Seharian berada di rumah sakit mengecek pasien, kata-kata kakaknya selalu berputar di kepalanya. Jimmy memikirkan dengan dalam setiap kata-kata yang keluar, bagaimana mungkin jika dirinya tetap memutuskan bersama dengan Febby akan membuat keluarga mereka akan pergi selamanya.
Hal yang sangat tidak mungkin terjadi, bukankah maut semuanya adalah rahasia Tuhan. Jimmy menggelengkan kepalanya mengingat kata-kata kakaknya yang sudah seakan-akan dirinya Tuhan, walaupun sebenarnya kenangan dulu masih teringat jelas tapi bukankah masalah mereka berbeda.Jimmy mencoba mengingat bagaimana Febby dan ayahnya, Yudi. Kedua orang ini sangat baik tidak mungkin melakukan hal gila, walaupun hubungan mereka tidak direstui dan memilih mengakhirinya bukan berarti ketika mereka memutuskan bersama akan terjadi hal yang dikatakan kakaknya.“Melamun aja,” ucap Danu menepuk bahu Jimmy.“Darimana kamu?” tanya Jimmy melihat penampilan Danu.“Mau temani Dok“GILA!” Danu berteriak kencang.Beberapa jam mereka berada di ruang operasi menyaksikan bagaimana kedua professor bekerja sama menyelamatkan bayi dari zat berbahaya, bayi tadi sempat kehilangan denyut jantung karena menghirup udara yang sudah tercampur dengan zat berbahaya.“Mereka berdua memang hebat.” Jimmy mengakui kehebatan mereka berdua.“Prof Yudi bicara sama kamu?” tanya Danu dengan nada serius.Jimmy menganggukkan kepalanya “Aku tidak tahu dasar kamu mengambil keputusan itu, tapi aku akan mendukung apapun itu yang kamu ambil.”“Aku tahu kamu masih memiliki keinginan untuk tidak ada Sabi berikutnya, aku tidak jauh berbeda dimana tidak ingin ada bayi-bayi yang memiliki masalah jantung. Aku mengambil keputusan itu bukan karena kamu, walaupun juga memikirkan kamu didalamnya.” Danu membuka suaranya “Jangan berpikir yang negatif tentang keputusan yang aku ambil.”“Aku malah takut kamu mengambil keputusan karena aku
Jimmy berjalan dengan sangat cepat menuju ruangan dimana Wijaya berada, kabar yang dia dapatkan membuatnya langsung menuju kesini. Setidaknya jam kerjanya sudah selesai setelah memastikan kondisi bayi baik-baik saja, tepat depan pintu Jimmy mengatur nafasnya sebelum membukanya. Memasuki ruangan mendapati kedua orang tuanya dan Rifat berbicara santai, mereka menatap Jimmy dengan tatapan yang tidak tahu apa. Jimmy menatap sekitar tidak ada siapapun, membuatnya berpikir jika dirinya sedang dikerjai oleh sang mami. “Bagaimana keadaan papi?” tanya Jimmy ketika sudah berada di dekat Wijaya. “Tadi sempat kehilangan denyutnya tapi berhasil diambil tindakan,” jawab Rifat yang ada di belakang Wijaya. “Abang dan lainnya kemana?” tanya Jimmy penasaran. “Mereka kembali ke kantor,” jawab Tania langsung “Kamu habis operasi?” Jimmy menganggukkan kepalanya, menceritakan apa yang kemarin dia alami dan harus lakukan sebelum datang kesin
Ruang kerja, Jimmy menggunakan ruang kerja untuk berbicara empat mata dengan Siena setelah pembicaraan mereka dengan Wijaya. Jimmy sangat tahu jika waktu papinya tidak akan lama lagi, serangan yang terjadi tadi adalah petanda jika memang waktunya sudah dekat. Penyakit komplikasi dengan usia yang sudah tidak bisa melakukan tindakan lebih, walaupun selama masa muda papinya adalah orang yang peduli dengan kesehatan tapi ternyata tetap jatuh kedalam penyakit di usia tuanya ini.“Jeno siapa dia?” tanya Jimmy langsung.“Seseorang.” Siena menjawab singkat.“Ayolah, Siena! Apa yang harus aku lakukan agar hubungan kita bisa seperti dulu? Aku seperti orang bodoh yang tidak tahu apapun tentang kamu, tidak tahu kesalahan apa yang sudah aku perbuat sama kamu.” Jimmy mengatakan dengan sedikit frustasi.“Kamu tidak perlu tahu apa-apa tentang aku.” Siena mengatakan dengan santai.“Siena, kamu tadi dengar permintaan papi? Mereka semua meminta ki
