Kai mengabaikan tatapan dari banyak orang yang diarahkan padanya sembari berdiri dari tempat duduknya. Ia merapikan jubah coklatnya sebelum melangkah keluar. Saat Kai melangkah keluar, kerumunan tamu undangan yang lebih dulu keluar segera membuka jalan untuknya. Mereka sama sekali tidak takut pada Kai, namun mereka takut jika terjadi pertempuran yang diprakarsai oleh Penatua Mu akan membuat mereka terkena dampak serangan.Kai berjalan dengan tenang melewati pintu raksasa aula, pandangannya teduh di bawah bayang-bayang topi jerami, auranya tenang saat ia berjalan menuju jalan utama kota. Puluhan ribu pasang mata memandang Kai dari jauh, berbagai macam tatapan dilemparkan ke arahnya, ada yang memandang Kai secara kagum, kasihan, dan rasa iri, ada juga yang memberikan ekspresi mencemooh saat menatap Kai.Kai secara alami tidak perduli dengan semua ini, ia sedang memikirkan rencana selanjutnya untuk bisa keluar dari bahaya yang akan datang."Kai... Apa yang akan kau lakukan selanjutnya? A
Puluhan ribu pasang mata melihat kepergian Kai yang secara tiba-tiba. Beberapa dari mereka awalnya mengira bahwa Kai memiliki pendukung yang sangat kuat di belakangnya sehingga ia bisa keluar dari kota dengan mendapatkan bantuan, namun mereka kini merasa terkejut saat melihat Kai dengan terang-terangan melarikan diri. Beberapa orang menyimpan rasa kagum terhadap keberanian Kai.Para pengunjung Kota Tua juga melirik Penatua Wu yang masih diam sebelum menghilang, mereka tahu jelas apa yang direncanakan oleh Penatua Wu. Ia akan menyergap dan membunuh Kai saat berada jauh dari pandang mata orang-orang di dalam kota. Meskipun begitu, mereka masih menyayangkan nasib Kai, namun mereka tahu, kekuatan adalah segalanya di dunia ini dan hal biasa bagi yang kuat memangsa yang lemah. Beberapa orang juga berdoa untuk keselamatan Kai, bagaimanapun keberanian Kai memberikan sedikit kekaguman di hati mereka.Sementara itu, di hutan yang dalam.Kai melesat di antara batang-batang pohon dengan kecepatan
Kai mengayunkan tinju kanannya dengan tegas ke bawah. Tinju itu dilapisi oleh ratusan Esensi Darah, terlihat bahwa Kai memang berniat membunuh keduanya dengan satu serangan. Kedua matanya tajam saat ia menghentakkan tinjunya ke arah dua orang itu."Tinju Pembunuhan Dewa!"Saat melihat serangan yang membuat ketakutan muncul di matanya, Pria Pendek dan Pria Pucat segera bertindak. Dua sosok bayangan segera berdiri di depan mereka untuk memblokir serangan ganas dari Kai.BANG!Ledakan mengguncang hutan tercipta saat gelombang pasca ledakan meruntuhkan pepohonan menjadi serpihan. Energi mengamuk segera mereda saat dampak ledakan menghilang ke udara.Kai menyipitkan matanya saat melihat hasil dari serangannya. "Memang sesuai dengan prestise mereka sebagai murid Sekte Besar..."Pria Pucat terengah-engah saat sudut bibirnya meneteskan darah. Ia menatap Kai dengan ekspresi rumit. "Bo-bocah ini sebenarnya sekuat ini..." Di depan Pria Pucat terlihat bongkahan kayu yang hancur menjadi serpihan,
Penatua Wu datang dan mengerutkan wajahnya saat melihat kondisi murid-muridnya. Dua di antaranya masih dalam kondisi baik, namun jelas mereka berada dalam amarah yang mendidih dan dua lainnya tampak terluka bahkan wajah Penatua Wu semakin tidak sedap dipandang saat melihat kondisi Pria Pendek."Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Aku tidak mengedarkan Divine Sense ku karena jika begitu orang-orang di kota Tua bisa mendeteksiku, namun aku hanya memberikan tugas yang mudah untuk membuntuti bocah lemah itu tapi kalian berakhir dengan kondisi yang buruk. Bahkan dengan Gagak Hitam kalian masih tidak sanggup menjaganya?" Wajah Penatua Wu tampak memerah.Pria Pucat dengan terbata segera menceritakan secara singkat kejadian yang mereka alami, mendengar hal ini, Penatua Wu menjadi semakin marah dan mendidih dengan wajah merahnya. "Bajingan tidak berguna! Ternyata dia adalah Kultivator Darah! Wajar saja bila di permukaan terlihat Energi Esensinya yang rendah dan apa?! Kalian kehilangan Gagak H
