Share

Bab 83 CCTV Rumah Sakit

Penulis: Arumi Nazra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ya, memang benar yang dikatakan Masli. Aku tidak bisa menyangkal hal itu. Akan tetapi, aku akan menyelidikinya lebih jauh. Aku akan mencari bukti yang lain untuk mengarahkan petunjuk ini.

"Bagaimana, Mbak? Sudah cukup informasinya?" sela Pak Ramses ketika kami sibuk berdebat di hadapannya.

"Ya, cukup, Pak. Tapi mungkin nanti saya akan butuh bantuan bapak lagi. Saya harap bapak bersedia menolong kami. Biar hal ini akan menjadi rahasia di antara kita."

"Tergantung ...." ucapnya sarkas.

"Iya, saya tahu maksud bapak. Kami tidak akan membawa tangan kosong ke sini!" Dasar mata duitan, batinku kesal.

"Baiklah!" ucap lelaki itu sembari menaikkan sebelah alisnya ke atas.

Aku pun mengajak Masli untuk pergi dari kawasan perumahan Evergreen tersebut. Sambil memikirkan rencana lain yang aku akan lakukan besok. Namun, sekarang aku harus kembali ke ballroom. Sudah terlalu lama aku di sini dan mungkin salah satu keluarga sedang mencari keberadaanku yang pergi tanpa permisi.

"Dari mana kau tahu kalau
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 84 Papan Bunga Meresahkan

    Tangan Masli mengepal kuat. Napasnya memburu karena emosi yang memuncak. Namun tak ada air mata di sana, yang ada hanya kilatan amarah yang memancar terang."Benar, Ra. Ternyata orang yang sama," lirihnya dengan nada menekan.Ku elus bahunya yang naik turun karena pertukaran udara dan emosi. Malang tak dapat diraih, untung tak dapat ditolak. Akhirnya, Masli harus merelakan pernikahannya luluh lantah hanya karena satu manusia yang sama, yang juga pernah mengganggu pernikahanku. Bedanya, Mas Adnan terpaksa menjalin hubungan dengan Renita karena dorongan mama Sarmila, sementara jalinan Riswan dengan Renita memang atas dasar saling suka.Kami pun mengucapkan terima kasih pada Pak Yudi atas kebaikannya. Tak lupa pula meminta file dari potongan berdurasi enam menit tersebut. Rekaman itu akan menjadi bukti yang kuat bagi Masli.Kubiarkan Masli menumpahkan semua air mata ketika kami sudah berada di dalam mobil. Sahabatku sedang patah hati hebat, namun ia tak ingin tinggal diam. Ia ingin membe

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 85 Memulai Aksi

    TringBeberapa notifikasi di acara live Facebook mulai berdatangan. Ada yang menekan emot marah dan tertawa, ada pula yang mengirim komentar malu dan kecewa. Apalagi Masli turut menandai akun milik suaminya, sehingga ada beberapa rekan kerja, mahasiswa dan keluarganya ikut menyaksikan tayangan live yang sudah kurekam sejak tujuh menit belakangan.Berbagai jenis kalimat umpatan dan makian terpampang jelas di layar. Semua menyayangkan perbuatan Riswan yang dianggap tidak sesuai dengan profesinya.Untungnya pohon tempat kami berdiri cukup rimbun, sehingga kedua orang itu masih tidak menyadari kehadiran kami di tengah-tengah mereka."Tolong, Ce, jangan buat tambah keruh suasana. Kami sedang difitnah, Cece jangan menambah fitnah yang baru! Saya bisa tuntut Cece atas pencemaran nama baik," sahut Riswan setelah kedua bola matanya terbelalak lebar mendengar penuturan wanita Tiong Hoa tersebut."Saya gak fitnah, saya tahu dari Pak Satpam. Kalau kamu tidak terima, tunjukkan saja buku nikah kali

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 86 Kebenaran Status Reisan

    Riswan tak henti-hentinya membela Renita. Mata lelaki itu seolah sudah dibutakan oleh pesona palsu wanita itu. "Jaga ucapanmu itu! Bagaimana pun, dia lebih baik darimu. Dia wanita sempurna, bukan seperti dirimu yang tidak bisa memberiku keturunan!" hardik lelaki itu, ia bahkan tega menyakiti sang istri sampai sejauh ini. Seharusnya ia sadar, Masli pun wanita yang sempurna. Hanya karena suatu musibah, ia terpaksa menjalani takdir suram ini.Masli terlihat tak percaya dengan ucapan sang suami, lelaki yang dulu dianggapnya begitu lembut dan penyayang tega menancapkan duri tajam di sanubarinya.Masli mendonggakkan kepalanya ke atas. Aku tahu, ia sedang menahan agar kaca-kaca di matanya tidak tumpah di hadapan orang yang pasti akan tertawa bahagia di atas lukanya.Kulihat Renita mulai berani menampilkan wajahnya, ia tersenyum sinis pada Masli yang telah dicecar habis-habisan oleh Riswan. Sungguh lelaki yang tak pantas untuk diperjuangkan!"Setidaknya Masli masih jauh lebih baik dari pada

