baper y violet
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 10. Terlalu Memanfaatkan Suasana

    Kini di ruangan meeting hanya tersisa empat orang. Violet dengan sekretarisnya, Rizal dengan Vier. Lalu Rizal meminta agar Raya pergi lebih dulu karena dia perlu berbicara dengan anak dan menantunya. “Violet, ini daerah yang lumayan jauh. Kita bisa meminta karyawan untuk pergi ke sana. Tidak harus kamu.” Rizal mencoba bernegosiasi. “Saya akan tetap berangkat, Pak. Saya akan mengajak Raya untuk perjalanan kali ini,” jawab Violet tak mau kalah. “Kalau memang kamu ngotot, maka biarkan Vier yang menemanimu.”“Tidak.” Secepat ayahnya memberikan usul, secepat itu pula dia menjawab. Vier bahkan terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Violet.Apa Violet sedang menghindarinya? Begitulah mungkin yang sedang dipikirkan oleh Vier saat ini. Tidak ada penjelasan lainnya selain kata ‘tidak’ yang diberikan. Violet berdiri dari duduknya. Pamit kepada ayahnya untuk kembali ke ruangannya tanpa melirik sedikitpun ke arah Vier. Rizal menangkap sesuatu yang aneh pada interaksi Violet dan Vier. Mesk

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-27
  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 11. Manusia Tak Tahu Malu

    Hara tahu pesannya sudah dibaca oleh Violet saat centang dua berwarna biru muncul di halaman obrolan. Tidak sia-sia dia mencuri nomor Violet dari ponsel Vier. Kalau Violet berpikir dia akan diam saja, maka itu hanya kebodohan yang dipelihara oleh perempuan itu. Yang diinginkan oleh Hara adalah dia mendapatkan balasan dari Violet. Sayangnya, perempuan itu tidak menjawabnya sama sekali. Tidak masalah. Hara bahkan punya ribuan cara untuk mengusik ketenangan Violet. Satu tak berhasil, maka ada cara lainnya yang sudah dipikirkan olehnya. Senyum jahat tercetak di bibirnya. Kalau dia tak bisa mengganggu Violet, maka itu bukan Hara. “Sudah malam, Hara. Pulanglah.” Senyum yang tadinya merekah itu kini tertutup mendengar suara Vier. Hara jelas tak suka dengan ‘ide’ Vier yang mengusirnya dari rumahnya. Ini masih sangat sore baginya. Baru pukul 07.00 malam. Dan lagi, biasanya Vier yang akan mengantarnya. Sekarang lelaki itu justru mengusirnya tanpa perasaan. Apa-apaan ini. Hara tak terima. “

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 12. Suami Yang Disinggung

    Violet menoleh saat suara pintu terkunci. Vier berdiri di depan pintu kamarnya sambil menatap ke arahnya. Violet tak tahu apa yang ingin dilakukan oleh suaminya di dalam kamarnya, tapi dia tahu jika lelaki itu tak bermaksud jahat.“Ada apa?” tanyanya kepada Vier setelah dia selesai memasukkan barang-barangnya yang dimasukkan ke dalam tas kerjanya. Tangannya bersedekap di depan dada, matanya balas menatap Vier. Mengikuti langkah Vier yang mendekat kepadanya. “Kita bicarakan masalah rumah,” jawab Vier tanpa basa-basi. Violet memberi kode kepada lelaki itu untuk duduk di sofa kamarnya. Dia juga mengikuti suaminya dengan keheningan yang tercipta. “Kita sudah berada di rumah yang sama. Bagaimanapun, kamu adalah istriku.” Vier menarik kartu dari saku kemejanya lalu meletakkan di atas meja. “Gunakan kartu ini untuk kebutuhan rumah.” Violet melihat kartu debit itu dengan tatapan santai. Tidak menyentuh apalagi mengambilnya. Tatapannya berpindah pada sang suami kemudian menjawab, “Aku tid

