Share

Menuntut Balas

Ternyata seorang pria tua, menampilkan wajah tersenyum meneduhkan. Wajah yang selama ini menjadi idola dan panutan baginya.

"Guru?" Gumam Bagas, menyambut senyum di tengah wajah berkerut halus itu. Rambut panjang berwarna putih, berserakan di atas pundak, sebagian menutup matanya.

"Jangan takut, Pangeran. Mari, maju bersamaku," Ucapan lembut, selembut angin sepoi yang mendesis siang ini. Bagas tersenyum, percaya dirinya bangkit lebih banyak. Ia mengangguk tegas, bersama sang guru, kembali maju ke depan lawan.

Kini, pemimpin rombongan itu berduel satu lawan satu. Yang berhadapan dengan Bagas tampak tak terpengaruh sama sekali, berbeda dengan yang melawan Kakek guru. Belum lama, badannya telah terhuyung.

Belum sampai di tanah berumput, sang Kakek kembali mendorongnya dengan kekuatan serupa asap putih kebiruan. Badan kalah itu limbung, jatuh terpental ke atas tanah hingga beberapa kali.

Hal itu, membuat saudaranya kehilangan fokus dalam melawan Bagas. Akibatnya, ia pun terkena ujung
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status