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 87 Terancam Gembel

    "Apa maksudmu, Masli? Kenapa kau bicara seperti itu? Aku tidak menggadaikan rumah kita." Suara Riswan gemetar ketakutan. Ia tak sabar menanti ucapan yang akan keluar dari bibir wanita yang dianggap tak bisa memberinya keturunan."Ah ... Memang sulit berbicara dengan pria sepertimu. Kau bilang tidak menggadaikannya? Jangan berkelit wahai pak dosen Riswan. Dengan uang itulah kau membayar uang muka rumah ini, sementara sisanya kau gunakan untuk menyenangkan hati istri barumu, termasuk untuk acara aqiqah ini. Iya 'kan?" ucap Masli tertawa. Menirukan gaya Riswan ketika lelaki itu mengungkap fakta tentang bayi Renita. Melihat Masli tertawa, Riswan semakin tidak terima.Lelaki itu menoleh ke segala arah. Meminta pembelaan dari dua wanita yang wajahnya memerah, entah karena marah atau menahan malu."I-iya, aku memang melakukannya. Tapi kau tenang saja. Semua itu urusanku, aku akan segera melunasinya dan mengambil kembali dokumen itu!" sergahnya angkuh. Namun, tetap saja ia tidak bisa menyembu

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 88 Panggilan dari Pihak Perumahan

    Tak banyak yang harus dimasukkan ke koper. Hanya beberapa helai pakaian dan aksesoris milik Masli. Karena ia memang telah merelakan rumah beserta isinya pada Riswan. Yang melekat padanya hanyalah uang tabungan dan sebuah mobil sedan yang selama ini ia gunakan. Dua harta itu lah yang akan menopang hidupnya untuk ke depan. Ia tidak ingin kembali ke kampung halaman. Wanita ini sama sepertiku, sudah terlanjur jatuh cinta pada kota Medan. Kota metropolitan yang telah menggoreskan banyak cerita hidup. Tempat ia mengais rezeki sejak lulus dari masa putih abu-abu.Sejenak, dipandanginya rumah yang telah ia tinggali bersama sang suami selama beberapa bulan terakhir. Istana yang menjadi harapan baginya untuk merajut masa depan bersama keluarga kecilnya. "Kenapa gak kamu ambil alih aja sih rumah ini?" tanyaku saat ia berdiri menghadap bangunan bertingkat dua tersebut. Bangunan modern berwarna dominan putih dan nampak begitu asri karena banyak bunga-bungaan di sekelilingnya."Gak, Ra. Aku sudah

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 89 Pertemuan dengan Koh Aceng

    "Zahira, jangan terlalu lelah! Ingatlah, lusa kita akan ke kampungmu. Jangan sampai kamu sakit lagi!" cecar Ibu dengan berbagai macam peringatan. Aku tahu akhir-akhir ini aku sangat sibuk, bahkan aku sampai melupakan tentang acara syukuran pernikahan Marwah dan Dipo yang akan diadakan mamak di kampung."Iya, Bu. Hari ini saja, aku ada urusan penting. Setelah itu aku tidak akan kemana-mana," pintaku pada ibu mertua yang hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. Ia baru saja hendak meneguk segelas susu kalsium yang bisa ia konsumsi, namun gerakannya terhenti saat melihatku berpakaian rapi dengan menjinjing sebuah tas.Ini sudah pukul sembilan pagi, aku sudah membuat janji dengan Masli untuk pergi menemui pak Aceng di kantornya. Masli juga sudah menungguku di ruang tamu. Ia sedang bermain bersama Tabitha."Ya sudah, ibu tidak akan mengizinkanmu pergi lagi besok. Kasihan Tabitha, sekarang jadi sering ditinggal di rumah!" keluh Ibu menimbulkan rasa bersalah. Aku juga rindu ingin menghabisk