Fokus, mencoba fokus dengan pekerjaannya itu yang dilakukan Jimmy saat ini. Tidak memikirkan tentang pembicaraan atau kenyataan yang didapatnya kemarin, semua harus sesuai dengan apa yang direncanakannya hari ini.“Jadwal praktek sudah keluar,” ucap Danu sambil menatap layar.“Baguslah,” ucap Jimmy menanggapi dengan santai.“Kamu nggak papa?” tanya Danu memastikan.“Nggak, memang kenapa?” Jimmy menatap Danu dengan bingung “Oh...masalah praktek. Aku nggak masalah sama sekali, aku memikirkan hal lain.”“Febby?” tebak Danu yang langsung dijawab dengan gelengan kepala Jimmy “Lalu?”“Complicated, aku nggak tahu harus cerita darimana.” Jimmy mengangkat bahunya “Aku harus ngecek bayi yang kemarin.”Jimmy menatap layar dan rekaman medis yang baru dibacanya, menghembuskan nafas panjang sebelum beranjak dari tempat duduknya. Berdiri dengan menepuk bahu Danu pelan sebelum meninggalkan di ruangan seorang diri, melangka
Seminggu sudah Jimmy tidak pulang ke rumah, tugas yang diberikan Albert untuk menggantikannya selama tidak di tempat membuat Jimmy lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit. Beberapa kali dirinya mendatangi Wijaya yang masih berada di rumah sakit dengan ditemani maminya, Tania. Kondisi kesehatannya sudah sedikit membaik tapi tetap saja membutuhkan perhatian ekstra, salah satunya adalah faktor usia. Pria dengan egoisnya selalu meminta pulang ke rumah, menghabiskan waktu di rumah atau terkadang memakan sesuatu yang dilarang oleh dokter. Jimmy yang membaca group chat keluarga hanya bisa menggelengkan kepalanya, beberapa kali saudaranya sudah meminta dirinya untuk datang atau pulang ke rumah.“Papi kamu tuh ya nggak jauh sama Lucas, keras kepala.” Tania mengatakan dengan sedikit emosi.“Sabar, mi.” Jimmy menenangkan Tania dengan membelai punggungnya pelan.“Kamu lagi libur?” tanya Tania menatap Jimmy penuh selidik.Jimmy menga
“Mau kemana?” tanya Tania saat melihat Jimmy tapi.“Rumah Siena,” jawab Jimmy yang membuat Tania menatap bingung “Ada yang mau aku bicarakan, mi.”Jimmy mendatangi Tania dengan mencium pipinya sekilas sebelum keluar, langkahnya terhenti mendapati Rifat yang berbicara dengan Rey serius. Tidak ingin mengganggu waktu mereka dengan tetap berjalan kearah rumah Siena, langkahnya terhenti tepat di depan pintu pagar rumah Siena. Jarak rumah mereka yang tidak terlalu jauh, menuju rumah Siena hanya dengan berjalan kaki, menekan bel rumahnya dari dalam Jimmy bisa mendengar suara anak kecil didalam. Tidak lama pintu terbuka menampilkan Siena dengan menggunakan pakaian rumah dan anak laki-laki disampingnya, terkejut dengan kedatangan Jimmy tapi tidak lama menampilkan ekspresi biasa.“Ada apa datang kesini?” tanya Siena setelah berada dihadapan Jimmy.Jimmy mengalihkan pandangan dari anak laki-laki disamping Seina dengan mantap Siena yang saat ini menat
