“Apa maksudmu?” tanya Jimmy menatap terkejut.
“Bukan suatu yang penting untuk sekarang.” Siena tersenyum kecil melihat reaksi Jimmy.“Kamu tidak berniat mengatakan padaku?” tembak Jimmy langsung yang dijawab dengan gelengan kepalanya “Kamu mau menyiksaku dan membalas dendam?”“Aku tidak ada niat itu sama sekali. Saat ini aku hanya ingin hidup tenang berdua dengan Jeno, jangan merasa tanggung jawab karena Jeno bukan darah dagingmu. Aku akan berbicara dengan papi dan mami untuk tidak membuat kamu menjadi seperti ini, kembalilah bersama kekasihmu karena aku tahu kamu mencintainya.”Jimmy menatap Siena yang berbicara seakan tidak memiliki beban sama sekali, bisa saja dulu mengalami hal yang menyakitkan tapi dirinya tidak pernah ada. Mendengar setiap kata yang keluar dari bibir Siena seakan membuatnya semakin merasa bersalah, tidak mengingat apapun yang membuat wanita dihadapannya ini menderita.“Jangan memberikan tatapan seperti itu“Gantiin Dokter Albert?” tanya Danu yang diangguki Jimmy “Gimana bokap?”“Biasa penyakit tua, ada aja mintanya. Sejauh ini sudah agak mendingan, tapi kamu tahu sendiri penyakit gitu gimana.”Danu menganggukkan kepalanya “Terbaik aja lah buat bokap.” “Amin, kamu nggak ada jadwal praktek?” tanya Jimmy mengalihkan pandangan dari Danu.ke rekam medis.“Ada, tapi nanti jam sebelas gantian.” “Kalau gitu aku duluan,” pamit Jimmy yang langsung keluar dari ruangan.Albert dikenal sebagai dokter yang hebat dalam menangani masalah jantung anak, tidak hanya jantung tapi penyakit dalam anak-anak. Menggantikan Albert membuat Jimmy banyak belajar, setidaknya bisa membuat wawasannya bertambah dibandingkan sebelumnya.Data pasien yang datang dibaca terlebih dahulu sebelum membawanya masuk, data mereka sudah sangat lengkap jadi memudahkan Jimmy dalam mengambil tindakan. Satu per satu pasien masuk dan tidak ada hentinya, Jim
Menyelesaikan visitnya dengan cepat, memastikan semua berjalan dengan baik, melihat pasien yang akan menjalani operasi besok. Hembusan nafas panjang dikeluarkannya, membayangkan kehadiran Febby nanti sedikit membuatnya bernafas lega.Berangkat menuju tempat tinggal yang menjadi saksi dirinya dengan Febby bersama, Jimmy sudah membayangkan semuanya dengan baik termasuk hangatnya ranjang mereka nantinya. Jimmy sudah tidak sabar sama sekali dengan itu semua, walaupun mereka memutuskan berpisah tapi tetap saja membutuhkan pengalihan dari semua masalah yang ada.Ponsel Jimmy berbunyi membuat Jimmy mengerutkan keningnya saat melihat nama di layar, mengangkat panggilan dan langsung keluar dengan langkah cepatnya. Tidak lupa memberi kabar pada Febby jika mereka tidak bisa bertemu, pikirannya berjalan kemana-mana setelah mendengar kabar dari orang yang menghubunginya.“Bagaimana papi?” tanya Jimmy saat sudah berada dihadapan keluarganya.“Pingsan di
“Apa kamu memang nggak bisa memikirkan lagi?” tanya Rifat dengan nada tegasnya.“Om, jangan jadi kaya papi lah.” Jimmy menggarukkan kepalanya.Rifat menghembuskan nafas panjang “Kalian sudah aku anggap anak sendiri, jangan lupa wasiat papi kamu kalau aku bakal nikah sama mami kamu. Jim, aku hanya ingin papi kamu tenang tidak lebih. Kami berdua melakukan ini juga demi papi kamu, walaupun pada akhirnya kebablasan.”“Maunya om sama mami aja yang nggak bisa menahan nafsu.” Jimmy memutar bola matanya malas.Rifat tertawa mendengar tuduhan Jimmy “Mami kamu masih seksi, Jim. Perasaan om ke mami kamu itu sama kaya papi kamu ke mami.”“Menikah sama Siena berat, Om.” Jimmy memilih kembali membicarakan masalah dirinya.“Om tahu berat, tapi demi papi kamu.”“Kalau akhirnya berpisah gimana?” tanya Jimmy menatap Rifat penuh selidik.“Lucas sama Anggi baik-baik saja.” “Mbak Anggi cinta sama abang,
Keputusan pernikahannya telah ditentukan, Jimmy belum bertemu dengan Siena membahas mengenai apa yang harus dilakukan. Perjanjian pernikahan, saat ini hanya itu yang ada didalam kepalanya tapi tidak tahu harus bagaimana berbicara dengan Siena.“Fokus.” Ruli menepuk lengan Jimmy “Tiga minggu itu cepat loh, lagian kenapa kamu harus melakukan perjanjian? Memang mau bertahan sebentar?” “Mungkin, kamu tahu bagaimana perasaanku sama Febby.”Ruli memutar bola matanya malas “Jim, kalian memang sudah lama bersama. Pernikahan itu tahap paling sakral dalam hubungan, lagian bukannya kalian sudah memutuskan untuk berpisah? Sekarang mau balikkan? Kira-kira Febby mau kalau kamu jadi janda? Ok...anggap Febby terima bagaimana sama bapaknya? Hubungan sama keluarga kamu nggak baik loh.”“Aku tahu kalau sakral, semua yang kamu katakan juga aku pikirkan.” “Kamu mau buat perjanjian? Perjanjian seperti apa? Kamu pikir cuman kamu yang sulit? Kamu ngg