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 90 Sama-sama dikhianati

    Bukannya sombong atau pun memandang dengan sebelah mata, keduanya hanya tidak mengira jika orang yang dimaksud akan berpenampilan sesederhana ini. Apalagi bayangan yang sejak tadi menghantui pikiran Zahira selama diperjalanan. Mereke berdua menganggap jika Koh Aceng adalah sosok pria tua yang berpenampilan necis dan berkelas. Khas para pengusaha kakap di kota ini."Oh ... jadi Anda, Koh Aceng? Maafkan saya Koh, saya tidak menyangka jika Koh Aceng masih muda dan segagah ini," celetuk Masli. Meskipun ia dilanda rasa gugup dan bingung, namun wanita itu mencoba tetap tenang dan menetralisir degupan jantungnya yang seketika hendak melompat, ketika pria bersahaja yang ia abaikan kehadirannya adalah pria pemilik perusahaan ini.Apalagi, pria itu sempat mengatakan tentang kekacauan di perumahan Evergreen. Sontak membuat nyali kedua sahabat itu menciut sekaligus malu."Maaf, Koh! Saya juga tidak tahu kalau Anda adalah Koh Aceng. Mas Adnan banyak bercerita tentang Anda kepada saya, tapi dia tid

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 91 Disentak Mertua

    Karena terus didesak, akhirnya Masli menuruti saran Zahira. Apalagi ini hari terakhir sahabat karibnya bisa pergi dengannya, setelah berjanji dengan sang mertua untuk tak lagi pergi keluar rumah. Selain itu, Zahira akan pulang kampung lusa, mereka akan berpisah lama sekitar sepekan lamanya."Iya, iya. Kita ke sana sekarang," ujar Masli meskipun sebenarnya ia tak lagi ingin melihat wajah Riswan. Cukuplah semalam itu yang terakhir baginya. Karena setiap kali menatap manik pria itu, kenangan manis mereka kembali muncul.Mereka berempat menuju mobil yang terparkir di halaman kantor Koh Yusuf, lalu melajukan kendaraan itu menuju perumahan Evergreen.Berbagai prasangka berputar seperti roda di dalam kepala Masli. Begitu pun tentang bayangan wajah Koh Yusuf, meskipun keberadaan mereka telah dikikis oleh jarak, namun raut rupawan itu seolah masih ada di hadapannya.Apakah ia salah jika memiliki setitik perasaan pada pria Tiong Hoa itu?Ataukah ia layak menaruh sedikit harapan pada pria mapan

Bab terbaru

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 98 Tamat

    "Cih ... tidak ada hakmu satu rupiah pun. Dan ingat, aku bukan lagi ibumu!" Nyonya Friska berjengit, ia jijik kembali berhadapan dengan anak sambung yang tak tahu diri itu.Renita berdecak, di pandangnya sekilas foto-foto yang terpampang di dinding rumah itu. Terdapat potret baru pernikahan Marwah dan Dipo, juga Friska bersama almarhum ayahnya dulu.Senyum ayahnya tampak nyata dari sana, namun mewariskan belati tajam di sanubarinya. Bagaimana bisa Friska tidak lagi mengakui tentang dirinya, namun masih setia memasang potret ayahnya."Wanita tua brengsek! Dulu, kau sendiri yang memintaku agar memanggilmu ibu. Sekarang kau membuang ku karena ayahku telah tiada. Wanita macam apa kau itu? Status sosialmu tinggi namun sebenarnya kau rendahan!"Renita mengumpat bekas ibu sambungnya dengan kata-kata kejam. Nyonya Friska terhenyak dengan bola mata yang hampir keluar."Kau ... keterlaluan. Aku tidak punya tanggung jawab apapun lagi padamu! Aku telah menawarimu rumah dan uang tapi kau malah men

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 97 Menuju Ending

    Sepasang mata tajam itu kemudian menatap wajah Renita dari gambar yang ia ambil secara diam-diam dari ponsel canggihnya. Jemari tangannya bergerak untuk memperbesar tampilan layarnya."Kena kau, Renita. Kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu!" Pria itu berucap dengan geram, bibirnya menampilkan seringai penuh dendam."Tinggal satu langkah lagi, kau akan mendekam di penjara!" lanjutnya, gemeretak giginya mengisyaratkan panasnya bongkahan bara yang menghuni di dada.Pria berjambang yang sejak tadi mengintai dari dalam mobil itu tak akan lagi kehilangan jejak Renita. Ia akan segera menuntaskan dendamnya. Renita harus membayar semua rasa sakit atas kehilangan aset dan nyawa ibunya. Juga wanita pujaannya. ***Pagi itu, Renita merasakan dirinya yang baru. Perlahan, ia membuka mata setelah semalaman begadang bak seorang lajang. Ia habiskan malam panjangnya dengan dentuman keras dari irama diskotik langganan.Sejak melahirkan, ia tak pernah lagi hadir ke

