Hari berganti hari, Minggu berganti Minggu, dan bulan berganti bulan, tidak terasa kini kandungan Maura sudah berusia tujuh bulan namun ajaibnya perutnya masih terlihat kecil seolah ia tidak sedang mengandung padahal usia kandungannya sama dengan kehamilan Savana yang justru kandungan Savana kini sudah begitu membesar.Saat ini entah mengapa tidak seperti biasanya, perut Maura terasa sangat sakit namun ia berusaha untuk menahannya, ia tidak ingin berbicara pada Mama Maia karena ia juga tidak ingin merepotkan ibunya itu. "Perut gue sakit banget gila, mau bilang sama Mama tapi enggak enak karena gue udah kevewain dia dan masa iya gue tega bikin susah dia lagi sekarang karena kondisi kehamilan gue," ujar Maura yang terus menekan perutnya menggunakan bantal yang ada di tempat tidurnya."Semoga aja enggak terjadi apa-apa sama kandungan gue!" batin Maura yang sebenarnya ia juga sangat khawatir jika akan terjadi sesuatu dengan bayi yang ada dalam perutnya.Padahal seharusnya sekarang ia bers
Mama Maia begitu terkejut ketika melihat kondisi Maura yang sangat lemah dan hampir pingsan yang lebih membuatnya shock lagi adalah ketika melihat Maura yang tergeletak dibawah tempat tidur karena tampaknya sudah tidak tahan lagi menahan rasa sakit yang dirasakannya. Melihat kedatang sang Mama, Maura langsung meminta tolong pada ibunya dengan merintih. "Mah tolong aku, sakit banget Mah," lirih Maura sambil menangis menatap wajah sang Mama. Melihat kondisi Maura membuat Mama Maia merasa sangat sedih tanpa pikir panjang ia langsung membawa Maura, membangunkan Maura dan menuntunnya pelan-pelan untuk masuk kedalam mobil, rencananya ia akan membawa putrinya ke rumah sakit terdekat untuk diperiksa lebih lanjut. "Kamu masih kuat jalan ya kan sayang sampai garasi depan aja," ucap Mama Maia sambil melihat kearah Maura. Maura hanya dapat mengangguk lemah dan ia pun berjalan dengan perlahan dibantu oleh Mama Maia. "Hati-hati sayang," ucap Mama Maia sambil menuntun Maura berjalan. Setelah mas
Sementara itu saat ini Aksa sedang bersiap-siap untuk bertemu dengan Maura nalmun ia juga merasa ragu karena sampai saat ini handphone Maura masih juga belum aktif padahal ia ingin bertemu dengan Maura untuk menggobrol tentang Savana. "Dari tadi pagi Maura handphonenya enggak aktif sebenarnya jadi enggak sih kita ketemuannya nanti jangan sampai aku udah capek-capek nunggu dan dia malah enggak datang," gerutu Aksa yang terus mondar-mandir didalam kamarnya."Sekarang aku telepon juga enggak aktif," keluhannya lagi.Banyak hal yang perlu ia bicarakan bersama dengan Maura karena Aksa merasa jika Maura dapat memberikan informasi apapun dengan jelas tentang Savana namun sayangnya sekarang ia merasa sangat kesal karena Maura sangat sulit dihubungi.Sekarang hubungan Maura dan juga Aksa juga semakin dekat bahkan sekarang Aksa sudah jarang lagi menjenguk Savana di kantor polisi dan ia lebih memilih untuk bertemu dengan Maura. Bagi dirinya Maura tidak hanya dapat sekedar memberikan informasi te