Kedatangan Siena langsung disambut oleh maminya dengan tangan terbuka, tidak berbeda jauh dengan Fransiska dan Anggi. Jimmy menatap dalam diam, membayangkan Febby yang mendapatkan perlakuan seperti ini, tapi tampaknya akan sangat sulit.“Bicara di taman belakang aja nanti mami bilang bibi buat siapin kalian camilan dan minuman.” Tania menatap Jimmy dan Siena bergantian.Membawa Siena masuk kedalam menuju taman belakang, tempat yang menjadi favorit mereka semua. Mereka duduk berhadapan membuat Jimmy bisa menatap Siena secara keseluruhan, sahabatnya dari kecil yang dilupakan begitu saja. Bibi mengantarkan camilan untuk mereka berdua, belum ada yang membuka pembicaraan dan tampak Siena sedang mengatur kata-kata yang akan diucapkan.“Jadi?” Jimmy membuka suaranya terlebih dahulu.“Aku harap kamu jangan terkejut dan jangan potong ceritaku nanti.” Siena mengatakan aturannya terlebih dahulu.Jimmy menganggukkan kepalanya “Kalau kamu be
“Apa maksudmu?” tanya Jimmy menatap terkejut. “Bukan suatu yang penting untuk sekarang.” Siena tersenyum kecil melihat reaksi Jimmy. “Kamu tidak berniat mengatakan padaku?” tembak Jimmy langsung yang dijawab dengan gelengan kepalanya “Kamu mau menyiksaku dan membalas dendam?” “Aku tidak ada niat itu sama sekali. Saat ini aku hanya ingin hidup tenang berdua dengan Jeno, jangan merasa tanggung jawab karena Jeno bukan darah dagingmu. Aku akan berbicara dengan papi dan mami untuk tidak membuat kamu menjadi seperti ini, kembalilah bersama kekasihmu karena aku tahu kamu mencintainya.” Jimmy menatap Siena yang berbicara seakan tidak memiliki beban sama sekali, bisa saja dulu mengalami hal yang menyakitkan tapi dirinya tidak pernah ada. Mendengar setiap kata yang keluar dari bibir Siena seakan membuatnya semakin merasa bersalah, tidak mengingat apapun yang membuat wanita dihadapannya ini menderita. “Jangan memberikan tatapan seperti itu
"Kamu bukannya harus sudah cuti?" tanya Jimmy saat melihat Siena ikut masuk kedalam ruangannya"Aku bosan, kamu kerja terus Jeno sekolah full." Siena menjawab sambil mengerucutkan bibirnya "Dokter Tomo bilang kalau dia baik-baik saja dan lagian perkiraan melahirkan juga masih lama.""Terserah, kerjanya tetap di ruangan ini!" Jimmy mengatakan dengan nada tegas yang diangguki Siena.Hasil keputusan atau sidang sudah keluar, bahkan permintaan mereka terkait dengan kondisi kejiwaan dengan hasil tidak sesuai keinginan mereka membuat semua mendapatkan hukuman sesuai perbuatannya. Febby juga mendapatkan hukuman dari ikatan dokter dimana semua gelarnya dicabut, dengan begitu pendidikan yang dilaluinya menjadi sia-sia tanpa adanya gelar. Jimmy sebenarnya tidak mau mendengar kabar apapun tentang Febby, tapi ketiga sahabatnya selalu memberi kabar yang tidak tahu dapat darimana. Mendengar kabar mereka tidak satupun yang Jimmy ingat karena memang tidak penting, walaupun begitu Endi dan juga ketig
"Puas sama hasilnya?" tanya Jimmy tepat di telinga Endi."Lumayan," jawab Endi tanpa mengalihkan pandangan dari jalannya sidang.Keputusan yang dibacakan tampaknya kurang membuat keluarganya puas, Jimmy menatap istri Yudi yang terlihat santai saat hasil pembacaan hukuman. Mengikuti langkah Endi yang keluar dari ruang sidang, meninggalkan tim lawyer mereka yang masih diskusi.Endi membawa langkah mereka menuju mobil yang menjadi alat transportasi mereka berdua sejak pertama, hembusan napas panjang dikeluarkan mereka berdua saat sudah berada didalam mobil. Supir membawa mereka keluar dari pengadilan, tidak ada yang membuka pembicaraan seakan sibuk dengan pikiran masing-masing."Apa reaksi nenek dan adik Febby waktu kamu kasih tahu?" tanya Endi memulai pembicaraan mereka."Terkejut, mereka terdiam beberapa saat. Neneknya yang langsung menangis dan meminta maaf, mereka berdua juga minta bertemu sama keluarga Arkan. Aku menolak ide mereka kare