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 96 Kepergian Riswan dan Putranya

    "Gak, Mas. Silahkan kau pulang bersama ibumu tapi aku tidak akan ikut!" ucap Renita menyanggah ucapan sang suami. Sudah setengah jam mereka berdiskusi dan Renita masih terus kekeh dengan jawaban yang sama.Saat keduanya terbangun tadi pagi, Riswan telah mendapat maaf dari Masli atas kelakuan kasarnya semalam. Mereka berdua kembali berbaikan dan sempat menghabiskan sarapan bersama di meja makan. Walaupun suasananya agak berbeda, karena ada Tata dan suaminya.Renita tidak tahu jika kakak iparnya sudah tiba sejak semalam. Ia tidur semalaman sambil melewati hukuman yang diberikan Riswan."Ini demi masa depan kita juga, aku berjanji ini tidak akan lama. Jika sudah sukses nanti, aku akan membeli rumah di kota lagi," bujuk Riswan lagi. Ia masih berusaha merayu Renita dengan memberikan iming-iming berbagai hal. "Gak, Mas. Tidak ada yang namanya masa depan kalau di kampung!""Ck, sadar, Renita. Kita tidak boleh memaksakan diri seperti ini. Roda kehidupan itu berputar, mana tau rezeki kita ada

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 95 Sasaran Amarah

    "Masih belum diam juga?" ucap Riswan keheranan. Sudah cukup lama ia berada di luar, namun Renita masih belum bisa menenangkan putranya. Reisan masih terus menangis dalam dekapan sang ibu."Hhmmm, balik lagi, toh!" Bukannya merespon ucapan Riswan. Ia malah melirik tajam pada Bu Hayati dan menyindir kehadiran sang mertua.Ia bersyukur di dalam hati, sebab mertuanya masih ingin kembali. Ia jadi tak perlu repot, mengurus Reisan sendiri. Tanpa sungkan, ia berikan kembali Reisan pada neneknya. Lalu, memijit pelan bahunya bergantian akibat lelah menahan bayi dengan bobot enam kilogram tersebut."Gak konsisten, balik lagi, toh. Kenapa? Gak punya ongkos, atau takut tidur di pinggir jalan? Makanya kalau hidup masih numpang itu jangan sok-sokan!" gerutu Renita lagi. Wanita itu sudah melihat keduanya kembali melalui jendela kamarnya tadi. Lalu, bergegas turun untuk melontarkan kata-kata pedasnya pada sang mertua.Bu Hayati tak ingin menjawab, perasaannya masih kalut akibat pertemuan tidak sengaj

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 94 Bertemu Mantan

    "Mau ke mana kamu, Mas? Jangan kamu kejar ibumu itu, biarkan saja!" sergah Renita sambil berusaha menghalangi kepergian Riswan. Sementara Reisan, ia biarkan di kamar sendirian."Kamu jangan halangi aku, aku akan mengantar ibu pulang. Urus saja Reisan, dia menangis sendirian," ucap Riswan sambil berlari menuju keluar rumah. Sayangnya, ia lupa jika kunci mobil masih dipegang Renita.Dengan terburu-buru, ia kembali ke kamar, menyusul Renita yang gusar karena mencoba menenangkan Reisan. Renita tak paham dengan keinginan bayi mungil di dekapannya, sebotol susu sudah ia sodorkan namun putranya masih tak ingin diam. Keadaan rumah yang kacau dan suara tangisan kencang memenuhi isi ruangan, membuatnya seketika merasa geram."Mana kunci mobilnya?" Riswan mengadahkan tangan, menunggu dengan perasaan risau."Gak ada!" Renita membuang pandang. Matanya memindai keluar jendela kamar, menyaksikan Bu Hayati berjalan sambil menyeret koper."Kok, gak ada? 'Kan kamu yang terakhir pakai mobilnya. Cepat b

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 93 Perselisihan Menantu dan Mertua

