“JIMMY!”
Menghentikan langkah saat mendengar teriakan seseorang, membalikkan badan dan mendapati Febby berjalan kearahnya tanpa menggunakan pakaian dokter, bisa dipastikan jika sudah akan pulang. Langkahnya semakin dekat, beberapa saat kemudian sudah dihadapannya, mereka saat ini berada di tempat parkir.“Pulang? Kita bicara bisa? Apartemen tempat biasa.”“Aku nggak bisa, aku harus pulang.” Jimmy langsung menolak karena teringat janjinya dengan Jeno.“Sebentar.” Febby tetap dengan keinginannya.“Maaf, mungkin next time.”Jimmy meninggalkan Febby, berjalan kearah mobilnya. Pernikahannya dengan Siena baru terjadi beberapa hari lalu, kesibukannya kemarin membuat Jimmy tidak bisa mengantar Jeno. Sekarang dirinya pulang setelah semua selesai, jam empat pagi dan tidak tahu bagaimana ceritanya bertemu dengan Febby.“Kenapa?” tanya Jimmy ketika kacanya diketuk Febby.“Siang?” Febby meminta dengan tatapa“Aku memang gila, sudah tergila-gila sama kamu sampai melakukan hal ini. Aku lelah. Sangat lelah!” Febby mengusap wajahnya kasar “Aku nggak fokus sama sekali karena memikirkan hubungan kita.”Tidak tahu harus bereaksi apa, bertindak seperti apa atas apa kata-kata yang keluar dari bibir Febby. Tubuhnya sudah sangat lelah dan membutuhkan ranjang saat ini, mengusir Febby pastinya tidak bisa dilakukannya. Keadaan Febby sangat tidak mungkin untuk diusir yang semakin membuat Jimmy menatap lelah, menghembuskan nafasnya berkali-kali“Kamu lelah? Kalau gitu aku pulang dan datang lagi agar bisa membahas dengan kepala dingin.” Jimmy berdiri membuat Febby langsung memegang tangannya “Memang kenapa? Ada yang mau dibicarakan?”“Memulai hubungan kita lagi, apa bisa dilakukan?” “Jangan mengemis cinta sama aku, Feb. Kita sudah memutuskan apa yang sudah kita sepakati, masih banyak pria lain yang lebih baik dari aku, Feb.”“Kamu kenapa berubah? B
“Sebenarnya aku sedikit penasaran tentang latar belakang kamu.” Albert membuka suaranya setelah mereka diam dalam beberapa waktu.Jimmy dipanggil Albert membicarakan tentang pasien mereka, sebagai asisten Albert artinya siap dengan apa yang terjadi termasuk mengambil keputusan atas nama Albert. Asisten harusnya Jimmy tidak mengambil libur atau mengganti jadwal seenaknya, semua itu karena kondisi papinya yang tidak bisa diprediksi.“Latar belakang saya yang bagaimana, Dok?” tanya Jimmy penasaran menutupi ketakutannya.“Hadinata? Apa kamu ada hubungan dengan pengusaha besar Hadinata?” Albert memberikan pertanyaan kembali dengan tatapan penuh selidik.“Ya,” jawab Jimmy akhirnya karena tidak mungkin membantah kembali.Albert menghembuskan nafas panjangnya “Aku sudah menebak, tapi tidak menyangka semua benar terjadi. Kenapa kamu malah disini bukan di rumah sakit itu?”“Aku mau memulai dari nol, kalau disana yang ada mereka
Tangannya hampir melempar ponsel saat melihat apa yang ada di layar, tatapan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, menggelengkan kepalanya berkali-kali dengan harapan semua yang dilihat hanya mimpi. Jimmy tidak tahu pria itu, bukan dokter atau pegawai yang bekerja di rumah sakit ini. “Bagaimana bisa dia melakukan ini semua?” Jimmy mengatakan sambil menggelengkan kepalanya, tepukan ringan di bahu membuat Jimmy terkejut “Ngapain lo kesini?” menatap tajam Danu yang menepuk bahunya dan langsung mematikan ponselnya.“Lo konsen lihat ponsel mulu, udah aku periksa jadwalnya dan memang pas banget gitu waktunya jadi kita bisa gantian.” Danu menjawab dan meminta Jimmy keluar.Paham dengan bahasa kode yang Danu berikan, Jimmy memutuskan keluar dengan melepaskan pakaian putihnya. Melangkah keluar dengan membicarakan masalah pasien, Jimmy tidak terlalu tahu banyak tentang pasien Danu begitu juga sebaliknya, mendengarkan cerita sedikit paham tentang keadaan p