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 13. Ancaman Si Pecundang

    Vier menggunakan waktunya untuk melamun di sela-sela bekerja. Pikiran tentang mencari tahu masalah Violet dan Evan tidak mau hilang dari kepalanya. Rasa penasaran tiba-tiba saja mengoyak ketenangannya. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa Violet dan Evan harus berakhir dengan perpisahan padahal mereka selalu terlihat bak Romeo dan Juliet. Tapi sisi lain hatinya menolak untuk tidak melakukan sesuatu yang bukan urusannya. Tidak ada untungnya bagi dirinya. Evan masih mengejar Violet dan sebagai suaminya kamu seharusnya menghalangi tingkah lelaki itu. Batinnya lagi, memberontak pada pikirannya. Vier mengacak rambutnya ketika dia diserang dengan pikiran-pikiran yang menginginkan ikut campur dalam masalah yang tidak seharusnya. Sejak kapan dia tertarik dengan urusan orang lain? Memangnya Violet orang lain? Dia istrimu, kan?Ah, sial. Kenapa hati dan pikirannya saling bertolak belakang? Menjengkelkan. “Vier!” Panggilan itu membuat Vier sedikit linglung. “Ada apa denganmu? Saya sudah mem

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-29
  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 14. Aku Datang Jika Tak Ada Dia

    Vier seperti sedang berselingkuh ketika bertemu dengan Raya secara diam-diam. Di samping gedung kantornya ada sebuah kafe dan pertemuan itu dilakukan di sana. Setelah tidak mendapatkan informasi apa pun dari Evan siang tadi, maka terpaksa dia melanjutkan rencananya untuk bertanya pada Raya. “Sebenarnya apa yang ingin Bapak tanyakan kepada saya?” Raya terlihat tak tenang. Matanya tidak fokus pada Vier. Terus saja berputar menatap di sekitar mereka. Mungkin saja gadis itu takut akan ada isu-isu buruk saat ada orang yang memergokinya bersama dengan suami bosnya. “Katakan, sebenarnya apa yang terjadi pada Violet dan Evan.” Pertanyaan Vier membuat Raya terkejut. Gadis itu tersenyum garing. “Bapak ini bicara apa? Maksud saya, kenapa Bapak bertanya itu kepada saya? Harusnya Bapak tanyakan sendiri kepada Ibu.” “Karena saya tahu, kamu mengetahui sesuatu tentang mereka.” Vier mendesak. “Kamu tidak lupa saat itu saya mendengar kamu mengatakan kepada Violet kalau kamu dihubungi Evan, kan? It

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-29
  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 15. Antara Mantan Calon Suami dan Suami

    Vier tidak berniat menerima kartu tersebut meskipun Violet menyerahkannya kembali kepadanya. Belum juga Vier mengatakan sesuatu, deringan ponselnya terdengar. Nama Hara tampak di sana. Violet bisa melihat sekelebatan nama perempuan itu di ponsel Vier. Tak ada reaksi apa pun yang diperlihatkan oleh Violet. Vier pun tidak mencoba menyembunyikannya. “Hallo!” Bahkan lelaki itu menerima panggilan tersebut tepat di depan Violet. “Bisa kita berbicara besok saja, Hara? Ini sudah malam.” Vier menarik nafas panjang sebelum menyetujui ajakan perempuan itu. Setelah panggilan itu berakhir, Vier menatap Violet kemudian dia bilang, “Aku akan bertemu dengan Hara. Dia mengancam akan datang ke sini kalau aku tidak menemuinya.” Setelah mengatakan itu, Vier berlalu dari hadapan Violet. Bahkan tanpa mengganti bajunya, lelaki itu melesat pergi tanpa berpikir lagi. Violet meremas kartu yang digenggamnya itu dengan kuat. Satu ide masuk ke dalam kepalanya. Dia berbalik kemudian masuk ke dalam kamar Vier. I

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-30
  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 16. Penjelasan Yang Tidak Perlu

    Mata Evan terlihat seperti bara api yang ingin membumi hanguskan Violet. Ekspresinya kaku luar biasa. Amarah memenuhi hatinya. Kepalan tangannya bahkan membulat sampai kukunya memutih. “Kamu seharusnya memilih orang yang lebih dariku, Violet.” Evan bersuara. “Dia bukan siapa-siapa dibandingkan denganku.”“Jadi kamu merasa lebih tinggi dibandingkan dengan Vier? Kamu marah karena itu?” Suara tawa Violet menguar sampai telinga Evan dan Vier. Sepersekian detik, tawa itu musnah begitu saja digantikan dengan ekspresi dingin yang membekukan. “Kalau kamu tidak bisa memberi nilai pada dirimu sendiri, maka mati sajalah.” Violet semakin menempelkan tubuhnya pada tubuh Vier. “Biar aku kasih tahu. Kamu adalah laki-laki yang bahkan tidak akan aku pilih seandainya dunia ini hanya menyisakan dirimu seorang diri. Aku bahkan mual berhadapan denganmu.” Cemoohan itu menyakitkan telinga sampai ke hati. Evan pasti merasa terbakar oleh amarahnya sendiri. “Jadi kamu berpikir jika Vier adalah laki-laki y

