Bayangan Tinju Berwarna Merah Darah muncul di udara saat itu melesat dengan kecepatan mengerikan. Udara bergetar saat angin terbelah menjadi dua bagian seolah memberi jalan bagi Tinju Raksasa yang berisi momentum luar biasa itu.BOOOM!!Suara Booming yang nyaring terdengar saat itu berubah menjadi suara teredam ketika menghantam Golden Compass. Golden Compass bergetar dengan gila saat suara kacha terdengar ketika serpihan cahaya emas meledak membawa gelombang cincin energi merah bercampur warna keemasan ke segala arah. Puncak Gunung yang terkena dampak ledakan terpotong menjadi dua bagian.Penjara Spasial berwarna kuning berbentuk pentagon itu perlahan-lahan menghilang saat itu kehilangan dukungan energi dari Golden Compass. Melihat hal ini, Penatua Wu tercengang sebelum kutukan keras keluar dari mulutnya, ia menatap Golden Compass yang hancur dengan ekspresi pahit. "Bajingan! Bagaimana ini mungkin! Harta Karun Divine Soul Tingkat 9 dipecahkan hanya dengan dua serangan?!"Kai merasaka
Wajah Penatua Wu tampak dipenuhi teror, ia jelas mengetahui kuatnya serangan yang baru saja ia saksikan. Penatua Wu melihat ke langit tepat ke tengah pusaran awan hitam. "Pe-petir itu... Apakah Dewa Dunia yang menolong bocah ini? Siapa sebenarnya dia sampai Petir Surgawi turun untuk membantunya..."Saat Penatua Wu menggigil ketakutan. Dari balik Pusaran Awan Hitam terlihat siluet sesosok mahluk bersayap, sayapnya tampak membentang dari ujung ke ujung pusaran. Mahluk itu terbang dengan kecepatan menakjubkan ke arahnya.Perlahan namun pasti, sosok itu menjadi jelas. Itu terlihat berukuran raksasa, dua sayapnya yang seperti sayap kelelawar membentang dari ujung ke ujung sepanjang ratusan meter. Tubuhnya tampak kokoh dengan panjang mencapai ratusan meter, tubuhnya diselimuti oleh sisik berwarna hitam keunguan itu tampak seperti batu meteroit. Matanya memancarkan jejak misterius berwarna kuning dengan pupil hitam. Saat mahluk itu menatap Penatua Wu, yang terakhir segera merinding."Se-seek
Saat Kai mulai mengaktifkan Teleportation Stone, Xuan menatap Penatua Wu dengan lekat, bersiap untuk bergerak kapan saja jika yang terakhir mencoba mengganggu pelarian Kai. Tubuh Xuan dialiri oleh Beast Qi saat itu merembes keluar dari tubuhnya. Ia sudah bersiap dalam mode pertempuran.Penatua Wu yang melihat Beast Qi yang keluar dari dalam tubuh Xuan mengerutkan wajahnya. Ekspresi ketakutan dan kehormatan saat melihat Xuan seketika berubah menjadi gelap. "Bajingan ini hanya bertingkah sok tangguh! Ia ternyata hanya pada Tingkat Divine Soul 7! Bagaimana aku bisa tertipu dengan Aura Divine Beastnya! Meskipun ia adalah Divine Beast yang dicintai oleh surga, namun yang ini sepertinya masih belum menginjak usia remaja!"Penatua Wu menggertakkan giginya, ekspresinya sangat jelek, jika ia tahu bahwa Xuan hanya menang dalam Aura Divine Beast namun memiliki Beast Qi Divine Soul Tingkat 7, ia pasti sudah lama menyerang Xuan dan membunuh Kai dalam retret yang terakhir.Fluktuasi Death Qi yang m
Sepeninggalan Kai, Penatua Wu terdiam terpaku, ia tidak menyangka bahwa serangan dan skema yang ia bangun sama sekali tidak berhasil untuk menghentikan Kai melarikan diri. Ia melihat ke sekitar dan menyadari bahwa tiga Boneka Wayang Divine Soul Tingkat 8 terbuang sia-sia. Penatua Wu merasakan sakit dan pahit di hatinya, boneka yang ia buat serta ia tingkatkan justru hancur begitu saja tanpa hasil apapun.Niat Membunuh merembes keluar dari tubuh Penatua Wu, Energi Kematian yang kental diedarkan ke seluruh tubuh hingga puncaknya. Ia kemudian menatap Xuan yang terbang di langit dengan kedua mata gelap berisi Aura Kematian yang kental. "Bajingan... Akan ku pastikan kau membayar mahal atas perbuatan mu, aku akan membunuhmu dan menyiksa jiwamu sebelum memurnikan mu menjadi Boneka Wayang!"Mendengar ancaman dari Penatua Wu, Xuan tidak takut, ia bahkan mencibir. "Seolah kau bisa melakukannya... Bawa itu! Ayahmu ini akan mengajarkanmu sesuatu!""Mati!"BANG!Energi Kematian dengan gila-gilaan