Penatua Wu dengan wajah muram mulai mengalirkan Energi Esensi menuju Kompas Emas. Ia kemudian melemparkan Kompas Emas dan berteriak. "Golden Compass Spatial! Segel!"Bunyi berdengung terdengar saat Kompas Emas bergetar, itu kemudian melesat ke udara dan menggantung tinggi di langit. Cahaya keemasan bisa terlihat meledak keluar darinya. Udara bergetar dan bahkan ruang di sekitarnya juga ikut bergetar saat fluktuasi cahaya keemasan tersebar ke segala arah sebelum membentuk Kurva berbentuk pentagon sejauh seribu kilometer.Kai yang berada sekitar lima ratus kilogram jauh dari Penatua Wu merasakan hatinya menegang saat melihat cahaya emas membungkus area di sekelilingnya sejauh seribu kilometer. Kai mengutuk keras saat menyadari niat Penatua Wu. "Sialan! Ini adalah Penjara Spasial aku tidak bisa meloloskan diri dari ini dengan mudah!"Kai menggertakkan gigi sebelum mencoba mengaktifkan Teleportation Stone dengan mengisi batu itu menggunakan Energi Esensinya. Teleportation Stone bersinar d
Kedua tangan Kai mati rasa saat ia menopang Gold Dragon Cauldron di depan tubuhnya. Kai memuntahkan darah terus menerus seolah-olah sungai darah mengalir melalui jubah coklatnya. Meskipun Gold Dragon Cauldron menahan sebagian besar serangan penuh Penatua Wu, Kai tetap masih terkena dampak ledakan serangan. Ia sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana jika serangan itu mendarat telak padanya, tubuhnya tentu akan meledak dalam serpihan kecil.Kedua tangan Kai terkulai lemas, ia tiba-tiba melepaskan cengkraman nya pada Gold Dragon Cauldron dan membuat Gold Dragon Cauldron jatuh berguling ke depan.Melihat hal ini kedua bola mata Penatua Wu menjadi merah karena keserakahan. Ia menembak lurus ke arah Gold Dragon Cauldron dengan hati yang dipenuhi keserakahan, ia tidak lagi mempedulikan Kai dan hanya mengirim Boneka Hitam untuk berurusan dengan Kai.Boneka Hitam melesat cepat saat itu bersiul di udara dan tubuhnya terbakar dengan Energi Kematian yang besar. Kai terlihat sangat tak berda
Bayangan Tinju Berwarna Merah Darah muncul di udara saat itu melesat dengan kecepatan mengerikan. Udara bergetar saat angin terbelah menjadi dua bagian seolah memberi jalan bagi Tinju Raksasa yang berisi momentum luar biasa itu.BOOOM!!Suara Booming yang nyaring terdengar saat itu berubah menjadi suara teredam ketika menghantam Golden Compass. Golden Compass bergetar dengan gila saat suara kacha terdengar ketika serpihan cahaya emas meledak membawa gelombang cincin energi merah bercampur warna keemasan ke segala arah. Puncak Gunung yang terkena dampak ledakan terpotong menjadi dua bagian.Penjara Spasial berwarna kuning berbentuk pentagon itu perlahan-lahan menghilang saat itu kehilangan dukungan energi dari Golden Compass. Melihat hal ini, Penatua Wu tercengang sebelum kutukan keras keluar dari mulutnya, ia menatap Golden Compass yang hancur dengan ekspresi pahit. "Bajingan! Bagaimana ini mungkin! Harta Karun Divine Soul Tingkat 9 dipecahkan hanya dengan dua serangan?!"Kai merasaka
Wajah Penatua Wu tampak dipenuhi teror, ia jelas mengetahui kuatnya serangan yang baru saja ia saksikan. Penatua Wu melihat ke langit tepat ke tengah pusaran awan hitam. "Pe-petir itu... Apakah Dewa Dunia yang menolong bocah ini? Siapa sebenarnya dia sampai Petir Surgawi turun untuk membantunya..."Saat Penatua Wu menggigil ketakutan. Dari balik Pusaran Awan Hitam terlihat siluet sesosok mahluk bersayap, sayapnya tampak membentang dari ujung ke ujung pusaran. Mahluk itu terbang dengan kecepatan menakjubkan ke arahnya.Perlahan namun pasti, sosok itu menjadi jelas. Itu terlihat berukuran raksasa, dua sayapnya yang seperti sayap kelelawar membentang dari ujung ke ujung sepanjang ratusan meter. Tubuhnya tampak kokoh dengan panjang mencapai ratusan meter, tubuhnya diselimuti oleh sisik berwarna hitam keunguan itu tampak seperti batu meteroit. Matanya memancarkan jejak misterius berwarna kuning dengan pupil hitam. Saat mahluk itu menatap Penatua Wu, yang terakhir segera merinding."Se-seek