Kabar buruk terjadi lagi, langkah Jimmy semakin lebar untuk segera sampai di tempat Wijaya. Harapan, tidak ingin berharap lebih tapi pastinya akan tetap selalu ada. Membuka pintu berharap apa yang berada dalam pikirannya tidak benar-benar terjadi, menahan nafasnya saat melihat pemandangan dihadapannya.
“Bagaimana dengan papi?” Jimmy mendekati Tania dengan mencium pipinya singkat.“Siena baru saja datang sama Naila. Papi baru saja tidur setelah tadi bicara masalah kerjaan sama mereka berdua.”“Masih aja bicara pekerjaan.” Jimmy menggelengkan kepalanya “Om Rifat?”“Lucas minta kamu buat menjadikan satu usahamu dan Fransiska, Leo sudah setuju terus kamu gimana?”“Aku belum bicara sama Siena, Mi. Aku harus bicara dulu sama dia, bagaimanapun Siena sudah menjadi istri.”Tania mencibir kata-kata yang keluar dari bibir Jimmy “Kemarin nggak mau, tapi sekarang?” Jimmy memutar bola matanya malas “Kenapa sekarang perhatian samaMendengar kata-kata Jimmy, mereka semua memutuskan untuk berbicara tentang semuanya. Lucas meminta dokter yang merawat Wijaya juga ikut andil, tidak mau hanya Jimmy yang mengatakan semuanya.“Kenapa tiba-tiba?” tanya Siena ketika mereka berjalan bersama “Kamu nggak kasih tahu mami, kan?” “Aku harus, semua demi kebaikan papi.” Siena menghembuskan nafas panjang “Kamu sudah siap kehilangan papi selamanya?”“Siap nggak siap.”Tidak ada pembicaraan lagi, langkah mereka semakin dekat dengan ruang pertemuan yang disiapkan Siena dengan bantuan teman-temannya. Jimmy membawa Siena untuk bisa menenangkan dirinya, menggenggam tangannya erat karena masih tidak bisa menerima kenyataan, walaupun tadi berbicara dengan mami dan juga kedua kakaknya tetap saja tidak membuktikan dirinya kuat.Menatap satu per satu orang yang ada didalam ruangan, mengernyitkan dahinya melihat mereka semua, dalam hati bertanya siapa yang menggantikan mer
“Kamu nggak papa?” tanya Siena yang diangguki Jimmy.“Aku ajak kamu kesini, maaf. Jeno nggak papa itu sama Leo dan Fransiska?” “Jeno malah senang disana, apalagi Leo ngajak tinggal di hotel.” Siena mendekati Jimmy dengan memijat keningnya “Apa papi memang harus...”Jimmy menganggukkan kepalanya “Aku beberapa kali bicara tentang keadaan papi dengan tim dokter, makanya tadi mengatakan seperti itu ke mami biar sadar lagian mereka juga mau menikah nantinya.”“Bukannya begitu termasuk membunuh secara tidak langsung?” tanya Siena.“Bisa dikatakan begitu, tapi fungsi organ tubuhnya sudah tidak berjalan sebagaimana mestinya dan biasanya bukan sembarangan mengambil keputusan seperti itu.”Menyandarkan kepalanya di sofa dengan memejamkan mata, Siena sendiri duduk tidak jauh dari Jimmy. Suasana diantara mereka hanya suara musik yang Jimmy nyalakan saat masuk kedalam apartemen, musik yang sangat menenangkan pikiran dan hatinya.
“Anak baru?” Jimmy menatap beberapa anak yang ada di ruangan jantung anak “Duduk aja, kalau kursinya kurang bisa ambil itu yang numpuk.”Masuk kedalam kamar mandi, membersihkan tangan atau dirinya setelah visit melihat keadaan pasien. Jimmy belum melihat keberadaan Danu, pastinya saat ini berada di poli karena jam prakteknya. Menghitung jumlah anak koas yang ada didalam ruangannya, sekitar kurang lebih enam orang dan jumlah yang lumayan banyak untuk tempat mereka berdua.“Kalian minggu lalu dari? Saraf?” Jimmy menatap mereka dan duduk disalah satu kursi “Bagaimana disana?”Salah satu anak menjawab pertanyaan Jimmy dengan penuh keyakinan, sedangkan Jimmy hanya menganggukkan kepalanya. Meminta mereka memperkenalkan diri satu per satu, jika dihitung ada sekitar sepuluh anak yang ada di ruangan jantung anak. Jimmy memilih mendekatkan diri dengan bertanya tentang latar belakang mereka satu per satu, setidaknya mereka merasakan kenyamanan terlebih dahulu.
