Home / Romansa / Still The Same / 5. Sisi Lain Hana

Share

5. Sisi Lain Hana

Author: ayuniarani
last update Last Updated: 2020-11-25 18:41:49

Hana mengikuti langkah Sean dan langsung di sambut oleh Raina di depan pintu. Raina langsung memeluk kaki Hana melepaskan kerinduannya pada kakak angkatnya tersebut.

Hana menjauhkan tubuh Raina dari kakinya dan merasakan jika tubuh gadis kecil itu bergetar. Kemudian Hana berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan gadis manisnya. Hana membelalakkan mata mengetahui Raina sedang menangis. Di hapusnya jejak air mata yang mengalir di pipi chuby Raina.

"Raina kenapa nangis?" tanyanya langsung lalu merengkuh tubuh Raina ke dalam pelukannya. Ia tidak bisa melihat adik kecilnya ini menangis.

"Rindu kak Ha... Hana." ucap Raina di sela tangisannya.

Jika mempunyai waktu senggang Hana memang akan menyempatkan diri berkunjung ke Day Care. Namun satu minggu kemarin ia benar-benar tidak bisa karena Bundanya sedang sakit dan dirinya sedang sibuk mengerjakan tugas sekolah.

Hana mengenal Raina empat tahun yang lalu saat ia ikut Citra ke Day Care ini. Citra selalu mendonasikan uang untuk anak-anak yang terlantar. Waktu itu umur Raina dua tahun, bahkan ia di temukan dua hari sebelum kedatangan Citra dan Hana ke Day Care. Nama Raina, Hana sendiri yang memberikannya. Ia langsung jatuh hati ketika melihat Raina yang menggemaskan. Pernah suatu hari Hana meminta pada Citra untuk mengadopsi Raina. Tapi usulan itu di tolak secara halus oleh Citra. Bukan karena ia tidak ingin, tetapi ia berpikir nantinya Raina tidak terawat dengan baik. Sebab, ia sibuk dengan pekerjaannya lalu Hana dan Azka mereka harus bersekolah.

"Maafkan kak Hana yah." Hana mengusap punggung Raina bermaksud untuk meredakan tangisnya. Raina melepas pelukannya dan mengangguk mengerucutkan bibirnya.

"Kalo gitu senyum dong. Kan Raina nggak imut lagi kalo cemberut gitu." Hana mencubit kedua pipi Raina dengan gemas.

Setelah Hana melepas tangannya dari pipi Raina. Raina langsung tersenyum lebar menampakkan giginya.

"Ishhh adik kak Hana kok ngegemesin. Ya udah yuk masuk." Hana menggandeng tangan Raina masuk ke dalam Day Care.

Hal itupun tak luput dari perhatian Sean. Dengan sifat Hana yang seperti itu, membuat Sean semakin memiliki rasa sayang yang kuat pada Hana.

Hari ini merupakan hari yang paling menyenangkan untuk Sean. Bagaimana tidak, seharian ini yang menjadi pemandangannya adalah senyum yang terus mengembang di bibir Hana. Melihat bagaimana Hana sangat menyayangi anak-anak di sini. Hana dengan sabarnya membantu mereka belajar, menemani mereka bermain, bernyanyi, membuatkan cemilan sehat bahkan menidurkan mereka. Hana sudah seperti ibu bagi mereka.

"Capek ya." Sean memasang sabuk pengamannya lalu menatap Hana yang sedang sandaran di kursi penumpang sambil memejamkan mata.

"Iya. Tapi itu menyenangkan." Hana berucap masih memejamkan mata.

"Ya udah, lo tidur aja dulu. Nanti kalo udah sampai rumah lo gue bangunin."

Hana menanggapi dengan anggukan. Sean kemudian menghidupkan mesin mobilnya lalu menjalankannya keluar parkiran menuju rumah Hana.

***

"Minggu depan sepupu gue bakal pindah ke sini." Syafa meletakkan kacamata baca dan bukunya di atas meja lalu duduk di sisi ranjang.

Hana yang sibuk dengan ponselnya langsung mendongakkan kepala tanda tidak mengerti maksud Syafa.

Syafa menghela nafas sejenak. "Sepupu gue yang tempo hari gue ceritain ke lo itu mau pindah ke sini. Alias dia bakal netap di rumah gue untuk beberapa waktu."

