Menyelesaikan visitnya dengan cepat, memastikan semua berjalan dengan baik, melihat pasien yang akan menjalani operasi besok. Hembusan nafas panjang dikeluarkannya, membayangkan kehadiran Febby nanti sedikit membuatnya bernafas lega.
Berangkat menuju tempat tinggal yang menjadi saksi dirinya dengan Febby bersama, Jimmy sudah membayangkan semuanya dengan baik termasuk hangatnya ranjang mereka nantinya. Jimmy sudah tidak sabar sama sekali dengan itu semua, walaupun mereka memutuskan berpisah tapi tetap saja membutuhkan pengalihan dari semua masalah yang ada.Ponsel Jimmy berbunyi membuat Jimmy mengerutkan keningnya saat melihat nama di layar, mengangkat panggilan dan langsung keluar dengan langkah cepatnya. Tidak lupa memberi kabar pada Febby jika mereka tidak bisa bertemu, pikirannya berjalan kemana-mana setelah mendengar kabar dari orang yang menghubunginya.“Bagaimana papi?” tanya Jimmy saat sudah berada dihadapan keluarganya.“Pingsan di“Apa kamu memang nggak bisa memikirkan lagi?” tanya Rifat dengan nada tegasnya.“Om, jangan jadi kaya papi lah.” Jimmy menggarukkan kepalanya.Rifat menghembuskan nafas panjang “Kalian sudah aku anggap anak sendiri, jangan lupa wasiat papi kamu kalau aku bakal nikah sama mami kamu. Jim, aku hanya ingin papi kamu tenang tidak lebih. Kami berdua melakukan ini juga demi papi kamu, walaupun pada akhirnya kebablasan.”“Maunya om sama mami aja yang nggak bisa menahan nafsu.” Jimmy memutar bola matanya malas.Rifat tertawa mendengar tuduhan Jimmy “Mami kamu masih seksi, Jim. Perasaan om ke mami kamu itu sama kaya papi kamu ke mami.”“Menikah sama Siena berat, Om.” Jimmy memilih kembali membicarakan masalah dirinya.“Om tahu berat, tapi demi papi kamu.”“Kalau akhirnya berpisah gimana?” tanya Jimmy menatap Rifat penuh selidik.“Lucas sama Anggi baik-baik saja.” “Mbak Anggi cinta sama abang,
Keputusan pernikahannya telah ditentukan, Jimmy belum bertemu dengan Siena membahas mengenai apa yang harus dilakukan. Perjanjian pernikahan, saat ini hanya itu yang ada didalam kepalanya tapi tidak tahu harus bagaimana berbicara dengan Siena.“Fokus.” Ruli menepuk lengan Jimmy “Tiga minggu itu cepat loh, lagian kenapa kamu harus melakukan perjanjian? Memang mau bertahan sebentar?” “Mungkin, kamu tahu bagaimana perasaanku sama Febby.”Ruli memutar bola matanya malas “Jim, kalian memang sudah lama bersama. Pernikahan itu tahap paling sakral dalam hubungan, lagian bukannya kalian sudah memutuskan untuk berpisah? Sekarang mau balikkan? Kira-kira Febby mau kalau kamu jadi janda? Ok...anggap Febby terima bagaimana sama bapaknya? Hubungan sama keluarga kamu nggak baik loh.”“Aku tahu kalau sakral, semua yang kamu katakan juga aku pikirkan.” “Kamu mau buat perjanjian? Perjanjian seperti apa? Kamu pikir cuman kamu yang sulit? Kamu ngg
Waktu mereka tidak banyak, kondisi kesehatan Wijaya tidak bisa dipastikan. Jimmy tahu jika dirinya harus segera menikah, persiapan pernikahan mereka berjalan cepat dan tidak bisa berbohong jika uang adalah segalanya dan bisa membuat semuanya berjalan dengan sangat cepat. Tawaran Siena tidak pernah dipikirkan Jimmy, walaupun menggoda tapi tetap saja tidak pernah ada dalam bayangannya. Satu hal pernikahan bukan hal untuk bermain-main, Jimmy tidak pernah diajari itu semua oleh kedua orang tuanya. “Menikah disini? Memang Siena tidak masalah?” tanya Jimmy saat mendapati ruangan Wijaya diubah menjadi tempat pernikahan. “Siena setuju.” Rifat menenangkan Jimmy. Segala persiapan memang sudah disiapkan, mengambil libur tidak terlalu lama dengan memberikan alasan kondisi ayahnya. Jimmy duduk dengan ekspresi tegang, sesuatu yang nantinya akan mengubah masa depannya. Kehidupannya setelah ini tidak akan sama lagi, tinggal bersama dengan Siena dan Jeno.
