Share

4

Penulis: Chaeyoun_byuna
last update Terakhir Diperbarui: 2021-01-30 08:47:55

Aisya menatapi wajah Jerome yang terlihat begitu frustrasi berada dikediaman kakaknya itu, perempuan itu mendengus geli saat mengubah pandangannya ke arah dua manusia yang sedang bermesraan. Aisya tau bagaimana perasaan lelaki yang ada disebelahnya itu, sangat tau. Perempuan menepuk pelan pundak Jerome yang lagi termenung sendiri. "Apa loe tuh gak bisa move ke cewek lain gitu, Jer. Itu ipar loe sendiri lho, ..." dengus perempuan tersebut.

Helaan berat keluar begitu saja dari lelaki yang mengurus surat-surat perpindahan kerjanya. "Gue gak ngerti lagi, Ai. Semua udah gue coba. Pacaran sama Mia, menerima perjodohan nyokap, sampai tunangan sama Hilda juga. Tapi gue gak ngerti sama sekali, ... waktu kemarin kak Rosa pingsan dengan tanggap gue tinggalin semuanya. Loe bayangin ajh, gue yang lagi sibuk meninggalkan semuanya cuma buat dia doang, sedangkan Hilda yang selalu minta gue temani gak ada waktu sedikitpun." Jelas Jerome yang kembali menatap sendu keluarganya itu, Aisya mengembuskan nafas prihatin sampai Rosa datang membawa air untuk mereka berdua dan juga diikuti oleh sang suami dibelakangnya.

"Rose ayo nanti kamu telat," tarik Jaeran yang sedari tadi mengusik sang isteri, namun perempuan tak menanggapinya sama sekali.

"Bentar, Na. Lagi ada tamu juga, kamu manja banget sih." Tukas Rosa yang berjalan menaiki tangga. Jerome yang awalnya berbicara langsung mengatupkan bibirnya rapat, lelaki itu tau jika kakaknya sudah berada di sana dan terdapat hawa dingin yang menyelimuti mereka. Itu tanda ketidak sukaan Jaeran yang semakin kentara.

Suasana canggung datang tiba-tiba, Lami yang entah darimana masuk tanpa mengetuk pintu. Langkah gadis itu mengarah ke kamar kakaknya tersebut, Lami berniat meminta maaf pada Rosa karena telah membuat sang kakak jatuh sakit. "Kakak diataskan?" Tanya Lami pada Jaeran dan hanya dibalas anggukan tanpa menoleh sedikitpun.

Lami melangkah pelan lalu mengetuk pintu kamar kakaknya itu, "kak," ucapnya, memelan. Rosa membukakan pintunya lalu kembali berjalan ke meja rias.

"Bukannya kamu bilang ketemu di venue?" Ujar, Rosa yang memerhatikan sang adik dari cermin riasnya. Lami mengangguk lalu menunjukkan sesuatu yang membuat raut wajah perempuan yang duduk di depannya berubah. "Lami, kalo kamu ke sini cuma mau bahas Nanda lagi. Lebih baik kamu pergi," Lami terkejut dengan penuturan sang kakak.

"Bukan itu yang aku maksud, aku mau minta maaf pasal kemarin. Aku bener-bener nyesel udah ungkit itu ..." Rosa menatap manik adiknya yang mulai meneteskan air mata penyesalan. Perempuan itu merengkuh tubuh adiknya lalu mengusap pelan jejak air mata milik Lami. Sesaat semua seperti tentram dan terkendali, akan tetapi keadaan berubah ketika Lami mengatakan kabar selanjutnya. "K-kak," gugupnya yang meneguk salivah kasar.

"Kamu gak perlu gugup gitu, ngomong ajh. Ada apa?"

"Dia udah kembali," Rosa mengernyit heran kemudian melepaskan rengkuhannya. "K-kak Nanda datang membawa lamaran untuk kakak, ..." cicitnya memelan ketakutan, raut wajahnya berubah. Terkejut, emosi, marah dan kecewa semua berkecamuk jadi satu Lami yang melihat sang kakak memegangi kepalanya berdiri dan menutup mulutnya.

Gadis itu bingung harus melakukan apa, Lami mendekat ke arah kakaknya yang malah berdiri dari meraih gunting di atas meja. "Kamu tau kan dia hampir bunuh aku?" Lami mengangguk pelan lalu melangkahkan kaki perlahan.