Kabar buruk terjadi lagi, langkah Jimmy semakin lebar untuk segera sampai di tempat Wijaya. Harapan, tidak ingin berharap lebih tapi pastinya akan tetap selalu ada. Membuka pintu berharap apa yang berada dalam pikirannya tidak benar-benar terjadi, menahan nafasnya saat melihat pemandangan dihadapannya.“Bagaimana dengan papi?” Jimmy mendekati Tania dengan mencium pipinya singkat.“Siena baru saja datang sama Naila. Papi baru saja tidur setelah tadi bicara masalah kerjaan sama mereka berdua.” “Masih aja bicara pekerjaan.” Jimmy menggelengkan kepalanya “Om Rifat?”“Lucas minta kamu buat menjadikan satu usahamu dan Fransiska, Leo sudah setuju terus kamu gimana?” “Aku belum bicara sama Siena, Mi. Aku harus bicara dulu sama dia, bagaimanapun Siena sudah menjadi istri.”Tania mencibir kata-kata yang keluar dari bibir Jimmy “Kemarin nggak mau, tapi sekarang?” Jimmy memutar bola matanya malas “Kenapa sekarang perhatian sama
Mendengar kata-kata Jimmy, mereka semua memutuskan untuk berbicara tentang semuanya. Lucas meminta dokter yang merawat Wijaya juga ikut andil, tidak mau hanya Jimmy yang mengatakan semuanya.“Kenapa tiba-tiba?” tanya Siena ketika mereka berjalan bersama “Kamu nggak kasih tahu mami, kan?” “Aku harus, semua demi kebaikan papi.” Siena menghembuskan nafas panjang “Kamu sudah siap kehilangan papi selamanya?”“Siap nggak siap.”Tidak ada pembicaraan lagi, langkah mereka semakin dekat dengan ruang pertemuan yang disiapkan Siena dengan bantuan teman-temannya. Jimmy membawa Siena untuk bisa menenangkan dirinya, menggenggam tangannya erat karena masih tidak bisa menerima kenyataan, walaupun tadi berbicara dengan mami dan juga kedua kakaknya tetap saja tidak membuktikan dirinya kuat.Menatap satu per satu orang yang ada didalam ruangan, mengernyitkan dahinya melihat mereka semua, dalam hati bertanya siapa yang menggantikan mer
“Kamu nggak papa?” tanya Siena yang diangguki Jimmy.“Aku ajak kamu kesini, maaf. Jeno nggak papa itu sama Leo dan Fransiska?” “Jeno malah senang disana, apalagi Leo ngajak tinggal di hotel.” Siena mendekati Jimmy dengan memijat keningnya “Apa papi memang harus...”Jimmy menganggukkan kepalanya “Aku beberapa kali bicara tentang keadaan papi dengan tim dokter, makanya tadi mengatakan seperti itu ke mami biar sadar lagian mereka juga mau menikah nantinya.”“Bukannya begitu termasuk membunuh secara tidak langsung?” tanya Siena.“Bisa dikatakan begitu, tapi fungsi organ tubuhnya sudah tidak berjalan sebagaimana mestinya dan biasanya bukan sembarangan mengambil keputusan seperti itu.”Menyandarkan kepalanya di sofa dengan memejamkan mata, Siena sendiri duduk tidak jauh dari Jimmy. Suasana diantara mereka hanya suara musik yang Jimmy nyalakan saat masuk kedalam apartemen, musik yang sangat menenangkan pikiran dan hatinya.