“Tidak masalah kita tinggal di apartemen?” tanya Jimmy saat mereka perjalanan pulang.“Bukan masalah besar, tempat itu dekat sama kamu kerja.”“Jeno bagaimana?” “Aku nanti yang akan antar jemput dia, kamu nggak usah khawatir dan merasa terbebani dengan keberadaan kami berdua. Masalah kamar? Aku bisa....”“Kita tetap satu kamar, aku nggak mau Jeno berpikir macam-macam.” Jimmy langsung memotong perkataan Siena.Memikirkan kembali tempat tinggal mereka yang menjadi solusi terbaik, letak apartemennya sangat jauh dengan rumah sakit, tapi kalau mereka tinggal di apartemen yang kesulitan adalah Siena dan Jeno.“Aku yang bawa Jeno, kamu buka saja pintunya.”Siena melakukan apa yang Jimmy katakan, memasukkan mobilnya kedalam rumah dan tidak lupa mengangkat Jeno masuk kedalam. Siena memberi petunjuk dimana legal kamar Jeno, meletakkannya pelan dan menutupinya dengan selimut. Jimmy melihat kamar Jeno, baru pertama ka
“Aku antar.” Jimmy membuka suaranya membuat Siena menatap kearahnya.“Aku bisa antar sendiri lagian sama rumah sakit jaraknya jauh.” Jimmy menggelengkan kepalanya “Praktekku jam sembilan, masih ada waktu.”“Papa mau antar Jeno?” Jimmy menganggukkan kepalanya “Asyik...aku bisa pamer sama teman-teman kalau punya papa sekarang.” Saling menatap satu sama lain, mereka berbicara melalui tatapan. Jimmy membelai rambut Jeno pelan, perasaan bersalah menghampirinya ketika mendengar kata-kata Jeno. Perasaan bersalah itu yang mendominasi, andaikan tidak melakukan taruhan pasti tidak akan terjadi ini semua.“Jim, benar nggak papa aku antar Jeno.”Tatapan tajam diberikan Jimmy membuat Siena terdiam, memilih diam dan menikmati sarapan mereka berdua. Semalam mereka berhasil melakukan malam pertama, suatu hal berbeda ketika Jimmy melakukannya dengan Siena, miliknya seakan mendapatkan kepuasan berbeda saat melakukan dengan Febby. Jim
“JIMMY!”Menghentikan langkah saat mendengar teriakan seseorang, membalikkan badan dan mendapati Febby berjalan kearahnya tanpa menggunakan pakaian dokter, bisa dipastikan jika sudah akan pulang. Langkahnya semakin dekat, beberapa saat kemudian sudah dihadapannya, mereka saat ini berada di tempat parkir.“Pulang? Kita bicara bisa? Apartemen tempat biasa.” “Aku nggak bisa, aku harus pulang.” Jimmy langsung menolak karena teringat janjinya dengan Jeno.“Sebentar.” Febby tetap dengan keinginannya.“Maaf, mungkin next time.”Jimmy meninggalkan Febby, berjalan kearah mobilnya. Pernikahannya dengan Siena baru terjadi beberapa hari lalu, kesibukannya kemarin membuat Jimmy tidak bisa mengantar Jeno. Sekarang dirinya pulang setelah semua selesai, jam empat pagi dan tidak tahu bagaimana ceritanya bertemu dengan Febby.“Kenapa?” tanya Jimmy ketika kacanya diketuk Febby.“Siang?” Febby meminta dengan tatapa