"Dengerin dulu---" Lami di dorong hingga tubuh gadis itu terlempar pada kaca rias milik Rosa dan menimbulkan suara bising.

"DIA MAU BUNUH AKU!!!!" Jerit Rosa yang mampu terdengar hingga ke bawah, Jaeran menoleh dengan cepat begitu pula dengan orang-orang disekitarnya.

Lami mengakui ia melakukan kesalahan dengan memberitahu kabar itu, gadis itu mencari obat sang kakak yang biasanya ditaruh di dalam laci. "Mana obatnya, ..." lirihnya kesal. "Kak sebentar dengerin dulu!" Tukasnya menyela.

"DIA MAU BUNUH AKU!!?" lengkingan itu semakin menjadi hingga Rosa hampir melukai dirinya lagi, dengan cepat Lami menahannya dan terkena pinggul gadis itu. Sreett. Gadis menahan rasa sakit dipinggulnya kemudian memeganginya seraya menahan tangan sang kakak.

Jaeran masuk bersama Jeno dibelakangnya, pemuda itu langsung berlari ke arah Rosa yang terus histeris menyebut nama Nanda. Lami terduduk lemas memandangi kondisi sang kakak terlihat begitu menyedihkan, nafasnya terengah dan tanpa sadar air matanya kembali menetes. Setelah agak lebih tenang, Rosa menjatuhkan gunting itu lalu memeluk sang suami. "Aku, ... menyakiti Lami," Jaeran menggeleng lalu mengusap lembut surai perempuannya. Jerome menghela lega, kemudian melengang pergi meninggalkan keduanya di dalam kamar.

"Jangan bahas topik yang berkaitan dengan orang dimasa lalu kak Rosa," jelas, Jerome yang menimbulkan kerutan bingung dari Jaeran dan Lami.

"Lho, kenapa? Bagaimanapun kakak berhak tau," sergah Lami tak terima.

"Bukan seperti itu," Jeno memandang kedua bergiliran sedangkan Jaeran terpaku diam tak berkomentar, lelaki tersebut mengerti arah pembicaraan mereka saat ini. "Hal yang seperti bisa menimbulkan effek yang panjang, ... jadi jangan bahas itu berulang kali." Lami terdiam lalu menatap Jaeran tak percaya, sedangkan pemuda tersebut menatap kosong sang isteri.

"Maksud loe kakak gue gila?!" Pekiknya tertahan dan itu sontak saja membuat Jaeran menoleh memincingkan matanya tajam pada Jerome.

"Bukan gila Lam, mental break down, ... mas Nana pasti paham." Jerome melirik sang kakak yang lagi menatapnya sinis, Jaeran berdiri dan melangkahkan kakinya memasuki ke area dapur.

"Apa yang harus kita lakukan?" Ujar Jaeran dengan nada yang cukup datar. Jerome sebenarnya berat mengatakan hal ini, namun itu harus ia lakukan.

"Membiarkannya melakukan hal yang ia suka, ..." lelaki yang berada di dapur itu berdecih. Lalu menatap nyalang adiknya itu, Lami sendiri bingung apa yang sedang terjadi pada keduanya.

"Dengan membiarkan loe dekat-dekat sama isteri gue? Gak usah mimpi!" Jaeran melengang keluar rumah setelah meletakkan air buat Lami, gadis itu hanya termangu mendengar pertengkaran kakak beradik di depannya.

Jaeran mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, saat ini yang ia butuh hanya angin segar saja. Pemuda itu memasuki sebuah cafe dan tak sengaja menabrak seorang wanita anggun, ... Jaeran dengan gentlenya meminta maaf dan berlalu pergi dari hadapan si perempuan. Namun siapa sangka jika perempuan itu tertarik pada sosok dingin seorang Jaeran.

Rosa turun ke bawah tak menemui di manapun sang suami lantas ia sudah tak memiliki banyak waktu lagi sebelum pukul 10.30am. Jerome yang menyadari hadirnya sang kakak iparpun langsung mengatensikan penglihatannya pada perempuan anggun tersebut. "Ada yang liat suamiku?" Tanyanya dengan intonasi pelan. Jerome yang masih terkesima dan tak mengedipkan matanya tersentak tiba-tiba.