“Anak baru?” Jimmy menatap beberapa anak yang ada di ruangan jantung anak “Duduk aja, kalau kursinya kurang bisa ambil itu yang numpuk.”Masuk kedalam kamar mandi, membersihkan tangan atau dirinya setelah visit melihat keadaan pasien. Jimmy belum melihat keberadaan Danu, pastinya saat ini berada di poli karena jam prakteknya. Menghitung jumlah anak koas yang ada didalam ruangannya, sekitar kurang lebih enam orang dan jumlah yang lumayan banyak untuk tempat mereka berdua.“Kalian minggu lalu dari? Saraf?” Jimmy menatap mereka dan duduk disalah satu kursi “Bagaimana disana?”Salah satu anak menjawab pertanyaan Jimmy dengan penuh keyakinan, sedangkan Jimmy hanya menganggukkan kepalanya. Meminta mereka memperkenalkan diri satu per satu, jika dihitung ada sekitar sepuluh anak yang ada di ruangan jantung anak. Jimmy memilih mendekatkan diri dengan bertanya tentang latar belakang mereka satu per satu, setidaknya mereka merasakan kenyamanan terlebih dahulu.
Tidak banyak yang tahu tentang kegiatan Jimmy lainnya, meminta bantuan salah satu pengawalnya untuk mencari tahu tentang mereka yang pernah menodai Siena. Jimmy seharusnya tidak perlu melakukan ini semua, Siena sendiri tidak mau membahas tentang masa lalunya dulu.Perbuatan Jimmy bisa saja membuat Siena trauma kembali, kejadian itu membuat Siena merasa kotor dan tidak mau bertemu dengan pria. Membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menyembuhkan semuanya, pengobatan yang dilakukannya membuat Siena harus berhadapan dengan kenyataan yang ada.“Pria-pria itu sudah ditemukan.” Jimmy mengangkat alisnya mendengar kenyataan yang ada “Bagaimana kalian mendapatkan dengan mudah?”“Pak Wijaya sudah memberikan hukuman yang layak pada mereka.”“Papi?” Jimmy mengulang apa yang di dengarnya. “Benar, Pak Wijaya. Mencari keberadaan mereka tidak sulit, semua sudah diselesaikan dengan sangat baik oleh Pak Wijaya.”“Baik,
"Kamu bukannya harus sudah cuti?" tanya Jimmy saat melihat Siena ikut masuk kedalam ruangannya"Aku bosan, kamu kerja terus Jeno sekolah full." Siena menjawab sambil mengerucutkan bibirnya "Dokter Tomo bilang kalau dia baik-baik saja dan lagian perkiraan melahirkan juga masih lama.""Terserah, kerjanya tetap di ruangan ini!" Jimmy mengatakan dengan nada tegas yang diangguki Siena.Hasil keputusan atau sidang sudah keluar, bahkan permintaan mereka terkait dengan kondisi kejiwaan dengan hasil tidak sesuai keinginan mereka membuat semua mendapatkan hukuman sesuai perbuatannya. Febby juga mendapatkan hukuman dari ikatan dokter dimana semua gelarnya dicabut, dengan begitu pendidikan yang dilaluinya menjadi sia-sia tanpa adanya gelar. Jimmy sebenarnya tidak mau mendengar kabar apapun tentang Febby, tapi ketiga sahabatnya selalu memberi kabar yang tidak tahu dapat darimana. Mendengar kabar mereka tidak satupun yang Jimmy ingat karena memang tidak penting, walaupun begitu Endi dan juga ketig