Xabiru terus memperhatikan Mama Yunita yang saat ini sedang berada di meja makan, setelah sekian lama akhirnya ia merasa sangat bahagia karena bisa duduk kembali bersama dengan ibunya yang sempat depresi karena kepergian Erik. Sampai saat inipun Mama Yunita masih terlihat sangat terpukul dengan kepergian Erik namun kondisinya saat ini sudah sangat jauh lebih baik dari sebelumnya. "Mama makan yang banyak ya," ucap Xabiru dengan sangat lembut pada ibunya. "Iya thank you, Biru." Tidak ada hal yang lebih membahagiakan dalam hidupnya selain bisa melihat ibunya tersenyum meskipun ia sendiri tidak tahu bagaimana perasaan sang mama saat ini yang masih sering kepikiran dengan Erik. Wajar saja karena Mama Yunita merupakan tipe ibu yang sangat penyayang baik pada Xabiru maupun pada Erik anak bungsunya. Setelah kehilangan suaminya ia harus merasakan kesedihan yang lebih dalam lagi akibat kepergian Erik, namun meskipun begitu ia masih sering diberikan dukungan yang sangat baik oleh Xabiru yang
Sementara itu Mama Maia dan juga Maura sekarang tengah merasa hancur karena Maura mengalami keguguran. ia tak kuasa menahan air matanya lagi saat Dokter memgatakan jika janin yang ada didalam perut Maura gagal berkembang.Dokter menjelaskan pada Mama Maia jika keguguran ialah berhentinya kehamilan dengan sendirinya sebelum usia 20 minggu (kurang lebih 5 bulan). Penyebab keguguran kebanyakan tidak bisa diketahui secara pasti, namun kemungkinan besarnya adalah adanya kelainan genetik yang menyebabkan tubuh menghentikan kehamilan dengan sendirinya."Kemungkinan janin tidak berkembang sehingga kehamilan berhenti dan tubuh mengeluarkannya. Tanda keguguran yang paling umum adalah perdarahan dari vagina. Bisa juga disertai nyeri perut bawah," ucap seorang Dokter kandungan sebelum akhirnya keluar dari ruangan itu.Maura terus menangis karena ia bum siap kehilangan calon buah hatinya begitupula dengan Mama Maia yang sangat mengharapkan kehadiran calon cucunya dari Maura. "Maura udah sayang kam
Seperti memiliki ikatan batin yang sangat kuat dengan ayahnya seorang Savana juga benar-benar tidak bisa tenang. Ia sangat khawatir dengan kondisi sang ayah. "Perasaan aku akhir-akhir ini semakin enggak enak kenapa ya? Aku jadi khawatir sama Papah apalagi udah lama Papah juga enggak datang jenguk aku kesini." Savana bergumam dalam hatinya.Selama ini Savana memang sangat dekat dengan sang ayah bahkan disaat ia diperlakukan dengan kurang baik oleh Maura dan juga Mama Maia maka Papah Rangga akan sigap membela dan memenangkannya. Berada diposisi saat ini membuat Savana merasa menjadi anak yang tidak berguna karena hanya bisa menyusahkan ayahnya saja meskipun ia sendiri berusaha untuk tidak bersedih atas semua yang menimpanya namun ia masih saja tetap kepikiran."Lima tahun disini memang enggak bakalan mudah dan akupun enggak tahu aku akan bisa melewatinya atau tidak apalagi dengan kondisi aku yang saat ini sedang hamil," batinnya.Savana juga terus berpikir bagaimana nasib anaknya kelak
Mama Maia berjalan dengan detak jantung yang tidak beraturan, ia menyusuri lantai koordior Rumah Sakit dengan perasaan tidak tenang. "Nanti kalau aku pulang aku harus bilang apa sama Papah?" batinya merasa sangat gugup.Ia terus mencari cara dan juga alasan karena ia takut kalau dia jujur sakit yang suaminya rasakan akan bertambah parah. Ia berjalan dengan penuh kekhawatiran sedangkan Maura sudah lebih dulu masuk kedalam mobil karena tadi ia sempat dibantu oleh suster sementara itu Mama Maia harus sedikit terlambat masuk kedalam mobil karena harus mengurus beberapa biaya administrasi.Didalam mobil Maura terus melamun namun kali ini ia bukan memikirkan kehamilannyayang keguguran melainkan ia kepikiran dengan Aksa. "Gue jadi inget Aksa kemarin dia datang enggak ya ke kafe tempat kita janjian," gumamnya pelan.Saat kemarin memang Maura tampak sangat terpukul karena harus kehilangan bayi yang ada didalam perutnya namun saat ini ia jauh lebih lega dan tenang karena ia berfikir itu artinya