"Tadi keluar, ... kakak jangan banyak aktifitas dulu, kak Rosa masih butuh istirahat." Rosa tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya menyangkal perkataan pria yang duduk di depannya.

"Aku sehat, udah gak ada waktu lagi. Kak Ayu terus hubungi kakak, Jer." Jerome mendegus kecil lalu berdiri dan meraih kunci mobilnya, lelaki bermata sipit itu tak mungkin membiarkan kakak ipar tersayangnya diantara menggunakan motor. "Kalo kamu sibuk aku rasa gak perlu antar. Aku takut ganggu waktu kamu, kasian temanmu." Rosa beralasan seperti itu bukan karena ingin menolak Jerome, namun yang dikatakannya benar. Jerome terlalu sibuk diusianya yang masih terbilang muda.

"Aku free kalo buat kakak," Aisya membeliak kaget lalu menyenggol lengan kekar pemuda itu.

"Loe serius!!" Bisiknya yang tak dibalas apa-apa sama Jerome. Sepanjang perjalanan Rosa terus menghubungi nomor suaminya yang tak pernah aktif, agak kecewa karena Jaeran tak ikut dan lebih memilih pergi. Namun ia harus bisa berpikir positif tentang sang suami.

Jaeran tengah duduk bersama seseorang yang baru ia tabrak tadi perkenalannya dengan wanita itu terjadi begitu cepat. Pemuda itu tak bisa menjadi humoris atau perhatian selain pada wanitanya, Rosa. Sikap dingin yang Jaeran tunjukkan semakin membuat si wanita tertarik padanya. Akan tetapi walau begitu pria itu tetap seorang pemuda yang baik dan kebaikannya selalu disalah artikan oleh kaum hawa.

Bab terkait

  • Still with you   5

    Rosa tertidur di sofa ruang tengah ditemani Jerome yang sedang mengerjakan tugas akhirnya, Jaeran menatap sinis wajah sang adik yang menjadi pahanya bantalan sang isteri. Wajah damai Rosa membuat hati keduanya merasa tenang namun itu tak berselang lama ketika Jaeran hendak memindahkannya, lengan besar sang adik menghalanginya. Tak peduli apa yang dikatakan oleh sang adik, lelaki itu mengangkat tubuh sang isteri dengan kasar hingga membuat tidur Rosa terusik. Jerome menggeleng pelan melihat perangai sang kakak yang amat begitu tidak suka dengan kehadirannya dikehidupan mereka. "Loe gak bisa pelan?" Tegur Jerome yang membuat Jaeran menghentikan langkahnya tanpa menoleh. "Ke mana ajh loe? Gak tau isteri lagi butuh? Apa loe sebenarnya menikahi Rosa cuma berdasarkan rasa iba?" Jaeran menggeram lalu menatap wajah polos isterinya."Jaga itu mulut ya, ..." geram lelaki itu yang kembali melanjutkan langkahnya. Mendadak hatinya ngilu saat memandang raut cemas dalam damai Rosa

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-31
  • Still with you   6

    Jaeran terkejut dengan sikap isterinya yang tiba-tiba berubah saat berada ditempat temannya, ah, ya, ... temannya pasti akan sangat terkejut dengan apa yang telah mereka lihat pasalnya wanitanya itu tak pernah mau menghentikan pengobatan yang dijalaninya, Rosa tak sendirian di sana ada Jeno serta Herina yang turut menenangkannya, padahal wanita cantik itu hanya meminta izin mengambil sebuah minuman saja. Tetapi apa yang telah ia lewatkan sehingga isterinya berteriak marah pada semua orang, lelaki itu memegang tangan perempuan yang memandangnya entah dengan tatapan mata apa. Yang jelas ketika mereka saling menatap satu sama lain, terpancar rasa lelah yang menyelimuti hatinya, Rosa menggeleng kepalanya perlahan sambil memeluk tubuh besar di depannya itu. Jerome menghela kasar lalu melangkah pergi meninggalkan keduanya yang sama-sama tidak ingin diganggu oleh siapapun, Herina tentu mengerti bagaimana perasaan pemuda itu.Lami berlari-lari menuju k