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-30
  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 17. Perempuan Tak Tahu Berterima Kasih

    Hari itu hari minggu. Pagi-pagi sekali, Violet sudah berdiri di depan rumah dengan kepala menengadah ke arah langit. Udara pagi menyejukkan paru-parunya. Embun pagi yang lembut terasa memberikan ketenangan. Tampaknya, Violet harus lebih menikmati waktunya dengan bersenang-senang. Senyumnya terbit ketika dia mengingat percakapan yang terjadi dua hari yang lalu. Seorang teman baik yang sudah lama tidak terlihat mengirimkan dia pesan agar tetap sehat sampai dia pulang ke Indonesia. Karena orang itu perlu bertanya banyak hal tentang pernikahan Violet yang batal dengan Evan dan digantikan oleh lelaki lain. “Mau olahraga?” Suara Vier terdengar di telinganya. Violet menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Vier sudah siap untuk olahraga. Kapan terakhir kali Violet menggerakkan tubuhnya untuk olahraga? Dia rasa sudah sangat lama sekali. “Violet!” Vier menyadarkan Violet dari lamunannya. “Mau olahraga?” tanyanya lagi. Violet berpikir sejenak sebelum mengangguk. Dia masuk sebentar ke dal

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-31

Bab terbaru

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 45. Happy Ending (End)

    “Eve … Everest, lihat Bunda, Nak. Ya betul.” Melody terkadang bertepuk tangan untuk menarik perhatian Eve, bocah itu tertawa, lalu seorang fotografer melakukan tugasnya. Mengambil gambar dengan berkali-kali jepretan dan sesekali berpindah tempat untuk mengambil angle yang pas. Ini bukan pertama kalinya Eve melakukan pemotretan. Saat dia masih berusia satu bulan, Sagara sendiri yang menjadi fotografernya. Karena hari ini Sagara sibuk, jadi dia tak bisa lagi menjadi fotografer dadakan untuk si kecil Eve. Samudra yang melihat gambar dari laptop yang sudah terhubung dengan kamera, tersenyum gemas. “Assalamu alaikum.” Semesta masuk dengan membawa banyak makanan. “Ih, lucunya,” ucapnya saat menatap bocah kecil yang berada di atas sofa dengan gaun princess. Di kepalanya dipakaikan mahkota yang terbuat dari ranting pohon beserta bunga dan daunnya. “Udah dapat berapa gaun, Kak?” tanyanya pada Melody. “Ini yang terakhir. Setelah kami bertiga berfoto, lalu kita sekeluarga. Sagara ke man

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 44. Kebahagiaan

    Melody keluar dari mobil dengan pelan kemudian berjalan dengan pelan menuju rumah barunya. Dia tentu sudah tahu rumah besar itu saat masih ada beberapa tempat yang perlu diperbaiki. Saat masuk ke dalam lewat pintu samping, dia segera disuguhkan ruang keluarga yang luas dengan sofa besar hijau matcha berada di tengah ruangan. Samudra tak main-main saat membeli rumah untuk istri dan anaknya. Kedua saudara Samudra bahkan tidak ada yang bekerja karena Eve hari ini pulang ke rumah. Bayi yang ditunggu-tunggu kedatangannya. “Abang tahu nggak kalau kami semua akan menginap di sini malam ini?” Semesta bertanya kepada Samudra saat semua orang sudah duduk di sofa ruang keluarga. “Tahu. Bunda sudah bilang.” Ini adalah bentuk support system yang diberikan oleh keluarga Samudra kepada Melody. Bagaimanapun, Melody adalah ibu baru dan dia membutuhkan banyak dukungan dari keluarga serta sang suami. Violet sudah memberikan banyak wejangan kepada putranya itu agar menjadi lelaki yang bertanggung jaw