Hana menganggukkan kepala mengerti. "Yang pacarnya Ashila itu yah."

"Gue nggak ngerestuin mereka yah!" sela Syafa.

Ponsel Hana bergetar tanda ada pesan masuk.

Abang Azka : Udah makan dek?

Hana menghela nafas sejenak, berpikir jika Abangnya punya maksud terselubung dari pesannya ini. "Iya tau gue. Terus kenapa lo jadi gelisah gitu?" Hana kembali menatap ponselnya untuk membalas pesan Azka.

Me : Udah AbangšŸ˜’

"Yah gimana ya. Sepupu gue itu juga bakal sekolah disini, di sekolah yang sama ama kita." Jelas Syafa. 

"Lalu?" Hana menatap Syafa dengan keheranan. "Lah, itu baguskan?" lanjutnya.

"Apanya yang bagus Hana. Yang ada mah mereka nanti makin deket. Akhhh pokoknya nggak boleh, ini nggak boleh di biarin." Syafa mengambil bantal di sebelahnya lalu diremasnya dengan kuat seakan-akan itu adalah Ashila.

Hana menggelengkan kepala dan kembali menatap ponselnya.

Abang Azka : muka Adek kok gitu amat.

Abang Azka : lama banget sih balasnya. 

Me : Abang itu bukan muka, tapi emoji. Sorry adek lama balas tadi, soalnya denger Syafa curhat dulu.šŸ˜‰

Me : bukannya Abang sibuk?

Hari ini memang Hana menginap di rumah Syafa karena Bunda dan Abangnya sedang berpergian dalam urusan pekerjaan.

Abang Azka : Syafa curhat apa?

Hana mendengus karena pertanyaannya tidak di jawab. Sedangkan Syafa kini beranjak dari ranjang menuju rak untuk menyusun buku-bukunya.

Me : Abang kepošŸ˜

Abang Azka : biarinšŸ˜“

Me : Syafa curhat tentang cowok.

Hana tidak bohong tentang ini. Syafa memang curhat tentang cowok. Sepupunyakan cowok. Namun Hana merasa bersalah, mungkin saja Abangnya akan patah hati. Hana kemudian mengetikkan kembali pesan pada Azka.

Me : Sepupunya yang cowok.

Abang Azka : Ya udahšŸ˜† kalo gitu salam Abang ke Syafa.

Me : SiipšŸ‘

Hana kemudian melihat Syafa yang sedang merapikan buku di rak bukunya. "Fa. Abang gue nitip salam."

Entah bagaimana reaksi kaget Syafa sampai buku-buku yang ia susun tadi langsung jatuh berhamburan di lantai.

Hana berdecak lalu berdiri untuk membantu Syafa membereskan kekacauan yang terjadi. Di tumpuk-tumpukkannya buku tersebut kembali lalu meletakkannya di rak. "Lo kenapa?"

"Hah. Gue nggak kenapa-napa." Elak Syafa yang kini menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Abang gue nitip salam ama lo." Hana merapikan susunan buku tersebut agar letaknya terlihat bagus. Kemudian dia tak sengaja melihat sebuah photo yang terselip di salah satu buku Syafa.

"Iya." Syafa menjawab salam dari Azka.

Hana senyum-senyum sendiri memandangi photo tersebut. "Lo belum move on yah dari Abang Azka?"

Syafa yang mendengarkan perkataan Hana itu langsung membelalakkan mata. "Siapa bilang?!" bantahnya seperti tidak terima.

"Lalu ini apa?" Hana menunjukkan photo yang tadi di dapatnya.

Syafa otomatis kaget bukan kepalang. 

ā€™Bagaimana bisa photo itu ada disana?ā€™ batin Syafa.

"Balikin nggak!" Syafa berusaha mengambil photo itu dari tangan Hana.

Hana tertawa sebelum berlari untuk menghindari Syafa. 

"Hana. Ish balikin!" Syafa mengejar Hana yang masih terus saja berlari mengelilingi kamar Syafa.

Entah sudah berapa lama mereka berlari, keduanya pun lelah. Syafa lebih dulu merebahkan dirinya di ranjang lalu diikuti Hana.