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-01
  • Still with you   7

    Rosa sedang mencuci piring dan Jaeran baru saja mengirim laporan rekam medis terakhirnya, perempuan menggeleng saja ketika melihat sifat kekanakkan sang suami. Saat ponsel Jaeran berdering sesaat pemuda itu melirik sang isteri yang masih dengan urusan dapur, ... Jaeran berjalan ke arah depan lalu mengangkat teleponnya itu. Rosa yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya itu berhenti ketika sang suami tampak terlihat tertawa dengan riangnya. Pria itu mematikan sambungannya lalu berjalan begitu saja tanpa menyadari sosok isterinya, desir sesak menjalar direlung hati perempuan itu. Rasanya seperti ada yang beberda dari sang suami. Jaeran menghentikan langkahnya lalu mengecup sekilas pucuk kepala Rosa, “aku keluar dulu ya, ...” wanita itu meneguk ludah kasar. Ouh, ayolah, sudah berapa lama ia mengenal sang suami? Itu yang ada dipikirinnya.“Bukannya kamu udah janji bakal menemaniku seharian?”

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-02
  • Still with you   8

    Jena tak mengerti apa dengan mengapa anak bungsu masih tetap bertahan pada perasaan yang bahkan, orang itu tau jika akan terlalu mengambil resiko tinggi jika melawan kakaknya sendiri. Jerome menatap wajah sang mama yang tampak mengerutkan keningnya ingin bertanya, namun lelaki itu memilih diam dan tak mengatakan apapun, ah, ya, itu akan menjadi rasa yang ingin ia pendam sendiri. “Mau sampai kapan?” Tegur sang mama yang membuat pemilik eyes smile itu menoleh.“Maksudnya?” Lelaki itu bertanya balik, mama mendengus dingin lalu menggeleng sambil menunggu perkejaan anaknya itu selesai. Ah, apa mamanya akan membahas hal yang sama, ... Perasaan haram itu? Katakan tidak jika itu benar. “ Mama gak ada maksud buat bahas tentang alasan itu lagi kan?” Tegas pemuda itu yang mendadak menjatuhkan rahangnya.“Jer!” Tegur sang mama yang tampa

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-03
  • Still with you   9

    Perempuan itu membanting pintu rumah lalu berlari ke kamarnya, ia mengunci pintu kamarnya ditatapnya dirinya dalam cermin seketika pikirannya menguasai hati yang sedang kalut. “Loe bahkan gak pantas buat diperjuang sama siapapun!” Isaknya kecil lalu meraba benda tumpul yang ada di dalam laci, ... Jaeran terus berlari hingga masuk ke dalam rumah. Suasana hatinya benar-benar kacau dan tak tenang bayangan sang isteri dimasa kelamnya terus saja menghantui benak pemuda sukses itu.“Rose, ... buka ini aku,” tak ada sahutan dari dalam sana, Rosa terduduk dengan sayatan yang masih terbuka matanya menatap kosong sisi kiri ranjang tempat tidur. Mendadak sosok Jaeran terlintas dalam tatapan kosong itu, ... Rosa tersenyum getir.“Na, ... kamu tau?” Kini posisi mereka saling duduk berbelakangan. Hanya sebuah dehaman yang menjadi respon diantara mereka.“Hm,”

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-04
  • Still with you   10

    Rosa menutup pintu kamarnya dan menyimpan seluruh obatnya di selipan pakaian, perempuan itu menghela nafasnya pelan. Ia tak yakin jika hidupnya kembali normal seperti sebelumnya, namun Rosa sangat yakin jika dirinya bugar maka Jaeran tak akan melihat wanita lain selain dirinya. Setelah menyegarkan tubuhnya perempuan itu berjalan menuruni tangga, ... Rosa menatap sekeliling yang tampak sepi tak ada orang. Wanita itu melangkahkan kakinya ke dalam dapur untuk membuat smoothie dan salad buah, tak tau kenapa rasanya sedang menginginkan hal itu. “Na,” panggilnya agak teriak. Alis menukik heran lalu menolehkan kepalanya ke arah belakang, perempuan menaruh apron begitu saja. Langkahnya kian berat semakin ia berjalan, tiba-tiba saja sebuah kabut putih menyelimutinya dan suara riuh tawa mengelilinginya. Rosa berjalan pelan ke arah ruang tamu, matanya membola saat menemukan sang suami sedang bersama perempuan lain dan memiliki anak. “JAERAN!!!!” Teriaknya, yang dibanjiri keringat dingin dan de