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 43. Bayi Mungil

    Hari-hari itu akhirnya berlalu. Tidak doyan makan, mengidam, bahkan morning sickness yang tadinya tidak ada jadi ada, semua telah usai. Rasa kekhawatiran yang dirasakan oleh Samudra atas kehamilan istrinya benar-benar telah berakhir. Saat itu, dia bahkan meminta tolong agar mertuanya datang untuk menemani Melody. Barangkali ibunya ada di sana membuat Melody bersedia untuk makan makanan yang dimasakkan oleh sang bunda. Sayangnya, aksi malas makannya itu tidak berubah dan bertahan sampai tiga bulan. Kini seorang bayi perempuan mungil telah lahir di dunia dengan berat 2,4kg. Masih sangat merah dan tampak lemah. Untuk sekarang, percampuran wajah kedua orang tuanya sangat kental di wajah bayi itu. Kata orang tua dulu, wajah seseorang itu akan berubah sebanyak tujuh kali sejak dia lahir sampai dewasa, dan Samudra tidak sabar untuk melihatnya. “Selamat datang ke dunia yang keras ini, Eve.” Semesta yang tadi sedang meeting bersama stafnya itu mempercepat meeting-nya setelah Samudra mengirim

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 42. Peran Suami

    Samudra mengangkat Melody ke dalam kamar setelah perempuan itu sudah tidur dengan lelap. Mengelus perut sang istri dengan lembut sebelum dia menyusul tidur di samping perempuan itu. Terkadang di dalam keheningan seperti ini, Samudra bertanya-tanya. Bagaimana kalau dia dan Melody tidak terjebak pada masalah yang mengharuskannya menikahi asisten pribadinya itu? Apakah mereka juga akan bersatu seperti ini, atau bahkan sebaliknya. Tapi jika dipikirkan lagi, memang inilah takdir yang memang harus dia jalani. Begitulah cara takdir mempersatukan mereka. “Mas, kita udah ada di kasur ya?” gumaman itu menyadarkan Samudra dari lamunannya. Menepuk punggung Melody dengan lembut. “Iya, kita udah di kamar. Kamu butuh sesuatu?” “Nggak ada, tapi kenapa dingin sekali?” Samudra melihat pendingin ruangan dan memastikan suhunya tidak terlalu rendah. Tapi memang masih wajar. “Mau aku matiin saja?” tanya Samudra. Dan Melody menganggukkan kepalanya setuju. Samudra melakukan yang diinginkan oleh M

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 41. Kebiasan Baru Calon Ibu

    Kalau Melody bukan istrinya, Samudra pasti sudah membentaknya. Sayangnya dia tak bisa melakukannya. Bagaimana mungkin dia menyakiti perempuan yang sudah dijaga seperti anaknya sendiri. Astaga, mulai lagi kan melanturnya si calon bapak muda ini. Ya lagi pula, istrinya bikin darah tinggi. Minta berhentikan mobil sudah seperti jalanan ini punya nenek moyangnya. “Nanti lagi, kalau kamu mau apa-apa, bilang dulu ya, Sayang. Seenggaknya jangan tiba-tiba begini. Bahaya.” Samudra sebisa mungkin menekan perasaan kesalnya supaya tidak keluar. “Iya, maaf,” katanya. “Di sana itu ada jajanan, aku pengen beli.” Tatapannya penuh harap dan itu membuat Samudra lemah. Mereka keluar dari mobil dan segera mendekati jajanan di pinggir jalan tersebut. Melody tampak antusias. Makanan itu benar-benar sangat menggoda dirinya. Samudra yang berada di belakang istrinya itu hanya mengikuti saja tanpa berkomentar. “Mas mau yang mana?” tanya Melody. Jajanan itu seperti jajanan Ramadhan. “Aku ingat pas puasa ka

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 40. Kabar Baik

    Kabar yang dibawa oleh Samudra dan Melody adalah kabar yang membahagiakan. Semua keluarga Samudra bahagia luar biasa. Violet dan Vier yang sebentar lagi menjadi nenek kakek tampak terharu. Kehidupan baik selalu menyertai mereka. Kebetulan Sagara dan Semesta pulang berbarengan. Dan mereka juga sangat bahagia. Akhirnya, mereka akan memiliki keponakan. “Apa kira-kira mereka juga kembar?” tanya Sagara tampak antusias. “Kalau iya, gen bapaknya benar-benar kuat.” “Belum bisa dilihat dong. Kalaupun iya, itu bagus. Apalagi kalau langsung cewek cowok seperti kita, itu dinamakan apa, Bang?” Semesta menunjuk Sagara. “Sekali jadi.” Sagara dan Semesta bersuara berbarengan. “Wah, kalau kita bertiga punya anak kembar, bukannya Bunda dan Ayah akan punya banyak cucu?” “Bunda nggak punya saudara. Ayah punya saudara cuma satu. Jadi kalau banyak cucu, itu akan lebih baik. Kalian kalau tua juga nggak kesepian kalau punya anak banyak.” Samudra hanya mendengarkan saja dua saudaranya berbicara tanpa

