Disaat sang mama mencarinya karena takut dirinya berbuat hal yang aneh-aneh lagi ternyata Maura justru menemui Aksa untuk mengahsut Kakak iparnya itu agar membenci Savana. Jujur mungkin sebenarnya Maura masih menyimpan rasa dendam pada Savana yang sudah menikah dengan laki-laki yang sangat dicintainya yakni Aksa."Kamu udah tahu kan kalau Kak Savana masuk penjara karena apa?" ujar Maura sambil menatap mata Aksa dengan tatapan tajam.Dihadapan Aksa saat ini Maura mencoba untuk bersikap seolah-olah tidak tahu apa-apa padahal dia adalah orang dibalik semua kekacauan yang menimpa Savana. "Kamu pasti enggak nyangka kalau ternyata perempuan yang sangat kamu cintai itu ternyata masih sering bertemu dengan mantan kekasihnya dibelakang kamu secara diam-diam," lanjut Maura dengan nada meyakinkan.Saat Maura berkata seperti itu membuat berbagai macam pernyataan didalam benak Aksa apalagi sejak kemarin dia begitu sangat overthinking tentang permasalahan yang menimpa istrinya apalagi itu menyangk
Maura terus menjelaskan kepada Aksa jika Savana juga sering diam-diam bertemu dengan Erik dibelakang Aksa. "Aksa aku sebenarnya enggak mau jelek-jelekin Kak Savana tapi ya mau gimana lagi aku harus jujur sama kamu, aku harus kasih tahu sama kamu kalau selama kamu dinas Erik itu sering banget temuin Kak Savana di rumah saat Kak Savana sendirian," ujar Maura."Oh iya kalau apa yang aku katakan barusan cukup membuat hati kamu sakit aku minta maaf yang sebesar-besarnya sama kamu, aku enggak ada niatan sama sekali buat menjauhkan kamu dari Kak Savana atau membuat kamu membenci dia tapi aku rasa kamu harus tahu itu karena setidaknya setelah kamu tahu semuanya kamu enggak akan kaget lagi," lanjut Maura."Tahu semuanya?" tanya Aksa sambil menaikan alisnya, kali ini nampaknya ia sudah mulai tertarik dengan obrolan Maura.Maura menganggukkan kepalanya dengan serius. "Iya Aksa kan waktu polisi menggeledah rumah kalian, polisi menemukan satu buket bunga milik Erik yang diduga akan diberikan pada
Mama Maia yang sedari terus mondar-mandir dihalam rumahnya karena khawatir dengan kondisi dan posisi Maura saat ini akhirnya bisa bernafas lega setelah melihat mobil pribadi Maura memasuki area garasi di rumahnya. "Itu dia Maura akhirnya dia datang juga aku udah enggak tenang banget dari tadi," ucapnya dengan raut wajahnya yang lumayan pucat.Dengan cepat ia menghampiri Maura yang baru saja turun dari mobil mewahnya. "Mama kenapa sih? Kok kayaknya wajahnya panik banget gitu kaya orang yang udah dikejar setan aja," ucap Maura sambil mengerutkan keningnya ketika melihat sang Mama dengan wajah paniknya mengahmpiri dirinya."Ya ampun Maura! Dari tadi itu Mama nyariin dan nungguin kamu. Mama khawatir sama kamu Maura, Mama enggak mau kamu lakuin hal-hal yang aneh lagi karena Mama enggak mau berurusan lagi sama polisi!" celoteh Mama Maia pada putri kesayangannya."Mama apa-apan sih yaudah tenang aja kenapa sih?" jawab Maura dengan santainya sambil berjalan masuk kedalam rumahnya lalu diikuti