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-05
  • Still with you   11

    Rosa kembali ke rumah sakit untuk menemui Herina namun sayangnya langkahnya itu telah diketahui oleh sang suami yang lagi berjalan mengarah pulang. Langkah terburu-buru perempuan sangat menimbulkan rasa curiga bagi Jaeran yang tak sengaja melihatnya. Jaeran berdiri di dekat pilar ruangan Herina ketika Rosa masuk ke dalam sana, ... sekiranya aman lelaki itu kembali mengikutinya. “Ayo lakukan operasi itu!” Herina terkejut begitupula dengan Jaeran yang tak mengerti.“Operasi?” Bisiknya pelan. Rosa tak punya banyak waktu lagi sebelum penerbitan buku barunya.“Kamu gila? Itu sangat fatal! Aku gak mau!” Rosa mengerling kesal pada wanita yang duduk di depannya saat. Perempuan itu menggebrak meja kemudian menatap tajam Herina yang tak mengerti dengan keinginan pasiennya itu.“AKU GAK MAU MANDUL!! ALAT BAJINGAN ITU BISA MEMBUATKU GAK MEMILIKI ANAK?!!” pekik Rosa m

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-06
  • Still with you   12

    Jena menatap lurus putra bungsunya, ... pemuda yang lagi bercocok tanam itu terus saja memutar bola matanya jengah saat dipandangi seperti itu oleh sang mama tercinta. Jerome meletakkan cangkulnya kesal lalu berjalan kehadapan sang mama, putranya tak mau sang mama mengganggu waktu berkebunnya disaat luangnya telah hadir. Jena terkekeh dengan sikap putra bungsunya lalu mengusap surai putranya tersebut. “Kamu buruan nikah, ... biar mama gak nungguin kakak kamu terus buat ngasih anak,” Jerome menghela pelan daritadi mamanya memerhatikan hanya untuk membahas itu?“Bukan mau mas Nana juga, ma kaya gitu, ...” pelan sang putra yang mencoba nemberi pengertian pada sang mama.“Iya, mama lupa yang mandul Rosa, ...” Jerome mengepalkan tangan kuat lalu berdecih kecil, seperti ini cara mamanya bersikap dibelakang Rosa? Apa mamanya tak pernah merasa kosong setelah menikah. Pemuda itu melengang pergi meninggal

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-07

Bab terbaru

  • Still with you   63. Bonus Part

    Sudah lima bulan berlalu namun Rosa belum ada perkembangan juga, entahlah rasanya Jaeran ingin mengubur semua harapannya, sebentar lagi persalinan sang istri dan ia masih belum menjenguknya hingga sejak terakhir kali bertemu. Wajah cantik Rosa selalu terbayang di dalam benak lelaki tak lama sang mama mengusapinya dengan lembut, sebenarnya ia merindukan sang istri; saat kabar sang istri akan dioperasi pemuda itu begitu terkejut dengan keputusan Dirga yang tak meminta persetujuannya. Ia juga masih ingat betul bagaimana sikap Dirga ketika dirumah sakit, tak jarang Lami mengabarinya. Aslinya Dirga gak sebegitu marah sama sang adik ipar, Cuma lelaki itu memang sangat jarang menegur orang dan rasa gak sukanya itu terhadap membuat sifat Dirga seperti orang yang tak memiliki rasa kemanusiaan. “Na! Makan!” Panggil mama yang lagi ada di dapurnya. Tam ada sahutan dari sang sulung membuat Jena menahan rasa gemasnya, anaknya itu jika sudah sedih suka sekali menguruskan badannya.

  • Still with you   62. END

    Jaeran sebenarnya kesal pasalnya daritadi ia bertanya namun tak ada yang menjawab hingga pemuda itu tertidur dibangku tunggu, itu sontak saja membuat Sarah merasa iba padanya. Sarah menepuk pundak lelaki itu agar beristirahat dirumah saja, namun Jaeran tak mau menuruti perkataan sang kakak iparnya tersebut. Namun Sarah tak memaksakan hal itu, perempuan itu hanya memandang lurus lorong rumah sakit, emosi Dirga sedang tidak stabil jika sang suami melihat adanya kehadiran Jaeran bisa kembali naik pitam lelaki tersebut. Jaeran menatap dengan memohon pada perempuan yang hampir melengang dari tempat itu, Sarah menghembuskan nafasnya pasrah lalu menjelas semua permasalah yang terjadi dan bagaimana Rosa bisa mengalami pendarahan. “Sebenarnya bukan pure kesalahan Jerome tetapi karena kamu benci sama adikmu, jadi kamu menyalahkannya. Andai saja kamu tidak bertemu dengan perempuan itu, ini semua tak akan terjadi.” Jaeran sebenarnya ingin menyalahkan Sarah yang menyudutkan orang lai