"Pantes pelajaran olahraga gue nilainya cetek semua. Lari begini aja gue nggak kuat." ucap Syafa dengan ngos-ngosan.

"Sama. Nih." Hana menyerahkan photo Syafa dan Azka yang sedang berangkulan itu pada empunya.

"Jangan bilang-bilang Azka yah Na." ada nada memohon yang di ucapkan Syafa di sana.

Hana menatap Syafa lalu tersenyum. "Lo tenang aja. Rahasia lo aman ama gue."

Syafa mengangguk kemudian menatap photo yang di ambil waktu SMA itu. Waktu di mana hubungannya dengan Azka baik-baik saja.

Hana berpikir bahwa Syafa memang belum bisa melupakan Abangnya, begitupun juga dengan Azka. Dan Hana berharap mereka bisa kembali seperti dulu lagi.

Related chapters

  • Still The SameĀ Ā Ā 6. Bad Day

    Pagi ini Hana berjalan menyusuri koridor dengan riangnya. Di sapanya setiap siswa-siswi yang melewatinya. Ketika ada yang memanggil namanya ia pun berhenti dan berbalik."Hana, tugas dari Bu Ratna udah gue teliti. Tinggal di serahin aja ke Bu Ratnanya. Nih, lo aja yang serahin yah soalnya gue ada tugas ngambil bagian di upacara." Gisel teman sekelas Hana menyerahkan beberapa lembar kertas yang telah dijilid rapi."Baiklah, kalo gitu gue taruh tas dulu baru ke ruang guru yah." Hana baru saja akan melangkah namun kembali di hadang oleh Gisel."Elo ke ruang guru aja sekarang Na, soalnya nanti keburu upacara. Itukan harus di setor sebelum upacara." Anjur Gisel yang terlihat seperti sedang terburu-buru."Oh gitu yah? Oke gue ke ruang guru dulu deh. Bye." Hana melangkah meninggalkan Gisel menuju ke ruang guru. Sedangkan Gisel berlari menuju ke lapangan.Hana berjalan di koridor sekolah sembari menat

    Last Updated : 2020-11-25
  • Still The SameĀ Ā Ā 7. Takdir?

    Kantin saat ini tengah ramai oleh siswa-siswi yang tengah menghabiskan jam istirahatnya untuk makan. Begitupun dengan Syafa yang sedang menikmati baksonya. Syafa memang sedang badmood akibat ulah Ashila tadi pagi. Namun jika sedang berurusan dengan makanan, Syafa akan melupakan segala kekesalannya.Lain halnya dengan Hana yang hanya menatap dan mengaduk baksonya tidak selera. Hari ini benar-benar hari yang buruk baginya. Hana merasa jika bangku di sebelahnya ada yang menduduki. Hana tau siapa orang itu, pasti Sean. Namun Hana masih lebih memilih untuk memandangi baksonya seakan-akan itu lebih menarik di banding keadaan sekitar."Kalian udah akrab aja. Kalian dari mana?"Itu suara Syafa. Tunggu, apa katanya tadi? Kalian? Hana langsung mendongakkan kepala dan yang benar saja, di seberang meja ada Syafa dan... Gibran? Sejak kapan dia ada disini."Gue tadi habis ngajakin Gibran keliling sekolah dulu." kini Sean me

    Last Updated : 2020-11-25
  • Still The SameĀ Ā Ā 8. Penjelasan

    Suasana taman saat ini benar-benar sepi. Hanya ada dua sampai tiga orang yang berlalu lalang melewati taman. Kebanyakan siswa-siswi lebih memilih menghabiskan waktu istirahatnya di kantin atau sekedar mengikuti eskul kesukaan masing-masing.Suasana seperti ini pun membuat suasana canggung antara dua insan yang saat ini berdiri di bawah pohon yang rindang. Saling menatap, seakan tatapan itu mampu menyalurkan rasa rindu yang selama ini mereka pendam. Setelah beberapa tahun lamanya tidak bertemu. Bahkan sepatah katapun sedikit sulit keluar dari keduanya.Gibran ingin menjelaskan hal kepindahannya itu pada gadisnya saat sepulang sekolah nanti. Namun sedarinya ia dari kantin di lihatnya gadis kesayangannya yang sedang berjalan menuju arahnya. Gibran tau. Hanya dari tatapan, gadisnya itu butuh penjelasan. Hingga di sinilah mereka sekarang.Gadisnya masih tetap cantik, walaupun terakhir kali mereka bertemu sekitar tiga tahun yang lal