“Aku memang gila, sudah tergila-gila sama kamu sampai melakukan hal ini. Aku lelah. Sangat lelah!” Febby mengusap wajahnya kasar “Aku nggak fokus sama sekali karena memikirkan hubungan kita.”Tidak tahu harus bereaksi apa, bertindak seperti apa atas apa kata-kata yang keluar dari bibir Febby. Tubuhnya sudah sangat lelah dan membutuhkan ranjang saat ini, mengusir Febby pastinya tidak bisa dilakukannya. Keadaan Febby sangat tidak mungkin untuk diusir yang semakin membuat Jimmy menatap lelah, menghembuskan nafasnya berkali-kali“Kamu lelah? Kalau gitu aku pulang dan datang lagi agar bisa membahas dengan kepala dingin.” Jimmy berdiri membuat Febby langsung memegang tangannya “Memang kenapa? Ada yang mau dibicarakan?”“Memulai hubungan kita lagi, apa bisa dilakukan?” “Jangan mengemis cinta sama aku, Feb. Kita sudah memutuskan apa yang sudah kita sepakati, masih banyak pria lain yang lebih baik dari aku, Feb.”“Kamu kenapa berubah? B
“Sebenarnya aku sedikit penasaran tentang latar belakang kamu.” Albert membuka suaranya setelah mereka diam dalam beberapa waktu.Jimmy dipanggil Albert membicarakan tentang pasien mereka, sebagai asisten Albert artinya siap dengan apa yang terjadi termasuk mengambil keputusan atas nama Albert. Asisten harusnya Jimmy tidak mengambil libur atau mengganti jadwal seenaknya, semua itu karena kondisi papinya yang tidak bisa diprediksi.“Latar belakang saya yang bagaimana, Dok?” tanya Jimmy penasaran menutupi ketakutannya.“Hadinata? Apa kamu ada hubungan dengan pengusaha besar Hadinata?” Albert memberikan pertanyaan kembali dengan tatapan penuh selidik.“Ya,” jawab Jimmy akhirnya karena tidak mungkin membantah kembali.Albert menghembuskan nafas panjangnya “Aku sudah menebak, tapi tidak menyangka semua benar terjadi. Kenapa kamu malah disini bukan di rumah sakit itu?”“Aku mau memulai dari nol, kalau disana yang ada mereka
"Kamu bukannya harus sudah cuti?" tanya Jimmy saat melihat Siena ikut masuk kedalam ruangannya"Aku bosan, kamu kerja terus Jeno sekolah full." Siena menjawab sambil mengerucutkan bibirnya "Dokter Tomo bilang kalau dia baik-baik saja dan lagian perkiraan melahirkan juga masih lama.""Terserah, kerjanya tetap di ruangan ini!" Jimmy mengatakan dengan nada tegas yang diangguki Siena.Hasil keputusan atau sidang sudah keluar, bahkan permintaan mereka terkait dengan kondisi kejiwaan dengan hasil tidak sesuai keinginan mereka membuat semua mendapatkan hukuman sesuai perbuatannya. Febby juga mendapatkan hukuman dari ikatan dokter dimana semua gelarnya dicabut, dengan begitu pendidikan yang dilaluinya menjadi sia-sia tanpa adanya gelar. Jimmy sebenarnya tidak mau mendengar kabar apapun tentang Febby, tapi ketiga sahabatnya selalu memberi kabar yang tidak tahu dapat darimana. Mendengar kabar mereka tidak satupun yang Jimmy ingat karena memang tidak penting, walaupun begitu Endi dan juga ketig
"Puas sama hasilnya?" tanya Jimmy tepat di telinga Endi."Lumayan," jawab Endi tanpa mengalihkan pandangan dari jalannya sidang.Keputusan yang dibacakan tampaknya kurang membuat keluarganya puas, Jimmy menatap istri Yudi yang terlihat santai saat hasil pembacaan hukuman. Mengikuti langkah Endi yang keluar dari ruang sidang, meninggalkan tim lawyer mereka yang masih diskusi.Endi membawa langkah mereka menuju mobil yang menjadi alat transportasi mereka berdua sejak pertama, hembusan napas panjang dikeluarkan mereka berdua saat sudah berada didalam mobil. Supir membawa mereka keluar dari pengadilan, tidak ada yang membuka pembicaraan seakan sibuk dengan pikiran masing-masing."Apa reaksi nenek dan adik Febby waktu kamu kasih tahu?" tanya Endi memulai pembicaraan mereka."Terkejut, mereka terdiam beberapa saat. Neneknya yang langsung menangis dan meminta maaf, mereka berdua juga minta bertemu sama keluarga Arkan. Aku menolak ide mereka kare