Mama Maia berjongkok didepan Papah Rangga yang tengah tertidur. "Maafin aku ya Pah," batinya sambil memandangi wajah tampan suaminya itu.Entah kenapa ia merasa sangat bersalah ketika menatap wajah suaminya, sudah cukup banyak permasalahan besar yang ia rahasiakan dari suaminya. Ia takut jika suatu saat semuanya akan terbongkar, ia tidak tahu harus berkata apa. "Mah, kamu dari mana aja?"Mama Maia langsung tertunduk mendengar suara berat Papah Rangga, matanya terbuka perlahan dan Mama Maia meolotot kaget."Aku harus bilang apa sama Papah?" batin Mama Maia yang panik namun berusaha untuk tetap tenang."E-eee aku minta maaf sebelumnya karena aku pergi gak bilang-bilang sama kamu Pah," ucap Mama Maia mencoba untuk menjelaskan dengan perlahan."E-Pah, kondisi kamu kok malah tambah parah kaya gini sih? Kamu tambah pucet banget, obat yang kemarin enggak kamu makan ya?" tanya Mama Maia yang langsung mengalihkan pembicaraan."Kita ke Dokter ya Pah ya, aku enggak mau kenapa-kenapa," lanjutnya
Savana masuk ke ruangan Xabiru dengan membawakan minuman untuk Mama Yunita. "Permisi, Pak, Ibu," ucap Savana dengan sangat ramah dan senyuman manis di wajahnya menggambarkan ketulusan hati dan jiwanya.Mama Yunita yang tadinya sedang asyik menggobrol dengan Xabiru langsung mengalihkan pandangannya kepada Savana. "Wah terimakasih banyak ya," ucap Mama Yunita."Iya baik sama-sama Bu, kalau begitu saya permisi ke belakang dulu," ucap Savana.Penampilan Savana yang sangat rapih dan cantik meskipun menggunakan seragam kantor sebagai cleaning servis. Hal itu langsung membuat Mama Yunita begitu sangat menyukai Savana. "Kamu Office Girl baru ya disini?" tanya Mama Yunita.Savana hanya mengangguk dan tersenyum. "Bukan Office Girl Ma, tapi dia adalah calon menantu Mama," sambung Xabiru yang sontak langsung membuat Savana terkejut seketika."Apa maksud dari ucapan Pak Xabiru? Aku enggak salah dengar kan?" tanya Savana pada dirinya sendiri dalam hatinya."Kamu yang bener Xabiru masa calon mantu M
Mama Yunita yang merasa bosan karena setiap harinya harus di rumah terus akhirnya sekarang ia memutuskan untuk pergi ke kantor meskipun tidak untuk bekerja dan hanya mengecek bagaimana kondisi kantor perusahaan peninggalan suaminya itu namun sudah cukup membuat hatinya merasa sangat senang. "Tolong antar saya ke kantor ya," ucap Mama Yunita pada salah satu sopir di rumahnya."Apa Bu? Ke kantor?" tanya sopir itu yang sepertinya terkejut dengan perkataan Mama Yunita."Iya," sahutnya.Raut wajah sopir itu tampak tegang karena ia takut dimarahi Xabiru jika ia salah. "T-tapi Bu?" ucap sopir itu dengan gugup.Setelah itu Mama Yunita langsung tersenyum karena ia langsung paham dengan maksud sopir pribadinya itu. "Kamu tenang aja enggak usah takut sama Mas Biru nanti saya bilang sama Biru kalau saya mau main ke kantor," jelas Mama Yunita."Oh baik kalau begitu, ayo Bu saya antar," sahut sopir pribadi itu yang langsung membukakan pintu mobil Toyota Alphard.Setelah itu Mama Yunita langsung mas