Tidak banyak yang tahu tentang kegiatan Jimmy lainnya, meminta bantuan salah satu pengawalnya untuk mencari tahu tentang mereka yang pernah menodai Siena. Jimmy seharusnya tidak perlu melakukan ini semua, Siena sendiri tidak mau membahas tentang masa lalunya dulu.Perbuatan Jimmy bisa saja membuat Siena trauma kembali, kejadian itu membuat Siena merasa kotor dan tidak mau bertemu dengan pria. Membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menyembuhkan semuanya, pengobatan yang dilakukannya membuat Siena harus berhadapan dengan kenyataan yang ada.“Pria-pria itu sudah ditemukan.” Jimmy mengangkat alisnya mendengar kenyataan yang ada “Bagaimana kalian mendapatkan dengan mudah?”“Pak Wijaya sudah memberikan hukuman yang layak pada mereka.”“Papi?” Jimmy mengulang apa yang di dengarnya. “Benar, Pak Wijaya. Mencari keberadaan mereka tidak sulit, semua sudah diselesaikan dengan sangat baik oleh Pak Wijaya.”“Baik,
“Hi, Jim.” Jimmy menghentikan langkahnya ketika berpapasan dengan Febby, tersenyum kecil saat langkah Febby semakin dekat. Tidak mungkin menghindar dengan semua yang terjadi pada masa lalu mereka berdua, langkahnya semakin mendekat dan membuat Jimmy merasakan perbedaan dibandingkan dahulu.“Apa kabar? Lama kita tidak bertemu.” Jimmy membuka suaranya “Kamu mau kemana? Aku mau ke cafe selesai praktek.”“Bareng, sudah lama kita tidak berbicara.”Melangkah bersama tidak ada yang membuka suara, didalam hati Jimmy berharap bertemu dengan salah satu sahabatnya agar tidak hanya berdua. Langkah mereka semakin dekat dengan cafe, Febby langsung memesan apa yang menjadi kebiasaan Jimmy sebelum dirinya membuka suara. Memilih tidak mau berdebat, mengikuti semua yang dilakukan Febby untuk dirinya, perasaan pada Febby benar-benar sudah berubah tidak seperti sebelumnya.“Kamu semakin sibuk.” Febby membuka suaranya pertama kali setelah mereka du
“Aku sudah bilang berapa kali tapi tetap dengan apa yang kalian inginkan.”Jimmy menatap saudara dan maminya bergantian, mereka memilih diam dan tidak membantah. Melihat sikap mereka membuat Jimmy menghembuskan nafasnya panjang, tatapannya beralih pada Rifat yang duduk disamping maminya.“Kalau begini yang ada menyiksa papi.” Jimmy kembali membuka suaranya.“Mbak sudah pernah bicara sama papa?” Tari mengeluarkan suaranya “Apa perlu Mas Devan datang kesini?”“Mas Devan kemana memang?” Jimmy menatap bingung “Balik Kalimantan lagi? Bukannya Mbak Tina sudah meninggal jadinya Mas Devan sama Mbak Emma bisa disini?” “Mas Devan memilih disana, kalaupun disini hanya laporan saja.” Rifat menjawab pertanyaan Jimmy.“Apa mungkin kita harus kumpul?” Lucas menatap ragu.“Berarti harus membawa Ayu bersama,” sahut Zee “Apa memang bisa? Om Rifat tahu dimana mereka?”“Aku akan berusaha membawa Ayu kesini hanya sa
Keputusan sudah diambil, Jimmy tidak terlibat terlalu dalam karena jadwalnya yang sangat padat atas operasi dan juga praktek. Setiap ada waktu luang akan datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi Wijaya, seperti sekarang ini Jimmy mendatangi rumah sakit dengan kondisi lelah. Dua minggu sudah sejak keluarganya mengambil keputusan, kakaknya yang pertama juga sudah kembali bersama dengan istri mudanya dan anak mereka. Tidak sampai disitu wanita yang pernah bersama dengan papinya juga kembali datang, Jimmy tidak tahu bagaimana maminya menghadapi semuanya, Rifat mungkin banyak terlibat termasuk menenangkan maminya dan mengambil peranan sang papi dalam mengambil keputusan.“Baru selesai operasi?” tanya Siena saat melihat Jimmy masuk kedalam ruangan kerja.Jimmy memang belum memutuskan masuk kedalam rumah sakit, tapi tempatnya sudah tersedia dan setiap dirinya akan datang maka Siena akan berada disana memastikan apa yang Jimmy butuhkan tersedia. Melihat
“Ada apa?” tanya Jimmy ketika masuk kedalam ruangannya.Danu menatap Jimmy dengan tatapan yang membuatnya semakin bingung “Febby sama Dokter Waluyo ketahuan berbuat mesum di ruangan.”Jimmy membelalakkan matanya mendengar informasi yang diberikan Danu “Nggak bercanda, kan?” Danu menganggukkan kepalanya dengan sangat yakin “Pada heboh semua itu, tapi sejak kapan mereka berhubungan? Kamu nggak tahu?”Jimmy mengangkat bahunya “Kamu tahu gimana perkembangan papi jadi mana sempat tahu hal begituan udah gitu hubungan kita juga sudah berakhir.” Danu menganggukkan kepalanya “Anak baru pada kemana?”“Visit, pelajari rekam medis pasien.” Jimmy hanya menganggukkan kepala mendengar jawaban Danu “Kamu nggak penasaran? Dia udah permainkan kamu loh, memang nggak sakit hati?”“Kita bahas hal lain aja, lagian kasihan mereka.” Jimmy menghentikan pembicaraan tentang Febby.Danu akhirnya memilih diam, melihat itu membuat Jimm