Saat ini pikiran Aksa benar-benar kacau setelah bertemu dengan Maura, dalam perjalan ke penjara ia menyetir mobilnya dengan oerhana karena ia takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Aksa sendiri takut jika semua yang Maura katakan adalah sebuah fakta yang sangat menyakitkan bagi dirinya. Ia bingung harus bagaimana dengan kondisi Savana yang berada di penjara dan juga bukti-bukti yang ditemukan oleh polisi yang menyatakan Savana memang bersalah."Savana aku sangat mencintai kamu tapi aku juga bingung, aku juga takut kalau apa yang Maura katakan itu benar. Apalagi tentang kehamilan kamu," ucap Aksa sambil menyetir mobilnya.Untungnya sekarang jalanan terasa lancar tidak macet seperti biasanya jadi sedikit membuat Aksa tenang. Mungkin sekitar hampir satu jam akhirnya Aksa sampai. Ia segera turun dari mobilnya namun sebemum ia masuk ia bertemu dengan Papah Rangga yang baru saja selesai menjenguk Savana."Eh Aksa?" ucap Papah Rangga yang lebih dulu melihat Aksa yang berjalan denga
Sementara itu Agri yang merupakan asisten pribadi Xabiru sudah berhasil mendapatkan data pribadi tersangka kasus pembunuhan Erik. Sambil terus mengotak-atik lapt6yangbada dihadapannya dan beberapa kali ia membereskan beberapa lembar dokumen yang ada disampingnya. Agri selalu memastikan jika ia menyelesaikan pekerjaannya dengan sangat baik suapaya bisa menyenangkan hati Xabiru."Ternyata nama perempuan itu adalah Savana," guamam Agri dengan pelan sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.Agri sendiri sebagai orang terdekat dari keluarga Adiguna tidak pernah menyangka jika Erik putra bungsu dari keluarga Adiguna harus meninggal dunia dalam kondisi seperti itu. "Cepet banget kamu pergi Rik, padahal masih banyak urusan kerjaan yang belum kita obrolin bareng," batin Agri ketika kembali teringat dengan sosok Erik yang merupakan partner kerja sekaligus sahabat terbaiknya.Kepergian Erik memang meninggalkan duka yang sangat dalam terutama untuk orang-orang di lingkungan terdekatnya. Tidak lama s
Saat ini Papah Rangga sudah kembali ke rumah dan ia langsung disambut oleh senyuman manis dari istrinya. "Gimana kondisi Savana Pah?" tanya Mama Maia basa-basi."Kondisi dia saat ini benar-benar sangat terpuruk, Papah kasihan sama dia. Sekarang Papah juga lagi cara supaya bisa bantu dia keluar dari penjara," jawabnya.Maura yang kebetulan juga beras ditempat yang sama langsung mengerutkan keningnya setelah mendengar ayahnya berbicara seperti itu, ia tidak rela jika Savana keluar dari penjara dalam waktu cepat karena dia belum berhasil merebut Aksa."Udahlah Pah, orang Kak Savana sudah ditentukan bersalah masih aja dibelain!" sambung Maura yang sontak langsung membuat mata kedua orangtuanya tertuju padanya."Jaga mulut kamu Maura! Gimanapun juga Savana adalah anggota keluarga kita dan dia itu Kakak kamu juga masa kamu tega lihat dia di penjara!" jawab Papah Rangga dengan cepat yang tidak terima dengan apa yang keluar dari mulut Maura.Disitu Mama Maia mencoba untuk menengahi keduanya d
Saat ini di kamarnya Maura merasa tenang karena Savana sudah berada di penjara dan sepertinya rencananya untuk merebut Aksa akan berjalan mulus. Meskipun saat ini ia juga mempunyai masalah yang lumayan menguras pikirannya, ya tentang kehamilannya. "Kalau Kak Savana bilang sama semua orang kalau aku yang hamil anak Erik gimana ya?" batin Maura mulai gelisah lagi.Namun saat ini yang terpenting bagi dirinya adalah bagimana cara dirinya merebut Aksa yang sudah mulai masuk kedalam perangkapnya. "Cepat atau lambat sepertinya keinginan gue akan terwujud dan gue mau menikah sama Aksa secepatnya, sebelum anak yang ada dalam kandungan gue lahir," ucapnya sambil mengelus perutnya.Awalnya memang Maura sangat panik karena ia tidak mau hamil apalagi laki-laki yang membuatnya hamil adalah laki-laki yang bukan diinginkan oleh dirinya. Samapi saat ini yang mengetahui kehamilan dirinya hanya Mama Mia dan Savana. Papah Rangga saja tidak mengetahuinya dan Maura juga bingung harus cerita pada Papah Rang