    Last Updated : 2020-11-25
  • Still The SameĀ Ā Ā 9. Mimpi Buruk

    Hana kembali memperbaiki posisinya dan memilih untuk tidur di pangkuan Azka. Kaleng minuman yang di pegangnya tadi di letakkan di meja depan sofa. Di lihatnya ponsel yang bergetar di atas meja. Hana meraih ponselnya dan melihat pesan berturut-turut dari Syafa.Syafa AA : gilakšŸ˜ šŸ˜ Syafa AA : gue nggak relaaaaaaaajddffjadjhkkd.Syafa AA : Sepupu gue kok makin dekat ama nek lampir.Syafa AA : Gue lebih ngerestuin lo ama GibranšŸ˜ daripada ama tuh nek lampiršŸ˜ˆHana memutar bola matanya jengah. Syafa sudah tau jika saat ini Hana dan Gibran sedang mengibarkan bendera perang, tapi masih sempat-sempatnya dia mau menjodohkan mereka.Me : HEHH!!! Apaan lo. Gue mah ogah ama sepupu lo.šŸ˜ Me : Najisin tau nggak!!!šŸ˜¬šŸ˜¬Syafa AA : Elahhh. Kalo di sodorin lo juga mau kan? Secara gitu sepupu gue kece abisšŸ˜ŽMe : O

    Last Updated : 2020-11-25
  • Still The SameĀ Ā Ā 10. Bad Day 2

    Hana tersentak terbangun dari tidurnya. Badannya gemetar dan terasa panas dingin. Ia ketakutan. Mimpi itu datang lagi untuk yang kesekian kalinya. Mimpi yang selalu menjadi bayang-bayang kegelapan dalam hidupnya.Azka merasa jika orang yang berada di sampingnya sedang bergerak gelisah. Ia pun terbangun dan mendapati Hana adiknya yang sedang duduk memeluk kedua lututnya. Keringat bercucuran keluar dari tubuhnya. Serta pandangannya kosong menatap kedepan. Azka khawatir melihat keadaan adiknya. Ia pun langsung memeluk Hana. Dirasakannya jika adiknya ini menangis. Jelas karena kaos yang dipakainya ini basah serta badan adiknya yang gemetar."Mimpi itu lagi?" Azka berucap pelan sembari mengusap lembut kepala Hana."Aku takut Abang." Hana berucap di sela tangisnya. Mimpi itu benar-benar menakutkan.Azka semakin mempererat pelukannya. "Ada Abang di sini."Lama mereka berpelukan, menunggu Hana untuk tetap t

    Last Updated : 2020-11-25
  • Still The SameĀ Ā Ā 11. Takut Berpaling

    Gibran saat ini sedang duduk di kantin bersama Ashila menikmati makanan mereka."Sayang banget kita nggak satu kelompok." Ashila kini menatap Gibran dengan bibir yang mengerucut.Gibran terkekeh melihat ekspresi Ashila yang menggemaskan. "Kan tiap hari juga ketemu."Ashila mengangguk. "Mau itu." Ashila menunjuk batagor milik Gibran.Gibran pun menusuk batagor tersebut memakai garpu dan menyuapkannya pada Ashila. Saus kacang yang belepotan di bibir Ashila langsung di bersihkan oleh Gibran menggunakan tissue."Kamu nggak bakalan ninggalin aku kan?"Gibran terhenyak heran dengan pertanyaan Ashila yang tiba-tiba. Tak lama setelahnya ia pun langsung tertawa. "Kamu kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?" ucap Gibran disela-sela tawanya.Ashila merasa sebal di tertawakan seperti itu. Ia pun berusaha untuk kembali tenang. Tak lama di lihatnya Syafa dan Hana masuk ke k