  • Still with you   61

    Jena memerhatikan anaknya yang tengah mencuci piring tetapi setelah ditelaah lagi putra sulung terlihat agak lebih kurus itu membuatnya merasa sang menantu tak benar dalam mengurus sang anak, perempuan tua itu tersenyum lalu menepuk pundak putranya sendiri. Jena agak merasa keki ketika berdiri disamping putranya sendiri, pasalnya sudah berapa bulan Jaeran tak datang ke rumah hanya untuk melihatnya atau sekadar memberikan uang bulanan padanya. Jaeran melirik sekilas sang mama kemudian melengang dari dalam, pemuda itu jelas tau apa yang dibahas sang mama itu kenapa ia membawa sang mama ke arah dalam kamar tamu. Pemuda itu menghela pendek sebelum membuka obrolan di antara mereka berdua, pandangannya sinis lalu menajamkan kedua pendengarannya. “Mama kalo bicarakan hal yang gak penting mending mama pulang,” Jena terperanjat saat Jaeran mengusirnya dari sana.“Kamu ngusir mama?” Pemuda itu berdeham lalu melengos dari sana seraya merapikan style

  • Still with you   60

    Jerome menaruh rasa curiga dengan perempuan yang sedang duduk mengamatinya dari dekat sofa panjang, pemuda itu merasa aneh dengan ketidak hadiran sang pemilik acara dari awal hingga selesai, Lami pun ikut menyindir Maria yang mati-matian tak bisa menahan diri untuk tidak dekat-dekat dengan kakak iparnya itu. Lami menahan kesal agar tetap menjalankan acara dengan baik kala itu sampai selesainya acara tersebut perempuan yang memiliki hubungan darah dengan Rosa itu beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju kamar sang kakak. "Udah kali menelnya, masih aja menel. Gak ingat kemarin yang ngajak baikan siapa?!" Ketus perempuan itu yang langsung bergegas pergi meninggalkan halaman rumah."Sirik aja sih!" Seru Maria sinis."Ya gak sirik lah! Calon gue lebih kaya dari cowok yang ada disebelah loe!!" Balas Lami tak kalah nyinyir, sedangkan Jerome menghela panjang dan mengalihkan pandangannya pada pintu kamar sang kakak ipar. Lelaki itu mendadak cem

  • Still with you   59

    Rosa duduk menatap layar kaca televisi, perempuan itu baru saja mendapatkan kabar bahwa sang editor telah mengundurkan diri sebagai seorang editor karena masalah yang tak bisa dijelaskan. Jujur saja perempuan itu terkejut sudah berapa lama ia tak pernah berhubungan dengan editornya, selama Ayu lah yang sudah banyak membantunya dalam proses belajar kepenulisan. Perempuan itu tak bertanya siapa editor penanggungjawab selanjutnya pada pihak atasan, namun dari setiap group chat bisa dirinya tebak dengan mudah siapa selanjutnya. Jaeran mematikan televisi saat masuk ke dalam rumahnya itu, perempuan tersebut tak fokus pada apa yang telah dia lihat, pemuda itu tersenyum tipis kemudian merangkul pinggang sang istri. Digenggamannya sudah ada hasil pemeriksaan medis atas pengulangan tes ulang uji coba darah. "Maafin aku selama ini gak pernah percaya sama kamu," cicit lelaki tersebut memelan.Perempuan itu menoleh cepat lalu mendengus dingin saat mendengar suara sang suami,