Deburan ombak terdengar seperti syair yang mengiringi terbitnya matahari. Suara burung-burung saling bersahutan meramaikan tepi pantai, menandakan hari mulai pagi.Suara gemericik pasir yang berbunyi saat di pijak terdengar. Membangunkan tidur panjang seorang pria muda yang terdampar di tepi pantai. Beberapa langkah kaki berjalan mendekat saat suara seorang gadis kecil samar-samar terdengar di telinga pria muda itu."Kakek! Ini di sini! Kemarilah!"Suara langkah kaki berat lainnya terdengar saat itu bergesekan dengan butir-butir pasir. Tampak seorang Pria Sepuh dengan seluruh rambut memutih serta kerutan di seluruh wajah berjalan mendekati seorang gadis kecil. Gadis kecil itu memiliki tubuh yang ramping namun anggun, terlihat beberapa bagian tubuhnya baru saja akan tumbuh menjadi dewasa. Usia gadis itu kira-kira empat hingga lima belas tahun. Dua kuncir kuda diikat pada rambutnya, wajahnya putih dan sedikit pucat, bibir mungilnya berwarna merah cerah dan kedua pupil matanya berwarna b
Pria Sepuh mendesah pelan saat ia menarik kedua telapak tangannya dari dada Kai. Ia menyeka noda darah di kedua telapak tangannya sebelum mengacak-acak rambut cucunya. "Kau gadis kecil yang nakal, kakek sudah membantunya, meskipun sangat disayangkan bahwa Pil Divine Soul Tingkat 9 diberikan padanya, namun kakek lebih menyayangimu... Kali ini hanya dewa yang bisa membantunya apakah ia akan pulih atau menjadi orang yang cacat..." Pria Sepuh itu berhenti sejenak sebelum melanjutkan. "Pemulihannya tergantung seberapa banyak tubuhnya bisa menyerap khasiat pil, dari kelihatannya, paling banyak ia bisa menyerap tiga puluh persen dan sisanya akan tersebar, sangat disayangkan..." Pria Sepuh itu menghela nafas kasar.Gadis kecil itu mencengkram erat jubahnya sambil menggigit bibir bawahnya, ia tampaknya berharap bahwa Kai bisa sembuh.Melihat kekhawatiran dari cucunya, Pria Sepuh hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Kita akan membawanya ke tempat yang aman... Jika dalam tiga hari ia masih belum
Setelah mata hari sudah tinggi, Kakek Sepuh itu mengajak Kai dan Gadis Kecil untuk mulai bergerak, ia membuka selubung Array, lalu berjalan ke arah Kai. "Kedipkan matamu dua kali jika kau bisa berjalan sendiri."Kai mengedipkan matanya sebanyak dua kali tepat setelah pertanyaan Pria Sepuh dilontarkan, dalam hatinya, meskipun ia masih sulit untuk bergerak, namun ia tidak ingin menyusahkan kedua orang itu lebih jauh.Kai mulai menurunkan kedua kakinya dari platform batu dan perlahan-lahan berdiri. Gadis Kecil itu tampak memperhatikan setiap pergerakan Kai dan bertingkah seolah-olah akan membantu Kai jika Kai terhuyung ataupun jatuh. Melihat reaksi gadis kecil itu, Kai tidak bisa tidak tertawa dalam hatinya."Gadis yang menggemaskan," gumam Kai.Kai perlahan berjalan beberapa langkah sebelum ia kembali menemukan momentumnya, kini ia bisa berjalan cukup lancar meskipun tidak sempurna. Melihat hal ini, Gadis Kecil itu menghela nafas lega dan tersenyum lebar sebelum berjalan di samping Kai.
Seorang Pria Setengah Baya yang menggunakan baju armor menatap Kai dengan ekspresi teduh, rekan-rekannya yang lain juga menatap Kai dengan tatapan keheranan.Kai di sisi lain ikut menatap mereka dan tatapan matanya seketika ikut menjadi tentram. "Mereka adalah para perampok baik hati yang aku temui saat pertama kali memasuki Provinsi Perantara..." Kai terkekeh dalam hatinya saat mengingat para perampok itu justru memberikan Kai Soul Stone alih-alih merampoknya.Menyadari tatapan para perampok itu pada Kai, Pria Sepuh membuka matanya dan hawa dingin segera merayap di punggung para perampok saat Pria Sepuh bertanya pada Kai. "Mereka orang yang membuat mu menderita seperti ini?"Kai tidak menjawab, tidak juga menoleh. Melihat tatapan Kai pada para perampok itu, Pria Sepuh segera mengerti bahwa orang-orang itu bukanlah orang yang menyerang Kai sehingga ia tidak lagi memperhatikan dan kembali menutup matanya.Suasana hening menyelimuti geladak kapal saat Liu Bingbing tertidur di pangkuan K