    Last Updated : 2020-11-25
  • Still The SameĀ Ā Ā 12. Kesal

    Setelah sampai di rumah Syafa. Hana sibuk mencari obat yang dibelinya tadi di dalam kantongan belanjaan. Setelah menemukan apa yang dicarinya maka ia langsung bergegas berlari menyusuri tangga menuju ke lantai dua tempat kamar Syafa berada. Meninggalkan Gibran yang berdecak kesal karena belanjaannya menjadi berantakan.Dibukanya pintu kamar berwarna coklat gelap itu dengan pelan. Hana menemukan Syafa yang sedang tidur di ranjangnya dengan posisi tengkurap sambil memegangi perutnya. Tidak. Syafa tidak tidur, ia hanya memejamkan mata. Karena Hana bisa melihat gerak gelisah pada sahabatnya itu.Hana pun berjalan mendekati Syafa dan duduk di ranjang. "Fa." Hana memegang pundak Syafa."Hngg." Hanya lenguhan yang keluar dari mulut Syafa."Sakit banget yah." Hana meringis melihat Syafa yang sepertinya masih menahan sakit.Hana memang sering merasakan kesakitan seperti itu. Tapi tidak sampai membuat d

    Last Updated : 2020-11-25
  • Still The SameĀ Ā Ā 13. Kembali Menghantam

    "Gimana?""Apanya yang gimana?"Rasanya?""Lumayan.""Cuman lumayan?""Terus mau lo apa?""Ya ampun Gibran. Masakan Hana itu enak dan lo cuman bilang lumayan." Syafa geleng-geleng kepala."Udahlah Fa, ngapain sih lo butuh pendapat dia. Nggak penting banget tau nggak." Hana berdiri dari kursinya lantas menumpuk-numpukkan piring dan gelas bekas. Setelah itu ia pun berlalu menuju dapur untuk mencuci piring.Mereka bertiga baru saja selesai makan malam. Semua hidangan yang tadi tersaji adalah masakan Hana. Syafa hanya turut andil dalam mencuci bahan dan juga menyiapkannya di meja makan tadi.Masakan Hana memang luar biasa enak. Hanya saja Gibran malas untuk mengakuinya. Takutnya si Hana tengil jadi besar kepala.Syafa menyipitkan mata tidak percaya. "Kok akhir-akhir ini omongan lo nggak bisa di percaya?"

    Last Updated : 2020-11-25

Latest chapter

  • Still The SameĀ Ā Ā 17. Perhatian Gibran

    Hari ini Hana datang ke sekolah sedikit terlambat dari biasanya. Saat menyusuri lorong menuju kelasnya ia merasa ragu. Setelah kenyataan yang terungkap kemarin, dia menjadi enggan untuk bertemu dengan Gibran. Tapi mau bagaimana lagi, kewajibannya sebagai siswa adalah mengikuti pelajaran.Sesampainya di depan kelas, Hana berdiam diri. Suasana ramai yang terdengar dari dalam kelas menandakan kalau sebagian besar temannya sudah datang. Hana memegang erat totebagnya sembari berpikir keras jika masuk nanti dia berencana untuk langsung duduk saja tanpa melihat Gibran.ā€œHana.ā€Hana berbalik dan mendapati Sean yang berlari ke arahnya. Entah mengapa, Hana merasa lega dengan kehadiran Sean.ā€œTumben telat, biasanya juga paling awal datang. Kirain Lo absen tadi.ā€ Ucap Sean yang kini berdiri tepat di depan Hana.ā€œSotoy banget sih, telat apaan coba. Bel masuk aja belum bunyi.ā€ Dengus Hana yang dibalas tawa oleh S

  • Still The SameĀ Ā Ā 16. Pertemuan Kembali

    Pov Hanaā€Abi?ā€Mendengar Abang Azka menyebut nama itu, aku membelalakkan mata kaget. Siapa yang kakakku panggil dengan sebutan Abi ini? Gibran? Aku langsung mengarahkan pandangan ke Gibran untuk melihat bagaimana ekspresinya saat ini. Terlihat dia juga sedikit kaget lalu dengan cepat mengubah ekspresinya seperti biasa. Ini tidak mungkin Gibran kan? Aku kembali berusaha meyakinkan diri sendiri kalau memang Abang Azka hanya asal menyebut nama. Namun tidak dengan jawaban Gibran.ā€œIya?ā€ ucapnya tidak yakin.Aku menggelengkan kepala berusaha memahami suasana. Keadaan ini masih rumit untuk ku cerna.ā€œBenarkan ini Abi? Yang dari Bandung, anaknya Pak Umar.ā€ Azka langsung memeluk Gibran dengan cara pelukan laki-laki ke sesama lalu menepuk-nepuk pundaknya. Wajah Azka terlihat sangat senang.Aku menghampiri mereka, mungkin ada kesalahpahaman disini.ā€œAbang.ā€ Aku menarik