"Aku lihat Prof Yudi kemarin, berantakan dan nggak seperti biasanya."Jimmy memilih diam mendengarkan informasi yang Danu berikan, saat mendengarnya sudah tidak ada rasa kasihan sedikitpun dan tampaknya hati Jimmy sudah mati rasa mendengar informasi tentang mereka."Febby di hukum berat, benar?" Jimmy menganggukkan kepalanya "Gelar dokternya juga dicabut, tapi Prof Yudi sedang berusaha agar tidak terjadi. Aku tahu gimana perasaannya secara Febby itu anak kebanggaannya." Danu melanjutkan ceritanya dengan memberikan tambahan tentang keadaan mereka "Kamu nggak ketemu Febby?""Buat apa? Nggak penting juga." Jimmy menjawab langsung.Danu mengangguk "Benar, lagian dia yang mencelakai kamu. Aku sampai sekarang nggak nyangka kalau mereka begitu, Febby yang baik dan manja sama kamu ditambah Prof Yudi yang tegas setiap kita belajar, walaupun kalau suruh milih mending sama Prof Marcus.""Kamu kan sempat mau membantu Prof Yudi," ucap Jimmy dengan tat
"Apa aku kurang tegas?" Siena mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Jimmy ketika mereka akan tidur."Tegas yang bagaimana? Kamu ke aku dan Jeno tegas, memang kamu merasa kurang tegas?" Siena mencoba bertanya untuk mengetahui maksud Jimmy.Mendengar jawaban Siena seketika Jimmy terdiam, tatapannya kosong dan memikirkan kata-kata Zee pada saat di rooftop rumah sakit. Zee benar saat menilai dirinya yang tidak jauh berbeda dengan Lucas dulu, tapi pada saat itu papi membantu Lucas keluar dari permasalahannya. "Memikirkan apa?" suara Siena membuyarkan lamunan Jimmy, tangan Siena membelai wajah Jimmy tanpa melepaskan tatapannya "Apa ada hubungannya dengan hasil dakwaan dari Febby?" tembak Siena yang membuat Jimmy menelan saliva kasar "Maksud pertanyaan kamu tadi itu ada hubungannya sama Febby?"Jimmy tahu tidak mungkin menutupi permasalahan ini dari Siena, apalagi komitmen dirinya dalam pernikahan dengan Siena adalah saling terbuka. Banyaknya kejad
"Mereka tiba-tiba datang minta kita mencabut laporan," ucap Billy yang diangguku Zee dan keluarga Fira."Kalian tanda tangan?" Endi menatap Fira dan keluarganya yang menggelengkan kepalanya "Bagus! Mereka nggak melukai kamu, kan?" "Kita semua baik-baik saja, pengawal bekerja dengan baik dimana langsung masuk saat kita mengirim pesan." Billy menjawab pertanyaan Endi "Aku justru khawatir sama Fira bukan kita sendiri.""Kami baik-baik saja," ucap Bian menenangkan mereka "Bagaimana hasil sidangnya?""Dua puluh tahun penjara yang diikuti pencabutan gelar dokter," jawab Endi yang diangguki mereka.Jimmy hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka dengan tatapannya tidak lepas dari Zee dan Fira, perasaan bersalah kembali hadir setiap kali melihat orang terdekatnya harus menghadapi permasalahannya. Jimmy baru merasakan perasaan Zee dulu, hanya saja bedanya Billy memiliki keinginan berubah, tapi tidak dengan Febby yang tetap dengan tujuannya.