  • Still with you   58

    Herina menyambut baik kedatangan Rosa dengan memeluk tubuh ramping itu erat, perempuan yang kini duduk di kursi terapi tersebut kembali menuangkan semua keluh kesahnya. Herina menghela panjang seraya mencatat apa saja yang perlu diperhatikan dalam konsultasi kali ini. Tak banyak yang dapat Herina bantu saat konsultasi berlangsung namun paling tidak Rosa bisa mengurangi pikirannya, dan mengurangi munculnya dosis tambahan dalam konsumsi obat-obatannya. Herina mengulas senyum tipis kemudian melangkah menuju meja kantor, lalu meraih ponselnya dan menekan nomor telepon sang teman dekat, Rosa masih memejamkan matanya menikmati angin yang berhembus pada rambut hitam panjang miliknya. "Kamu gak suka sama harumnya? Apa besok mau aku ganti aja?" Rosa menatap langit ruangan tersebut."Gak usahlah, terlalu berlebihan.""Kalo buat kamu nyaman, ya gak apa-apa. Lagipula aku juga perlu kok." Sudah tak ada sahutan lagi dari sang lawan bicara lalu Rosa menari

  • Still with you   57

    Entah mengapa perasaannya jauh lebih rumit dari sebelumnya, perasaan yang Jerome sendiri tak mengerti itu sebuah cinta atau hanya rasa ingin melindungi saja, hancur rasanya liat kakak iparnya menangis ketika sang suami yang notabenenya adalah kakak laki-lakinya sendiri selalu membuat kesalahpahaman dalam berkomunikasi dengannya. Jerome tak bisa berkata dirinya rela melepas semua perasaannya demi sang kakak, pemuda tersebut tau bagaimana cara mencintai seperti yang dirinya inginkan. Walaupun harus mengorbankan perasaan yang lain, pemuda tersebut merasa tak masalah jika dirinya harus mengalah lagi, Hilda menatap binar lelaki tersebut lalu tersenyum manis sambil melambaikan tangannya pada Jerome yang tengah berdiri di depan rumahnya. Pemuda itu seketika merasa tidak tega dengan pilihannya, "ada apa?" Jerome menggeleng perlahan sembari memeluk tubuh kurus sang tunangan."Apa aku gak boleh merindukanmu?" Tenang pemuda yang sontak saja membuat sang perempuan berdebar-

  • Still with you   56

    Rosa menatap langit yang mengubah suasana menjadi lebih berwarna hitam pekat, perempuan itu masih tetap diam meski tanpa dirinya sadar air matanya kembali mengalir dari kedua pelupuk matanya, jengah dengan kehidupannya yang selalu membuat orang lain berada di posisi itu. Perempuan tersebut menggenggam erat plang besi yang ada di depan kamarnya, sesak hatinya semakin membuat sang suami tak mau memedulikan apa yang sudah ia perbuat. Jaerannya kini telah berbeda entahlah ada apa dengan hubungan cinta keduanya yang sampai saat ini tak kunjung mengalami peningkatan sepesat itu, Rosa merasa lebih tidak dihargai oleh sang pemuda; sang pemuda lebih sering mengundang perempuan lain tanpa persetujuannya. Itu membuat sang adik kesal, "kenapa diam aja sih!! Si gundik di undang mulu!!?" Lami tak langsung menatap wajah sang kakak, kini ia tau mengapa sang kakak perempuannya itu mengundangnya datang. "Kakak seharusnya usir gundik itu! Ini kan rumah kakak! Kenapa semua laki sama aja!! Kesal banget

  • Still with you   55

    Rumah terlihat berantakan karena tidak ada yang memerhatikan, Rosa menatap sendu wajah suaminya yang tampak acuh terhadap perempuan tersebut, Rosa merasa sesak ketika sang suami tak memedulikannya kala itu. Perempuan itu masih diam meski tau kondisinya tengah mengandung anak pertama, itu tak memberikan kesan yang baik untuk perasaannya; perempuan yang saat melengangkan kakinya masuk ke dalam dapur itu meraih benda tumpul yang sering ia gunakan untuk memasak. Rosa mengeratkan genggaman tangannya pada benda tersebut tak lama ponselnya bergetar hebat, perempuan itu masih tetap memandang wajah sang suami yang tak mau menoleh ke arahnya. Sakit sebenarnya bagi Jaeran melakukan hal ini akan tetapi terlalu banyak yang pemuda tersebut pikirkan ketika mengambil keputusan tersebut, "kamu ngapain?" Rosa tersenyum senang ketika mendengar suara berat Jaeran. Namun senyumnya sirnah ketika tau siapa yang ia ajak bicara."Kayanya aku udah gak ada artinya lagi dimata kamu'.

DMCA.com Protection Status