"Puas sama hasilnya?" tanya Jimmy tepat di telinga Endi."Lumayan," jawab Endi tanpa mengalihkan pandangan dari jalannya sidang.Keputusan yang dibacakan tampaknya kurang membuat keluarganya puas, Jimmy menatap istri Yudi yang terlihat santai saat hasil pembacaan hukuman. Mengikuti langkah Endi yang keluar dari ruang sidang, meninggalkan tim lawyer mereka yang masih diskusi.Endi membawa langkah mereka menuju mobil yang menjadi alat transportasi mereka berdua sejak pertama, hembusan napas panjang dikeluarkan mereka berdua saat sudah berada didalam mobil. Supir membawa mereka keluar dari pengadilan, tidak ada yang membuka pembicaraan seakan sibuk dengan pikiran masing-masing."Apa reaksi nenek dan adik Febby waktu kamu kasih tahu?" tanya Endi memulai pembicaraan mereka."Terkejut, mereka terdiam beberapa saat. Neneknya yang langsung menangis dan meminta maaf, mereka berdua juga minta bertemu sama keluarga Arkan. Aku menolak ide mereka kare
"Aku lihat Prof Yudi kemarin, berantakan dan nggak seperti biasanya."Jimmy memilih diam mendengarkan informasi yang Danu berikan, saat mendengarnya sudah tidak ada rasa kasihan sedikitpun dan tampaknya hati Jimmy sudah mati rasa mendengar informasi tentang mereka."Febby di hukum berat, benar?" Jimmy menganggukkan kepalanya "Gelar dokternya juga dicabut, tapi Prof Yudi sedang berusaha agar tidak terjadi. Aku tahu gimana perasaannya secara Febby itu anak kebanggaannya." Danu melanjutkan ceritanya dengan memberikan tambahan tentang keadaan mereka "Kamu nggak ketemu Febby?""Buat apa? Nggak penting juga." Jimmy menjawab langsung.Danu mengangguk "Benar, lagian dia yang mencelakai kamu. Aku sampai sekarang nggak nyangka kalau mereka begitu, Febby yang baik dan manja sama kamu ditambah Prof Yudi yang tegas setiap kita belajar, walaupun kalau suruh milih mending sama Prof Marcus.""Kamu kan sempat mau membantu Prof Yudi," ucap Jimmy dengan tat
"Apa aku kurang tegas?" Siena mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Jimmy ketika mereka akan tidur."Tegas yang bagaimana? Kamu ke aku dan Jeno tegas, memang kamu merasa kurang tegas?" Siena mencoba bertanya untuk mengetahui maksud Jimmy.Mendengar jawaban Siena seketika Jimmy terdiam, tatapannya kosong dan memikirkan kata-kata Zee pada saat di rooftop rumah sakit. Zee benar saat menilai dirinya yang tidak jauh berbeda dengan Lucas dulu, tapi pada saat itu papi membantu Lucas keluar dari permasalahannya. "Memikirkan apa?" suara Siena membuyarkan lamunan Jimmy, tangan Siena membelai wajah Jimmy tanpa melepaskan tatapannya "Apa ada hubungannya dengan hasil dakwaan dari Febby?" tembak Siena yang membuat Jimmy menelan saliva kasar "Maksud pertanyaan kamu tadi itu ada hubungannya sama Febby?"Jimmy tahu tidak mungkin menutupi permasalahan ini dari Siena, apalagi komitmen dirinya dalam pernikahan dengan Siena adalah saling terbuka. Banyaknya kejad
"Mereka tiba-tiba datang minta kita mencabut laporan," ucap Billy yang diangguku Zee dan keluarga Fira."Kalian tanda tangan?" Endi menatap Fira dan keluarganya yang menggelengkan kepalanya "Bagus! Mereka nggak melukai kamu, kan?" "Kita semua baik-baik saja, pengawal bekerja dengan baik dimana langsung masuk saat kita mengirim pesan." Billy menjawab pertanyaan Endi "Aku justru khawatir sama Fira bukan kita sendiri.""Kami baik-baik saja," ucap Bian menenangkan mereka "Bagaimana hasil sidangnya?""Dua puluh tahun penjara yang diikuti pencabutan gelar dokter," jawab Endi yang diangguki mereka.Jimmy hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka dengan tatapannya tidak lepas dari Zee dan Fira, perasaan bersalah kembali hadir setiap kali melihat orang terdekatnya harus menghadapi permasalahannya. Jimmy baru merasakan perasaan Zee dulu, hanya saja bedanya Billy memiliki keinginan berubah, tapi tidak dengan Febby yang tetap dengan tujuannya.