  • Still The SameĀ Ā Ā 15. Pertemuan

    FLASHBACKSudah menjadi kebiasaan dari Keluarga Umar dan Keluarga Regar untuk kumpul bersama di hari minggu. Mereka akan bercengkrama riang sambil melepas penat karena telah bekerja seharian. Bahkan tak jarang pula mereka keluar rumah untuk mengunjungi pantai atau sekedar piknik di taman kota."Azka. Tolong ambilin hp bunda di kamar." terdengar suara Citra dari dapur."Kalian jangan dulu main tanpa aku, oke. Awas kalau kalian main curang." Azka berdiri lalu segera berlari ke kamar bundanya."Iiih, Abang Azka lama. Inikan giliran aku yang main." Ayi memberenggut kesal hingga membuat Abi tertawa."Udah, tungguin aja dulu. Barusan juga, Abang Azka pergi." Abi menggocok ember yang di dalamnya terdapat dadu, lalu melemparnya. Baru saja Abi ingin melihat angka yang keluar, namun terhalang karena Ayi lebih dulu memungutnya beserta dengan papan ular tangga dan menyimpannya di kotak khusus.

  • Still The SameĀ Ā Ā 14. Tidak Apa-apa

    "Ya ampun, Na!" Syafa membekap mulutnya tak percaya dengan apa yang dilihatnya kini. Baru saja sepersekian detik matanya terpejam larut dalam kenyamanan, harus terganggu dengan suara ketukan yang keras di pintu kamarnya. Dan setelah dibukanya pintu itu, Syafa dikagetkan oleh Gibran yang tengah menggendong Hana dalam keadaan tak sadarkan diri.Menghiraukan keterkejutan Hana, Gibran menerobos masuk dan langsung meletakkan Hana di atas ranjang.Syafa pun turut mendekat ke sisi ranjang. "Apa yang terjadi?!" tanyanya penasaran.Gibran berdiri berkacak pinggang sembari matanya terus mengawasi tubuh yang tak sadarkan diri itu. Pikirnya, barangkali ini hanya salah satu kejahilan yang dibuat Hana, namun nyatanya tidak. Gibran mengusap wajahnya gusar, "Dia pingsan."Syafa melongo mendengar jawaban dari pertanyaannya tadi. "Gue tau dia pingsan, karena gue bisa liat sendiri Gib! Maksud gue itu, kenapa? Ken

  • Still The SameĀ Ā Ā 13. Kembali Menghantam

    "Gimana?""Apanya yang gimana?"Rasanya?""Lumayan.""Cuman lumayan?""Terus mau lo apa?""Ya ampun Gibran. Masakan Hana itu enak dan lo cuman bilang lumayan." Syafa geleng-geleng kepala."Udahlah Fa, ngapain sih lo butuh pendapat dia. Nggak penting banget tau nggak." Hana berdiri dari kursinya lantas menumpuk-numpukkan piring dan gelas bekas. Setelah itu ia pun berlalu menuju dapur untuk mencuci piring.Mereka bertiga baru saja selesai makan malam. Semua hidangan yang tadi tersaji adalah masakan Hana. Syafa hanya turut andil dalam mencuci bahan dan juga menyiapkannya di meja makan tadi.Masakan Hana memang luar biasa enak. Hanya saja Gibran malas untuk mengakuinya. Takutnya si Hana tengil jadi besar kepala.Syafa menyipitkan mata tidak percaya. "Kok akhir-akhir ini omongan lo nggak bisa di percaya?"