"Aku lihat Prof Yudi kemarin, berantakan dan nggak seperti biasanya."Jimmy memilih diam mendengarkan informasi yang Danu berikan, saat mendengarnya sudah tidak ada rasa kasihan sedikitpun dan tampaknya hati Jimmy sudah mati rasa mendengar informasi tentang mereka."Febby di hukum berat, benar?" Jimmy menganggukkan kepalanya "Gelar dokternya juga dicabut, tapi Prof Yudi sedang berusaha agar tidak terjadi. Aku tahu gimana perasaannya secara Febby itu anak kebanggaannya." Danu melanjutkan ceritanya dengan memberikan tambahan tentang keadaan mereka "Kamu nggak ketemu Febby?""Buat apa? Nggak penting juga." Jimmy menjawab langsung.Danu mengangguk "Benar, lagian dia yang mencelakai kamu. Aku sampai sekarang nggak nyangka kalau mereka begitu, Febby yang baik dan manja sama kamu ditambah Prof Yudi yang tegas setiap kita belajar, walaupun kalau suruh milih mending sama Prof Marcus.""Kamu kan sempat mau membantu Prof Yudi," ucap Jimmy dengan tat
"Apa aku kurang tegas?" Siena mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Jimmy ketika mereka akan tidur."Tegas yang bagaimana? Kamu ke aku dan Jeno tegas, memang kamu merasa kurang tegas?" Siena mencoba bertanya untuk mengetahui maksud Jimmy.Mendengar jawaban Siena seketika Jimmy terdiam, tatapannya kosong dan memikirkan kata-kata Zee pada saat di rooftop rumah sakit. Zee benar saat menilai dirinya yang tidak jauh berbeda dengan Lucas dulu, tapi pada saat itu papi membantu Lucas keluar dari permasalahannya. "Memikirkan apa?" suara Siena membuyarkan lamunan Jimmy, tangan Siena membelai wajah Jimmy tanpa melepaskan tatapannya "Apa ada hubungannya dengan hasil dakwaan dari Febby?" tembak Siena yang membuat Jimmy menelan saliva kasar "Maksud pertanyaan kamu tadi itu ada hubungannya sama Febby?"Jimmy tahu tidak mungkin menutupi permasalahan ini dari Siena, apalagi komitmen dirinya dalam pernikahan dengan Siena adalah saling terbuka. Banyaknya kejad
"Mereka tiba-tiba datang minta kita mencabut laporan," ucap Billy yang diangguku Zee dan keluarga Fira."Kalian tanda tangan?" Endi menatap Fira dan keluarganya yang menggelengkan kepalanya "Bagus! Mereka nggak melukai kamu, kan?" "Kita semua baik-baik saja, pengawal bekerja dengan baik dimana langsung masuk saat kita mengirim pesan." Billy menjawab pertanyaan Endi "Aku justru khawatir sama Fira bukan kita sendiri.""Kami baik-baik saja," ucap Bian menenangkan mereka "Bagaimana hasil sidangnya?""Dua puluh tahun penjara yang diikuti pencabutan gelar dokter," jawab Endi yang diangguki mereka.Jimmy hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka dengan tatapannya tidak lepas dari Zee dan Fira, perasaan bersalah kembali hadir setiap kali melihat orang terdekatnya harus menghadapi permasalahannya. Jimmy baru merasakan perasaan Zee dulu, hanya saja bedanya Billy memiliki keinginan berubah, tapi tidak dengan Febby yang tetap dengan tujuannya.