Waktu mereka tidak banyak, kondisi kesehatan Wijaya tidak bisa dipastikan. Jimmy tahu jika dirinya harus segera menikah, persiapan pernikahan mereka berjalan cepat dan tidak bisa berbohong jika uang adalah segalanya dan bisa membuat semuanya berjalan dengan sangat cepat. Tawaran Siena tidak pernah dipikirkan Jimmy, walaupun menggoda tapi tetap saja tidak pernah ada dalam bayangannya. Satu hal pernikahan bukan hal untuk bermain-main, Jimmy tidak pernah diajari itu semua oleh kedua orang tuanya. “Menikah disini? Memang Siena tidak masalah?” tanya Jimmy saat mendapati ruangan Wijaya diubah menjadi tempat pernikahan. “Siena setuju.” Rifat menenangkan Jimmy. Segala persiapan memang sudah disiapkan, mengambil libur tidak terlalu lama dengan memberikan alasan kondisi ayahnya. Jimmy duduk dengan ekspresi tegang, sesuatu yang nantinya akan mengubah masa depannya. Kehidupannya setelah ini tidak akan sama lagi, tinggal bersama dengan Siena dan Jeno.
“Tidak masalah kita tinggal di apartemen?” tanya Jimmy saat mereka perjalanan pulang.“Bukan masalah besar, tempat itu dekat sama kamu kerja.”“Jeno bagaimana?” “Aku nanti yang akan antar jemput dia, kamu nggak usah khawatir dan merasa terbebani dengan keberadaan kami berdua. Masalah kamar? Aku bisa....”“Kita tetap satu kamar, aku nggak mau Jeno berpikir macam-macam.” Jimmy langsung memotong perkataan Siena.Memikirkan kembali tempat tinggal mereka yang menjadi solusi terbaik, letak apartemennya sangat jauh dengan rumah sakit, tapi kalau mereka tinggal di apartemen yang kesulitan adalah Siena dan Jeno.“Aku yang bawa Jeno, kamu buka saja pintunya.”Siena melakukan apa yang Jimmy katakan, memasukkan mobilnya kedalam rumah dan tidak lupa mengangkat Jeno masuk kedalam. Siena memberi petunjuk dimana legal kamar Jeno, meletakkannya pelan dan menutupinya dengan selimut. Jimmy melihat kamar Jeno, baru pertama ka
“Aku antar.” Jimmy membuka suaranya membuat Siena menatap kearahnya.“Aku bisa antar sendiri lagian sama rumah sakit jaraknya jauh.” Jimmy menggelengkan kepalanya “Praktekku jam sembilan, masih ada waktu.”“Papa mau antar Jeno?” Jimmy menganggukkan kepalanya “Asyik...aku bisa pamer sama teman-teman kalau punya papa sekarang.” Saling menatap satu sama lain, mereka berbicara melalui tatapan. Jimmy membelai rambut Jeno pelan, perasaan bersalah menghampirinya ketika mendengar kata-kata Jeno. Perasaan bersalah itu yang mendominasi, andaikan tidak melakukan taruhan pasti tidak akan terjadi ini semua.“Jim, benar nggak papa aku antar Jeno.”Tatapan tajam diberikan Jimmy membuat Siena terdiam, memilih diam dan menikmati sarapan mereka berdua. Semalam mereka berhasil melakukan malam pertama, suatu hal berbeda ketika Jimmy melakukannya dengan Siena, miliknya seakan mendapatkan kepuasan berbeda saat melakukan dengan Febby. Jim
“JIMMY!”Menghentikan langkah saat mendengar teriakan seseorang, membalikkan badan dan mendapati Febby berjalan kearahnya tanpa menggunakan pakaian dokter, bisa dipastikan jika sudah akan pulang. Langkahnya semakin dekat, beberapa saat kemudian sudah dihadapannya, mereka saat ini berada di tempat parkir.“Pulang? Kita bicara bisa? Apartemen tempat biasa.” “Aku nggak bisa, aku harus pulang.” Jimmy langsung menolak karena teringat janjinya dengan Jeno.“Sebentar.” Febby tetap dengan keinginannya.“Maaf, mungkin next time.”Jimmy meninggalkan Febby, berjalan kearah mobilnya. Pernikahannya dengan Siena baru terjadi beberapa hari lalu, kesibukannya kemarin membuat Jimmy tidak bisa mengantar Jeno. Sekarang dirinya pulang setelah semua selesai, jam empat pagi dan tidak tahu bagaimana ceritanya bertemu dengan Febby.“Kenapa?” tanya Jimmy ketika kacanya diketuk Febby.“Siang?” Febby meminta dengan tatapa