    "Aaaarggghh ... apa kamu gak punya cara lain lagi, sih, Mas? Masa' kita harus keluar juga dari rumah ini? Mau tinggal di mana lagi kita?" sergah Renita begitu marah. Baru tiga bulan ia menempati rumah mewah bertingkat dua ini, ia beserta keluarganya harus merelakan rumah itu disita pihak Bank."Mau gimana lagi, Ren? Uangku gak cukup untuk bayar tunggakan bank. Kamu 'kan tahu, gajiku yang sekarang cuma cukup untuk makan dan kebutuhan sehari-hari aja. Sementara, tabungan sudah semakin menipis!" Riswan tertunduk lesu. Baru saja ia pulang bekerja, tapi malah disambut amukan oleh Renita. Mereka baru saja menerima surat peringatan untuk yang ketiga kalinya dari pihak bank. Mau tak mau, keluarga itu harus segera mengambil keputusan. Pergi mengosongkan rumah yang telah dianggunkan itu atau membayar semua tunggakan.Riswan sudah lama memikirkan hal ini. Keputusannya bulat untuk mengosongkan rumah ini saja dan membeli rumah sederhana di kampung halaman dengan uang yang masih ia punya. Akan tet

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 92 Mengambil Kunci

    Entah kenapa, hati kecil kedua sahabat itu seperti bersorai gembira setiap kali melihat Renita tersakiti. Seakan ada kepuasan tersendiri dan juga rasa sakit yang terbalaskan. Sebagai manusia biasa, keduanya masih menyimpan dendam dan ingin terus membalasnya.Bu Hayati tampak begitu acuh. Ia sama sekali tidak mempunyai keinginan untuk membela wanita yang telah memberinya seorang cucu laki-laki itu. Wanita yang ia bela mati-matian kemarin, saat kesuksesan masih dalam genggaman putra semata wayangnya.Begitu pun Riswan. Ia lebih tertarik untuk mengamati barang bawaannya ketimbang melerai pertengkaran dua wanita yang pernah mengisi hari-harinya. "Itu becaknya, Wan?" tanya Bu Halimah ketika di saat bersamaan mendengar deru mesin dari dua buah becak motor yang datang. Ia benar-benar tidak ingin ikut campur pada urusan kedua wanita itu. Lalu, mengambil Reisan dari gendongan Renita.Bayi laki-laki yang wajahnya sangat mirip dengan Riswan itu menggeliat lucu, kelopak matanya yang tertutup be

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 91 Disentak Mertua

    Karena terus didesak, akhirnya Masli menuruti saran Zahira. Apalagi ini hari terakhir sahabat karibnya bisa pergi dengannya, setelah berjanji dengan sang mertua untuk tak lagi pergi keluar rumah. Selain itu, Zahira akan pulang kampung lusa, mereka akan berpisah lama sekitar sepekan lamanya."Iya, iya. Kita ke sana sekarang," ujar Masli meskipun sebenarnya ia tak lagi ingin melihat wajah Riswan. Cukuplah semalam itu yang terakhir baginya. Karena setiap kali menatap manik pria itu, kenangan manis mereka kembali muncul.Mereka berempat menuju mobil yang terparkir di halaman kantor Koh Yusuf, lalu melajukan kendaraan itu menuju perumahan Evergreen.Berbagai prasangka berputar seperti roda di dalam kepala Masli. Begitu pun tentang bayangan wajah Koh Yusuf, meskipun keberadaan mereka telah dikikis oleh jarak, namun raut rupawan itu seolah masih ada di hadapannya.Apakah ia salah jika memiliki setitik perasaan pada pria Tiong Hoa itu?Ataukah ia layak menaruh sedikit harapan pada pria mapan

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 90 Sama-sama dikhianati

    Bukannya sombong atau pun memandang dengan sebelah mata, keduanya hanya tidak mengira jika orang yang dimaksud akan berpenampilan sesederhana ini. Apalagi bayangan yang sejak tadi menghantui pikiran Zahira selama diperjalanan. Mereke berdua menganggap jika Koh Aceng adalah sosok pria tua yang berpenampilan necis dan berkelas. Khas para pengusaha kakap di kota ini."Oh ... jadi Anda, Koh Aceng? Maafkan saya Koh, saya tidak menyangka jika Koh Aceng masih muda dan segagah ini," celetuk Masli. Meskipun ia dilanda rasa gugup dan bingung, namun wanita itu mencoba tetap tenang dan menetralisir degupan jantungnya yang seketika hendak melompat, ketika pria bersahaja yang ia abaikan kehadirannya adalah pria pemilik perusahaan ini.Apalagi, pria itu sempat mengatakan tentang kekacauan di perumahan Evergreen. Sontak membuat nyali kedua sahabat itu menciut sekaligus malu."Maaf, Koh! Saya juga tidak tahu kalau Anda adalah Koh Aceng. Mas Adnan banyak bercerita tentang Anda kepada saya, tapi dia tid

DMCA.com Protection Status