"Terdakwa diputuskan bersalah dengan menjalani hukuman selama dua puluh tahun atas kasus pembunuhan....."Jimmy fokus menatap Febby yang menundukkan kepalanya, tapi bukan tanda-tanda penyesalan melainkan ketakutan. Jimmy sangat mengenal Febby dengan sangat baik, bahasa tubuhnya bisa terbaca dan terlihat jelas dimana Jimmy bisa melihat secara jelas."Sayang harusnya hukuman mati, kita sedang diskusi untuk mengajukan banding agar hukumannya lebih berat." Jimmy mengalihkan pandangan kearah Endi yang berbisik padanya."Apa tidak keterlaluan?" Endi menatap Jimmy tajam "Bagian mana yang keterlaluan? Hukumannya? Kamu masih punya hati ternyata sama dia."Jimmy terkejut melihat reaksi Endi, menatap saudaranya yang beranjak dari tempat duduk dengan mendekati tim lawyer. Mencerna kata-kata Endi dan sedikit bingung tentang masih memiliki hati, sedangkan hatinya sudah selesai dan berpindah ke Siena, tidak hanya itu sedetik saja tidak ada membayangkan
"Kalian setuju?" Bima menatap tajam kearah Rifat dan Tania setelah mendengar permintaan Galih.Bima langsung mengambil penerbangan untuk pulang ke Indonesia setelah di hubungi Rifat tentang kedatangan Galih, Bima sudah memberi pesan apabila Galih datang ke rumah artinya mereka melakukan usaha terakhir dan tampaknya benar saat mendengar penawaran yang di berikan Galih pada keluarga mereka.Bima yang mengikuti setiap rencana yang dibuat Wijaya dulu untuk menyelamatkan Tania, arti lebih besar adalah tahu karakter mereka masing-masing dan Rifat diberitahukan hanya garis besar bukan secara keseluruhan."Kita nggak setuju, tapi Galih bilang akan memberi waktu kita berpikir." Rifat menjawab pertanyaan Bima setelah sedikit tenang."Tujuan mereka adalah membuat kalian bercerai dan menikahi Tania, semua akan mereka lakukan untuk mendapatkan nama baik keluarga seperti dulu dengan bisnis mereka yang berjalan lancar. Intinya adalah mereka ingin menguasai H&D G
"Sidangnya cepat banget?" Jimmy menatap Endi penasaran.Endi menggelengkan kepalanya "Bukan sidang masalah Zee dan Fira, tapi kelanjutan Febby.""Maksudnya?" Jimmy mengerutkan keningnya."Otaknya dia." Endi menunjuk wanita yang duduk dihadapan hakim sedang memberikan pernyataan."Istri pertama?" Endi menganggukkan kepalanya "Bagaimana bisa? Memang yakin dia?""Tim menemukan sesuatu yang aneh dari kamera CCTV dimana keberadaan dia tidak jauh dari sana. Febby mendatangi dia setelah melakukan tugasnya, bisa jadi ada kesepakatan diantara mereka atau Febby melakukan atas perintah dia." Endi menjelaskan yang membuat Jimmy mengalihkan pandangan kearah Febby "Tim masih mencari apa yang melatar belakangi Febby melakukan itu.""Kemungkinan dia bebas?" Endi mengangkat bahu "Kita bukan membantu Febby, tapi mengusut sampai tuntas. Kamu jangan sampai tergoda dengan Febby setelah nanti tahu kejadian yang sebenarnya." Endi mengalihkan
"Berita itu beneran?" Ruli memasuki ruangan Jimmy diikuti kedua sahabatnya."Berita tentang istri Prof Yudi?" Mereka bertiga menganggukkan kepalanya "Benar." Jimmy memberikan jawaban yang sebenarnya."Bukannya sudah meninggal?" Tomo menatap tidak percaya."Ibu kandungnya, wanita ini adalah istri pertama. Ibunya Febby adalah istri yang lain." Jimmy menjelaskan secara lengkap."Sekarang di kantor polisi?" tanya Danu memastikan yang dijawab Jimmy dengan mengangkat bahunya "Kamu nggak ngikutin perkembangannya?"Jimmy menggelengkan kepalanya "Aku datang karena jadwal operasi yang sama sekali tidak bisa diundur.""Kasus semakin berkembang? Prof Yudi bagaimana? Datangin kalian lagi?" tanya Danu penasaran."Dia nggak akan berani melakukan itu lagi," jawab Jimmy santai dengan beranjak dari tempat duduknya "Aku mau melakukan operasi sekarang, sampai ketemu nanti."Jimmy melanggar perintah Lucas untuk tetap berada di rumah