"Kamu udah jenguk Savana?" tanya Mama Devi saat melihat putranya yang baru saja duduk diatas sofa.Aksa hanya menganggukkan kepalanya saat sang Mama bertanya seperti itu, entah kenapa perasaannya semakin tidak menentu seteleh ia bertemu dengan Savana apalagi saat di kantor polisi tadi keduanya sempat berdebat."Kamu yang sabar ya Aksa, gimana kondisi Savana disana?""Ya gitu Ma."Sekarang Aksa menjadi lebih pendiam Bahakan pada ibunya sendiri ia tidak banyak bicara tampaknya ia benar-benar terkejut dengan semua permasalahan yang terjadi saat ini ditambah lagi dengan ucapan-ucapan Maura yang terus berkeliaran dipikirannya."Kamu harus support istri kamu ya, Mama juga enggak ngerti gimana kejadian bisa-bisa jadi seperti ini," ucap Mama Devi yang selalu membela menantu kesayangan."Kalau Mama setiap keputusannya ikut kamu," lanjutnya lagi.Sebagai putra tunggal di keluarganya, Aksa memang Selakau mendapatkan perhatian yang lebih dari kedua orangtuanya terutama sang mama yang selalu mend
Savana masuk ke ruangan Xabiru dengan membawakan minuman untuk Mama Yunita. "Permisi, Pak, Ibu," ucap Savana dengan sangat ramah dan senyuman manis di wajahnya menggambarkan ketulusan hati dan jiwanya.Mama Yunita yang tadinya sedang asyik menggobrol dengan Xabiru langsung mengalihkan pandangannya kepada Savana. "Wah terimakasih banyak ya," ucap Mama Yunita."Iya baik sama-sama Bu, kalau begitu saya permisi ke belakang dulu," ucap Savana.Penampilan Savana yang sangat rapih dan cantik meskipun menggunakan seragam kantor sebagai cleaning servis. Hal itu langsung membuat Mama Yunita begitu sangat menyukai Savana. "Kamu Office Girl baru ya disini?" tanya Mama Yunita.Savana hanya mengangguk dan tersenyum. "Bukan Office Girl Ma, tapi dia adalah calon menantu Mama," sambung Xabiru yang sontak langsung membuat Savana terkejut seketika."Apa maksud dari ucapan Pak Xabiru? Aku enggak salah dengar kan?" tanya Savana pada dirinya sendiri dalam hatinya."Kamu yang bener Xabiru masa calon mantu M
Mama Yunita yang merasa bosan karena setiap harinya harus di rumah terus akhirnya sekarang ia memutuskan untuk pergi ke kantor meskipun tidak untuk bekerja dan hanya mengecek bagaimana kondisi kantor perusahaan peninggalan suaminya itu namun sudah cukup membuat hatinya merasa sangat senang. "Tolong antar saya ke kantor ya," ucap Mama Yunita pada salah satu sopir di rumahnya."Apa Bu? Ke kantor?" tanya sopir itu yang sepertinya terkejut dengan perkataan Mama Yunita."Iya," sahutnya.Raut wajah sopir itu tampak tegang karena ia takut dimarahi Xabiru jika ia salah. "T-tapi Bu?" ucap sopir itu dengan gugup.Setelah itu Mama Yunita langsung tersenyum karena ia langsung paham dengan maksud sopir pribadinya itu. "Kamu tenang aja enggak usah takut sama Mas Biru nanti saya bilang sama Biru kalau saya mau main ke kantor," jelas Mama Yunita."Oh baik kalau begitu, ayo Bu saya antar," sahut sopir pribadi itu yang langsung membukakan pintu mobil Toyota Alphard.Setelah itu Mama Yunita langsung mas