  • Still The SameĀ Ā Ā 12. Kesal

    Setelah sampai di rumah Syafa. Hana sibuk mencari obat yang dibelinya tadi di dalam kantongan belanjaan. Setelah menemukan apa yang dicarinya maka ia langsung bergegas berlari menyusuri tangga menuju ke lantai dua tempat kamar Syafa berada. Meninggalkan Gibran yang berdecak kesal karena belanjaannya menjadi berantakan.Dibukanya pintu kamar berwarna coklat gelap itu dengan pelan. Hana menemukan Syafa yang sedang tidur di ranjangnya dengan posisi tengkurap sambil memegangi perutnya. Tidak. Syafa tidak tidur, ia hanya memejamkan mata. Karena Hana bisa melihat gerak gelisah pada sahabatnya itu.Hana pun berjalan mendekati Syafa dan duduk di ranjang. "Fa." Hana memegang pundak Syafa."Hngg." Hanya lenguhan yang keluar dari mulut Syafa."Sakit banget yah." Hana meringis melihat Syafa yang sepertinya masih menahan sakit.Hana memang sering merasakan kesakitan seperti itu. Tapi tidak sampai membuat d

  • Still The SameĀ Ā Ā 11. Takut Berpaling

    Gibran saat ini sedang duduk di kantin bersama Ashila menikmati makanan mereka."Sayang banget kita nggak satu kelompok." Ashila kini menatap Gibran dengan bibir yang mengerucut.Gibran terkekeh melihat ekspresi Ashila yang menggemaskan. "Kan tiap hari juga ketemu."Ashila mengangguk. "Mau itu." Ashila menunjuk batagor milik Gibran.Gibran pun menusuk batagor tersebut memakai garpu dan menyuapkannya pada Ashila. Saus kacang yang belepotan di bibir Ashila langsung di bersihkan oleh Gibran menggunakan tissue."Kamu nggak bakalan ninggalin aku kan?"Gibran terhenyak heran dengan pertanyaan Ashila yang tiba-tiba. Tak lama setelahnya ia pun langsung tertawa. "Kamu kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?" ucap Gibran disela-sela tawanya.Ashila merasa sebal di tertawakan seperti itu. Ia pun berusaha untuk kembali tenang. Tak lama di lihatnya Syafa dan Hana masuk ke k

  • Still The SameĀ Ā Ā 10. Bad Day 2

    Hana tersentak terbangun dari tidurnya. Badannya gemetar dan terasa panas dingin. Ia ketakutan. Mimpi itu datang lagi untuk yang kesekian kalinya. Mimpi yang selalu menjadi bayang-bayang kegelapan dalam hidupnya.Azka merasa jika orang yang berada di sampingnya sedang bergerak gelisah. Ia pun terbangun dan mendapati Hana adiknya yang sedang duduk memeluk kedua lututnya. Keringat bercucuran keluar dari tubuhnya. Serta pandangannya kosong menatap kedepan. Azka khawatir melihat keadaan adiknya. Ia pun langsung memeluk Hana. Dirasakannya jika adiknya ini menangis. Jelas karena kaos yang dipakainya ini basah serta badan adiknya yang gemetar."Mimpi itu lagi?" Azka berucap pelan sembari mengusap lembut kepala Hana."Aku takut Abang." Hana berucap di sela tangisnya. Mimpi itu benar-benar menakutkan.Azka semakin mempererat pelukannya. "Ada Abang di sini."Lama mereka berpelukan, menunggu Hana untuk tetap t

  • Still The SameĀ Ā Ā 9. Mimpi Buruk

    Hana kembali memperbaiki posisinya dan memilih untuk tidur di pangkuan Azka. Kaleng minuman yang di pegangnya tadi di letakkan di meja depan sofa. Di lihatnya ponsel yang bergetar di atas meja. Hana meraih ponselnya dan melihat pesan berturut-turut dari Syafa.Syafa AA : gilakšŸ˜ šŸ˜ Syafa AA : gue nggak relaaaaaaaajddffjadjhkkd.Syafa AA : Sepupu gue kok makin dekat ama nek lampir.Syafa AA : Gue lebih ngerestuin lo ama GibranšŸ˜ daripada ama tuh nek lampiršŸ˜ˆHana memutar bola matanya jengah. Syafa sudah tau jika saat ini Hana dan Gibran sedang mengibarkan bendera perang, tapi masih sempat-sempatnya dia mau menjodohkan mereka.Me : HEHH!!! Apaan lo. Gue mah ogah ama sepupu lo.šŸ˜ Me : Najisin tau nggak!!!šŸ˜¬šŸ˜¬Syafa AA : Elahhh. Kalo di sodorin lo juga mau kan? Secara gitu sepupu gue kece abisšŸ˜ŽMe : O

DMCA.com Protection Status