"Terdakwa diputuskan bersalah dengan menjalani hukuman selama dua puluh tahun atas kasus pembunuhan....."Jimmy fokus menatap Febby yang menundukkan kepalanya, tapi bukan tanda-tanda penyesalan melainkan ketakutan. Jimmy sangat mengenal Febby dengan sangat baik, bahasa tubuhnya bisa terbaca dan terlihat jelas dimana Jimmy bisa melihat secara jelas."Sayang harusnya hukuman mati, kita sedang diskusi untuk mengajukan banding agar hukumannya lebih berat." Jimmy mengalihkan pandangan kearah Endi yang berbisik padanya."Apa tidak keterlaluan?" Endi menatap Jimmy tajam "Bagian mana yang keterlaluan? Hukumannya? Kamu masih punya hati ternyata sama dia."Jimmy terkejut melihat reaksi Endi, menatap saudaranya yang beranjak dari tempat duduk dengan mendekati tim lawyer. Mencerna kata-kata Endi dan sedikit bingung tentang masih memiliki hati, sedangkan hatinya sudah selesai dan berpindah ke Siena, tidak hanya itu sedetik saja tidak ada membayangkan
"Kalian setuju?" Bima menatap tajam kearah Rifat dan Tania setelah mendengar permintaan Galih.Bima langsung mengambil penerbangan untuk pulang ke Indonesia setelah di hubungi Rifat tentang kedatangan Galih, Bima sudah memberi pesan apabila Galih datang ke rumah artinya mereka melakukan usaha terakhir dan tampaknya benar saat mendengar penawaran yang di berikan Galih pada keluarga mereka.Bima yang mengikuti setiap rencana yang dibuat Wijaya dulu untuk menyelamatkan Tania, arti lebih besar adalah tahu karakter mereka masing-masing dan Rifat diberitahukan hanya garis besar bukan secara keseluruhan."Kita nggak setuju, tapi Galih bilang akan memberi waktu kita berpikir." Rifat menjawab pertanyaan Bima setelah sedikit tenang."Tujuan mereka adalah membuat kalian bercerai dan menikahi Tania, semua akan mereka lakukan untuk mendapatkan nama baik keluarga seperti dulu dengan bisnis mereka yang berjalan lancar. Intinya adalah mereka ingin menguasai H&D G
"Sidangnya cepat banget?" Jimmy menatap Endi penasaran.Endi menggelengkan kepalanya "Bukan sidang masalah Zee dan Fira, tapi kelanjutan Febby.""Maksudnya?" Jimmy mengerutkan keningnya."Otaknya dia." Endi menunjuk wanita yang duduk dihadapan hakim sedang memberikan pernyataan."Istri pertama?" Endi menganggukkan kepalanya "Bagaimana bisa? Memang yakin dia?""Tim menemukan sesuatu yang aneh dari kamera CCTV dimana keberadaan dia tidak jauh dari sana. Febby mendatangi dia setelah melakukan tugasnya, bisa jadi ada kesepakatan diantara mereka atau Febby melakukan atas perintah dia." Endi menjelaskan yang membuat Jimmy mengalihkan pandangan kearah Febby "Tim masih mencari apa yang melatar belakangi Febby melakukan itu.""Kemungkinan dia bebas?" Endi mengangkat bahu "Kita bukan membantu Febby, tapi mengusut sampai tuntas. Kamu jangan sampai tergoda dengan Febby setelah nanti tahu kejadian yang sebenarnya." Endi mengalihkan
"Berita itu beneran?" Ruli memasuki ruangan Jimmy diikuti kedua sahabatnya."Berita tentang istri Prof Yudi?" Mereka bertiga menganggukkan kepalanya "Benar." Jimmy memberikan jawaban yang sebenarnya."Bukannya sudah meninggal?" Tomo menatap tidak percaya."Ibu kandungnya, wanita ini adalah istri pertama. Ibunya Febby adalah istri yang lain." Jimmy menjelaskan secara lengkap."Sekarang di kantor polisi?" tanya Danu memastikan yang dijawab Jimmy dengan mengangkat bahunya "Kamu nggak ngikutin perkembangannya?"Jimmy menggelengkan kepalanya "Aku datang karena jadwal operasi yang sama sekali tidak bisa diundur.""Kasus semakin berkembang? Prof Yudi bagaimana? Datangin kalian lagi?" tanya Danu penasaran."Dia nggak akan berani melakukan itu lagi," jawab Jimmy santai dengan beranjak dari tempat duduknya "Aku mau melakukan operasi sekarang, sampai ketemu nanti."Jimmy melanggar perintah Lucas untuk tetap berada di rumah