Setelah sampai di taman Maura pun langsung me gaja Syifa untuk duduk, ia juga tidak lupa memberikan es cream yang dibawanya kepada Syifa. "Ini Es krim nya Syifa, Tante beliin spesial hanya untuk kamu," ujar Maura yang selalu bersikap baik kepada Syifa karena ia sangat tahu jika gadis kecil yang saat ini sedang bersamanya itu bisa dimanfaatkan dengan sangat baik."Wah, makasih banyak ya Tante," jawab Syifa yang kemudian langsung memakan es cream yang dibelikan oleh Maura, raut wajah Syifa begitu sangat senang, ia tidak kesepian lagi, ia serasa memiliki seorang yang siap mendengarkan semua celotehan lucunya."Syifa Tante mau tanya deh," ucap Maura."Tanya apa Tan?""Sekarang ini Tante enggak pernah lihat kamu main bareng kaya gini Mama kamu, Mama Sava," ucap Maura mulai memancing.Syifa yang tadinya ceria langsung murung dan menundukkan kepalanya lagi ketika Maura mulai membahas Sola Savana karena memang saat ini Savana memang sedang sibuk-sibuknya bekerja hingga kurang waktu untuk berm
Sementara itu saat ini Syifa sedang ikut Papah Rangga mengurusi bisnis restoran dan juga kafenya. Pengngujung restoran hari ini cukup ramai jadinya Syifa sedikit kesal karena Papah Rangag sibuk melayani para pelanggan bersama dengan beberapa karyawan lainnya. "Oppa juga sibuk banget dari tadi mondar-mandir terus sementara itu disini sendirian terus," guamam Syifa.Papah Rangga yang sudah selesai mengantarkan pesanan ke meja pelanggan tidak sengaja melihat Syifa yang sedang melamun sendirian dengan raut wajah yang sedih, Papah Rangga langsung menengok kearah ruangan restoran miliknya. "Pelanggan lagi ramai-ramainya lagi tapi Syifa kayanya lagi sedih karena enggak ada yang ngajak main," batin Papah Rangga yang langsung menghampiri Syifa."Syifa," ucap Papah Rangga dengan lembut sambil duduk disamping cucunya."Syifa kenapa kok diem terus sih?" tanya Papah Rangga."Syifa kesel sih kenapa coba Opa sama Mama itu sibuk-sibuk banget, aku juga pengen main sama kalian,"ucap Syifa.Mendengar ce
Saat melihat Savana yang tidak pernah berhenti bekerja sejak pagi hingga siang hari membuat hati Agri cukup iba melihatnya. "Dia dari pagi enggak istirahat kali ya, kerja terus, kasihan juga kalau gini lihatnya," batin Agri dalam hatinya.Sementara itu Xabiru terus bertanya kepada Agri tentang kondisi Syifa ketika ibunya sibuk bekerja dari pagi hingga malam. "Agri Apakah kamu tahu gimana kondisi Syifa ketika ibunya bekerja?" tanya Xabiru pada Agri."Sebenarnya saya tidak tahu pasti sih Pak, tapi saya yakin kalo Syifa merasa sangat kecewa ketika ibunya terlalu sibuk dengan pekerjaannya, Syifa sendiri pasti merasa jika ibunya lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan dirinya," jelas Agri sambil menatap wajah Xabiru."Sebenarnya saya akan terus membuat kondisi Savana terus menerus menderita selama satu Minggu kedepan tapi Apakah fisik dia kuat? Gimana nanti kalau dia sakit jadinya yang ada enggak bisa usilin dia lagi nanti," batin Xabiru dalam hatinya."Sekarang perempuan itu lagi nga
Hari kedua bekerja Savan sudah harus berangkat pagi-pagi sekali yakni pukul 05.00 atas perintah Agri kemarin. Sebenarnya ia masih ingin melanjutkan tidurnya karena kegiatan kemarin sungguh sangat melelahkan. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 04.45 dan ia harus cepat pergi ke kantor. Papah Rangga yang sedang duduk diruang tv langsung keningnya ketika melihat putri tercintanya sudah sangat cepat untuk pergi ke kantor pagi-pagi sekali."Savana kamu mau kemana Nak? Ini masih pagi banget loh masa udah mau pergi ke kantor lagi aja?" tanya Papah Rangga.Mendengar suara Papah Rangga, Savana langsung menghampirinya lalu menyalami tangan Papah Rangga. "Aku mau pamit sama Papah untuk pergi ke kantor karena kerjaan aku di kantor banyak banget Pah jadi harus berangkat pagi-pagi," jelas Savana mencoba memberikan penjelasan kepada Papah Rangga yang selalu mengkhawatirkan kondisi kesehatan Savana."Tapi harus pagi banget kaya gini ya? Padahal kemarin kamu juga pulang tengah malam sayang. Papah t
Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00. Akan tetapi Savana masih juga belum sampai rumah padahal Papah Rangga juga sudah beberapa kali menghubungi dirinya untuk menyuruhnya segera pulang karena hari sudah semakin malam akan tetapi Savana nampak mengabaikannya karena sibuk dengan pekerjaannya."Savana kenapa kerjanya sampe malam gini ya? Emangnya dia lembur tapi kan ini hari pertama dia kerja masa udah langsung lembur aja? Aku takut dia sakit," batin Papah Rangga dalam hatinya.Sementara itu Mama Maia yang sudah mencuci muka dan memakai berbagai macam skincare malam untuk segera tidur tidak lupa untuk mengajak suaminya tidur. "Pah, ini udah malam loh, ayo kita tidur aja Pah lagian mungkin Savana pulang telat karena banyak kerjaan di kantor," ucap Mama Maia."Itu Syifa juga sepertinya juga udah ngantuk banget," lanjut Mama Maia sambil menatap mata Syifa yang berada dalam pangkuan Papah Rangga."Mama kemana sih Oma? Opa?" tanya Syifa pada Mama Maia dan juga Papah Rangga sementara itu Mama M
"Kamu yang bener dong bersih-bersihnya!" teriak Xabiru sambil menumpahkan seember air yang Savana gunakan untuk mengepel bagian depan loby kantor, banyak para karyawan yang menyaksikan Xabiru membentak Savana dengan sangat keras hingga membuat Savana tidak bisa berkutik lagi dan hanya bisa menundukkan kepalanya."M-maaf Pak, tapi menurut saya udah bener kok saya ngepel lantainya," ucap Savana yang sedikit gugup."Berani kau menjawab!" jawab Xabiru yang semakin mengeraskan suaranya.Dalam hatinya Xabiru merasa belum puas untuk mempermalukan Savana didepan banyak karyawan di kantor.Saat menatap dan mengamati wajah Xabiru, Savana merasa tidak asing dengan orang nomor satu di kantornya itu. "Laki-laki ini kan yang pernah nolonginaku kalau enggak salah ya? Iya aku pernah ketemu dia dijalan waktu aku masih bekerja dulu," batin Savana dalam hatinya yang tidak berani menatap wajah Xabiru terlalu lama karena ia takut dengan suara Xabiru yang begitu menggelegar ketika membentak dirinya."Habis
Saat ini Savana sudah menitipkan Syifa kepada Papah Rangga dan juga Mama Maia karena sekarang Maura sudah sibuk dengan Aksa dan tidak bisa lagi mengurusi Syifa yang saat ini sedang masa aktif-aktifnya. Tapi saat ini merasa sedih karena kesulitan mencari pekerjaan, hampir semua perusahaan menolaknya dan alasannya sama yakni Savana yang merupakan mantan napi. "Aku capek, semua perusahaan menolaku hanya karena aku mantan nara pidana," batin Savana dalam hatinya.Namun ia tidak pantang menyerah hingga terus mencari informasi tentang lowongan pekerjaan, ratusan lamaran ia berikan dan hanya tinggal satu lagi perusahaan yang ia harapkan dapat menerimanya meskipun ia rasa mustahil karena perusahaan ini merupakan perusahaan yang sangat besar di Indonesia bahkan perusahaan kecil saja menolaknya apalagi ini, Savana juga tidak terlalu berharap banyak namun ia tidak pernah lelah untuk terus mencoba."Semoga aja aku bisa diterima di perusahaan ini meskipun rasanya mustahil sekali," ucap Savana.Set