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 39. Tiga Bulan Kemudian

    Menuruti keinginan sang istri, mereka akhirnya berada di sebuah kedai bakso kobar yang tak jauh dari hotel. Melody makan bakso berisi cabe itu dengan lahap membuat Samudra menatapnya melongo. Padahal tadi dia sudah memasukkan dua potong steak, lalu jus juga, tapi sekarang dia berlaku seperti tak pernah makan selama berhari-hari. “Kamu beneran lapar?” tanya Samudra. “Mas tahu nggak kalau steak itu tadi hanya nyempil aja. Nggak tahu kenapa perutku tiba-tiba menjadi seperti karet.” Melody menyeruput kuah bakso yang berwarna merah kehitaman itu karena campuran sambal dan kecap. Matanya tertutup kemudian terbuka kembali. Kata ‘ah’ keluar karena rasa pedas meluncur dari dalam mulutnya. Sungguh, itu benar-benar enak menurut Melody. Samudra hanya menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah sang istri. Dia menyuapkan bakso ke dalam mulutnya kemudian mengunyah dengan santai sambil memperhatikan Melody yang keenakan karena bakso tersebut.“Memang udah berapa lama sih nggak makan bakso?” tany

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 38. Pesta Pernikahan

    “Kafe kecil nggak akan buat kamu kelelahan.” Lanjut Samudra setelah itu. Vier juga memiliki bisnis restoran yang masih diurus oleh Via. Jadi lebih baik berinovasi yang lain. Begitulah inti dari pembicaraan itu. Melody tampak berpikir dan masih membutuhkan waktu untuk memutuskan. “Kalau begitu, aku akan memikirkan lagi nanti.” “Bunda dulu setelah menikah juga nggak langsung libur kerja, kok. Tapi sedikit demi sedikit mengurangi pekerjaannya dan Ayah yang menggantikannya. Jadi kamu bisa mengambil waktu sebanyak yang kamu mau untuk mengambil keputusan.” Melody mengangguk setuju. Sebuah keputusan baik tidak dilakukan secara terburu-buru dan harus dengan pemikiran matang. Hari-hari berlalu dan pada akhirnya pesta itu tiba. Melody melihat dekorasinya benar-benar sangat mewah. Violet dan Semesta yang mengurusnya dengan menanyakan keinginannya. Dia memilih dekorasi berwarna hijau matcha seperti yang disukai selama ini. Sejak kecil selalu berkawan dengan daun-daun teh membuatnya menyukai

  • Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir   Part 37. Rencana Pasca Menikah

    "Ini baju design terbaru dari butik ini, Bang. Jadi, aku merekomendasikan kepada Kakak Ipar.” Semesta yang menjawab karena dia tahu kalau Melody sudah dihinggapi rasa ketakutan yang luar biasa. Terlihat, perempuan itu menunduk tanpa berani menatap Samudra sedikitpun. Melody pasti sudah mengerti betapa tatapan lelaki itu akan setajam apa. Jadi, lebih baik dia menghindar. “Waw, Kakak Ipar.” Belum lagi Samudra menjawab ucapan kembarannya yang satu, muncul lagi kembarannya yang lain. Sagara bersiul menggoda dan tampak puas dengan penampilan si kakak ipar. “Itu gaun yang cantik. Bukan itu juga, yang pakai juga cantik banget. Aku sih, ya.” Samudra tak bisa menahan panas yang menjalar dari dalam hatinya. Lelaki itu menatap Sagara dengan tajam. “Jangan menatapnya!” Samudra meraup wajah Sagara dan segera menarik tangan kembarannya itu sampai Sagara berbalik. “Tutup mata kamu. Itu kakak iparmu,” imbuh Samudra memeringatkan.“Aku tahu kalau dia kakak iparku. Tapi aku kan cuma memujinya. Buka

DMCA.com Protection Status