Setelah sampai di taman Maura pun langsung me gaja Syifa untuk duduk, ia juga tidak lupa memberikan es cream yang dibawanya kepada Syifa. "Ini Es krim nya Syifa, Tante beliin spesial hanya untuk kamu," ujar Maura yang selalu bersikap baik kepada Syifa karena ia sangat tahu jika gadis kecil yang saat ini sedang bersamanya itu bisa dimanfaatkan dengan sangat baik."Wah, makasih banyak ya Tante," jawab Syifa yang kemudian langsung memakan es cream yang dibelikan oleh Maura, raut wajah Syifa begitu sangat senang, ia tidak kesepian lagi, ia serasa memiliki seorang yang siap mendengarkan semua celotehan lucunya."Syifa Tante mau tanya deh," ucap Maura."Tanya apa Tan?""Sekarang ini Tante enggak pernah lihat kamu main bareng kaya gini Mama kamu, Mama Sava," ucap Maura mulai memancing.Syifa yang tadinya ceria langsung murung dan menundukkan kepalanya lagi ketika Maura mulai membahas Sola Savana karena memang saat ini Savana memang sedang sibuk-sibuknya bekerja hingga kurang waktu untuk berm
Sementara itu saat ini Syifa sedang ikut Papah Rangga mengurusi bisnis restoran dan juga kafenya. Pengngujung restoran hari ini cukup ramai jadinya Syifa sedikit kesal karena Papah Rangag sibuk melayani para pelanggan bersama dengan beberapa karyawan lainnya. "Oppa juga sibuk banget dari tadi mondar-mandir terus sementara itu disini sendirian terus," guamam Syifa.Papah Rangga yang sudah selesai mengantarkan pesanan ke meja pelanggan tidak sengaja melihat Syifa yang sedang melamun sendirian dengan raut wajah yang sedih, Papah Rangga langsung menengok kearah ruangan restoran miliknya. "Pelanggan lagi ramai-ramainya lagi tapi Syifa kayanya lagi sedih karena enggak ada yang ngajak main," batin Papah Rangga yang langsung menghampiri Syifa."Syifa," ucap Papah Rangga dengan lembut sambil duduk disamping cucunya."Syifa kenapa kok diem terus sih?" tanya Papah Rangga."Syifa kesel sih kenapa coba Opa sama Mama itu sibuk-sibuk banget, aku juga pengen main sama kalian,"ucap Syifa.Mendengar ce
Saat melihat Savana yang tidak pernah berhenti bekerja sejak pagi hingga siang hari membuat hati Agri cukup iba melihatnya. "Dia dari pagi enggak istirahat kali ya, kerja terus, kasihan juga kalau gini lihatnya," batin Agri dalam hatinya.Sementara itu Xabiru terus bertanya kepada Agri tentang kondisi Syifa ketika ibunya sibuk bekerja dari pagi hingga malam. "Agri Apakah kamu tahu gimana kondisi Syifa ketika ibunya bekerja?" tanya Xabiru pada Agri."Sebenarnya saya tidak tahu pasti sih Pak, tapi saya yakin kalo Syifa merasa sangat kecewa ketika ibunya terlalu sibuk dengan pekerjaannya, Syifa sendiri pasti merasa jika ibunya lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan dirinya," jelas Agri sambil menatap wajah Xabiru."Sebenarnya saya akan terus membuat kondisi Savana terus menerus menderita selama satu Minggu kedepan tapi Apakah fisik dia kuat? Gimana nanti kalau dia sakit jadinya yang ada enggak bisa usilin dia lagi nanti," batin Xabiru dalam hatinya."Sekarang perempuan itu lagi nga
Hari kedua bekerja Savan sudah harus berangkat pagi-pagi sekali yakni pukul 05.00 atas perintah Agri kemarin. Sebenarnya ia masih ingin melanjutkan tidurnya karena kegiatan kemarin sungguh sangat melelahkan. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 04.45 dan ia harus cepat pergi ke kantor. Papah Rangga yang sedang duduk diruang tv langsung keningnya ketika melihat putri tercintanya sudah sangat cepat untuk pergi ke kantor pagi-pagi sekali."Savana kamu mau kemana Nak? Ini masih pagi banget loh masa udah mau pergi ke kantor lagi aja?" tanya Papah Rangga.Mendengar suara Papah Rangga, Savana langsung menghampirinya lalu menyalami tangan Papah Rangga. "Aku mau pamit sama Papah untuk pergi ke kantor karena kerjaan aku di kantor banyak banget Pah jadi harus berangkat pagi-pagi," jelas Savana mencoba memberikan penjelasan kepada Papah Rangga yang selalu mengkhawatirkan kondisi kesehatan Savana."Tapi harus pagi banget kaya gini ya? Padahal kemarin kamu juga pulang tengah malam sayang. Papah t
Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00. Akan tetapi Savana masih juga belum sampai rumah padahal Papah Rangga juga sudah beberapa kali menghubungi dirinya untuk menyuruhnya segera pulang karena hari sudah semakin malam akan tetapi Savana nampak mengabaikannya karena sibuk dengan pekerjaannya."Savana kenapa kerjanya sampe malam gini ya? Emangnya dia lembur tapi kan ini hari pertama dia kerja masa udah langsung lembur aja? Aku takut dia sakit," batin Papah Rangga dalam hatinya.Sementara itu Mama Maia yang sudah mencuci muka dan memakai berbagai macam skincare malam untuk segera tidur tidak lupa untuk mengajak suaminya tidur. "Pah, ini udah malam loh, ayo kita tidur aja Pah lagian mungkin Savana pulang telat karena banyak kerjaan di kantor," ucap Mama Maia."Itu Syifa juga sepertinya juga udah ngantuk banget," lanjut Mama Maia sambil menatap mata Syifa yang berada dalam pangkuan Papah Rangga."Mama kemana sih Oma? Opa?" tanya Syifa pada Mama Maia dan juga Papah Rangga sementara itu Mama M
"Kamu yang bener dong bersih-bersihnya!" teriak Xabiru sambil menumpahkan seember air yang Savana gunakan untuk mengepel bagian depan loby kantor, banyak para karyawan yang menyaksikan Xabiru membentak Savana dengan sangat keras hingga membuat Savana tidak bisa berkutik lagi dan hanya bisa menundukkan kepalanya."M-maaf Pak, tapi menurut saya udah bener kok saya ngepel lantainya," ucap Savana yang sedikit gugup."Berani kau menjawab!" jawab Xabiru yang semakin mengeraskan suaranya.Dalam hatinya Xabiru merasa belum puas untuk mempermalukan Savana didepan banyak karyawan di kantor.Saat menatap dan mengamati wajah Xabiru, Savana merasa tidak asing dengan orang nomor satu di kantornya itu. "Laki-laki ini kan yang pernah nolonginaku kalau enggak salah ya? Iya aku pernah ketemu dia dijalan waktu aku masih bekerja dulu," batin Savana dalam hatinya yang tidak berani menatap wajah Xabiru terlalu lama karena ia takut dengan suara Xabiru yang begitu menggelegar ketika membentak dirinya."Habis
Saat ini Savana sudah menitipkan Syifa kepada Papah Rangga dan juga Mama Maia karena sekarang Maura sudah sibuk dengan Aksa dan tidak bisa lagi mengurusi Syifa yang saat ini sedang masa aktif-aktifnya. Tapi saat ini merasa sedih karena kesulitan mencari pekerjaan, hampir semua perusahaan menolaknya dan alasannya sama yakni Savana yang merupakan mantan napi. "Aku capek, semua perusahaan menolaku hanya karena aku mantan nara pidana," batin Savana dalam hatinya.Namun ia tidak pantang menyerah hingga terus mencari informasi tentang lowongan pekerjaan, ratusan lamaran ia berikan dan hanya tinggal satu lagi perusahaan yang ia harapkan dapat menerimanya meskipun ia rasa mustahil karena perusahaan ini merupakan perusahaan yang sangat besar di Indonesia bahkan perusahaan kecil saja menolaknya apalagi ini, Savana juga tidak terlalu berharap banyak namun ia tidak pernah lelah untuk terus mencoba."Semoga aja aku bisa diterima di perusahaan ini meskipun rasanya mustahil sekali," ucap Savana.Set