"Terdakwa diputuskan bersalah dengan menjalani hukuman selama dua puluh tahun atas kasus pembunuhan....."Jimmy fokus menatap Febby yang menundukkan kepalanya, tapi bukan tanda-tanda penyesalan melainkan ketakutan. Jimmy sangat mengenal Febby dengan sangat baik, bahasa tubuhnya bisa terbaca dan terlihat jelas dimana Jimmy bisa melihat secara jelas."Sayang harusnya hukuman mati, kita sedang diskusi untuk mengajukan banding agar hukumannya lebih berat." Jimmy mengalihkan pandangan kearah Endi yang berbisik padanya."Apa tidak keterlaluan?" Endi menatap Jimmy tajam "Bagian mana yang keterlaluan? Hukumannya? Kamu masih punya hati ternyata sama dia."Jimmy terkejut melihat reaksi Endi, menatap saudaranya yang beranjak dari tempat duduk dengan mendekati tim lawyer. Mencerna kata-kata Endi dan sedikit bingung tentang masih memiliki hati, sedangkan hatinya sudah selesai dan berpindah ke Siena, tidak hanya itu sedetik saja tidak ada membayangkan
"Kalian setuju?" Bima menatap tajam kearah Rifat dan Tania setelah mendengar permintaan Galih.Bima langsung mengambil penerbangan untuk pulang ke Indonesia setelah di hubungi Rifat tentang kedatangan Galih, Bima sudah memberi pesan apabila Galih datang ke rumah artinya mereka melakukan usaha terakhir dan tampaknya benar saat mendengar penawaran yang di berikan Galih pada keluarga mereka.Bima yang mengikuti setiap rencana yang dibuat Wijaya dulu untuk menyelamatkan Tania, arti lebih besar adalah tahu karakter mereka masing-masing dan Rifat diberitahukan hanya garis besar bukan secara keseluruhan."Kita nggak setuju, tapi Galih bilang akan memberi waktu kita berpikir." Rifat menjawab pertanyaan Bima setelah sedikit tenang."Tujuan mereka adalah membuat kalian bercerai dan menikahi Tania, semua akan mereka lakukan untuk mendapatkan nama baik keluarga seperti dulu dengan bisnis mereka yang berjalan lancar. Intinya adalah mereka ingin menguasai H&D G
"Sidangnya cepat banget?" Jimmy menatap Endi penasaran.Endi menggelengkan kepalanya "Bukan sidang masalah Zee dan Fira, tapi kelanjutan Febby.""Maksudnya?" Jimmy mengerutkan keningnya."Otaknya dia." Endi menunjuk wanita yang duduk dihadapan hakim sedang memberikan pernyataan."Istri pertama?" Endi menganggukkan kepalanya "Bagaimana bisa? Memang yakin dia?""Tim menemukan sesuatu yang aneh dari kamera CCTV dimana keberadaan dia tidak jauh dari sana. Febby mendatangi dia setelah melakukan tugasnya, bisa jadi ada kesepakatan diantara mereka atau Febby melakukan atas perintah dia." Endi menjelaskan yang membuat Jimmy mengalihkan pandangan kearah Febby "Tim masih mencari apa yang melatar belakangi Febby melakukan itu.""Kemungkinan dia bebas?" Endi mengangkat bahu "Kita bukan membantu Febby, tapi mengusut sampai tuntas. Kamu jangan sampai tergoda dengan Febby setelah nanti tahu kejadian yang sebenarnya." Endi mengalihkan
"Berita itu beneran?" Ruli memasuki ruangan Jimmy diikuti kedua sahabatnya."Berita tentang istri Prof Yudi?" Mereka bertiga menganggukkan kepalanya "Benar." Jimmy memberikan jawaban yang sebenarnya."Bukannya sudah meninggal?" Tomo menatap tidak percaya."Ibu kandungnya, wanita ini adalah istri pertama. Ibunya Febby adalah istri yang lain." Jimmy menjelaskan secara lengkap."Sekarang di kantor polisi?" tanya Danu memastikan yang dijawab Jimmy dengan mengangkat bahunya "Kamu nggak ngikutin perkembangannya?"Jimmy menggelengkan kepalanya "Aku datang karena jadwal operasi yang sama sekali tidak bisa diundur.""Kasus semakin berkembang? Prof Yudi bagaimana? Datangin kalian lagi?" tanya Danu penasaran."Dia nggak akan berani melakukan itu lagi," jawab Jimmy santai dengan beranjak dari tempat duduknya "Aku mau melakukan operasi sekarang, sampai ketemu nanti."Jimmy melanggar perintah Lucas untuk tetap berada di rumah