"Aduh, aku harus chat Maura karena kayaknya aku bakal pulang sore," batin Savana dalam hatinya sambil mengeluarkan handphone dari saku blazer yang dipakainya.
Savana pun mengirimkan pesan kepada Maura jika ia bisa ketemu dengannya ketika sore hari karena ada meeting mendadak. Savana pun segera menyimpan kembali handphone miliknya setelah mengirimkan pesan kepada Maura.
Savana kembali fokus pada laptop miliknya dan sedang menunggu Pak Denis untuk masuk keruangan meeting, sesekali Savana juga mengobrol dengan pelan bersama dengan Randi dan juga Aldi, dua partner kerjanya.
Mereka mengobrol masalah pekerjaan yang mereka alami dari mulai mengatasi permasalahan itu sampai mencegah munculnya permasalahan itu kembali.
***
Sementara itu Erik sudah selesai membelikan bunga untuk Savana, bunga cantik berwarna merah muda dan juga berwarna putih itu sangat indah dan juga cantik, Erik juga san
Sementara itu Maura juga sedang dalam perjalanan menuju rumah mewah Savana dan juga Aksa namun sepertinya Maura tidak membuka handphone miliknya jadinya ia tidak mengetahui pesan terbaru yang di sampaikan oleh Savana kepada dirinya.Didalam mobil yang dikendarainya pikiran Maura sudah melayang kemana - mana hatinya begitu pedih karena takut Erik tetap tidak mau mengakui bayi yang sedang dikandungnya. "Gimana kalau Erik tetep enggak mau mengakui anak yang ada didalam perut gue," batin Maura dalam hatinya.Maura memang menyesali perbuatannya ketika ia tidur bersama dengan Erik, ia merasa dirinya begitu ceroboh dan egois, tapi semua itu lantaran sakit hati yang ia alami akibat terjadinya pernikahan Savana dan juga Aksa. Maura memang sangat terluka saat menyaksikan pernikahan Aksa dan juga Savana.Maura begitu menyesali perbuatannya karena ia tidak berpikir kedepannya pada saat itu, ia merasa dirinya begitu bodoh karen
Mama Maia terlihat bergetar sambil menitikkan air matanya ketika memegang selembar kertas yang menyatakan jika Maura tengah mengandung, hatinya begitu rapuh karena merasa telah gagal menjadi seorang ibu. "Kamu hamil oleh siapa Nak," gumam Mama Maia sambil terus menitikkan air matanya.Didalam kamar putri tercintanya Mama Maia terus menitikkan air matanya, ia tidak menyangka jika Maura melakukan hal itu. "Mama enggak nyangka kamu seperti ini Maura," lirih Mama Maia sambil mengusap air mata yang jatuh dipipinya.Mama Maia begitu terpukul atas perbuatan Maura yang telah membuat dirinya merasa kecewa namun sayangnya dirinya tidak bisa marah kepada Maura karena dirinya sangat mencintai putri kesayangannya itu dan ia tidak ingin membuat putri kesayangannya mejadi lebih depresi jika Mama sama Papahnya ikut membenci dirinya."Sayang, Maura. Mama sangat kecewa sama kamu Nak, tapi Mama juga enggak bisa berbuat apa - apa, Mama juga enggak bisa marah karena Mama sanga
Savana sendiri sekarang baru saja keluar dari ruangan meeting bersama dengan teman - teman kantornya. "Ternyata meeting sekarang cuma sebentar," ucap Savana pada Randi dan juga Aldi."Tau tuh si Aldi kalau tahu gini gue mending lanjutin tidur," gumam Randi yang sepertinya masih kesal dengan Aldi yang membangunkan dirinya untuk persiapan meeting."Lah? Kok Lo jadi nyalahin gue! Mana gue tahu Lo bilang langsung aja sama Pak Denis," sahut Aldi yang kesal dengan apa yang diucapkan oleh Randi.Sementara itu Savana tersenyum ketika mendengarkan Randi dan juga Aldi yang selalu ribut ketika bertemu. "Udah - udah kalian itu kayak anak kecil aja setiap ketemu pasti ribut," ucap Savana sambil menatap kearah Randi dan juga Aldi.Mereka pun kembali keruangan mereka masing - masing, setelah sampai di ruangannya Savana segera duduk di kursi lalu menundukkan kepalanya dan melihat kearah jam tangan yang sedang dipaka
Maura segera masuk kedalam mobilnya dengan rasa takut yang begitu luar biasa, jantungnya terus berdetak kencang, jari - jari tangannya yang tidak sengaja menusuk Erik terus bergetar dan lemas.Maura takut terjadi apa - apa dengan Erik apalagi jika Erik sampai meninggal, ia tidak ingin kariernya semakin hancur dan semakin banyak masalah dalam hidupnya, ia tidak ingin dicap sebagai pembunuh karena ia sendiripun merasa tidak sengaja telah membuat Erik seperti itu.Maura dengan cepat menyalakan mesin mobilnya dengan perasaan campur aduk, ia menerobos pos penjagaan supaya tidak ditanya - tanya oleh satpam yang sedang bertugas pada saat itu dan Maura pun berhasil melewati pos penjagaan itu.Selama menyetir dalam perjalanan pulang menuju rumahnya, Maura begitu sangat ketakutan bibirnya pucat seketika, ketika ia terbayangkan tubuh Erik yang terbujur kaku dan juga begitu pucat. "Semoga Erik enggak apa - apa," batin Maura dalam hatinya.Maura juga terus ketakutan k
Sementara itu Savana baru saja keluar dari mobilnya dan ia begitu sangat terkejut ketika melihat pintu rumahnya terbuka. "Kok pintu rumahnya kebuka sih apa Maura sama Erik udah datang?" batin Savana dalam hatinya.Maura segera melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam rumahnya, ia begitu terkejut ketika melihat Erik yang terbujur kaku dan juga sangat pucat didalam rumah miliknya."Ya ampun Erik," teriak Savana dengan yang sangat panik melihat Erik yang terbaring dilantai ruang tamu rumah miliknya.Savana bertambah panik sekaligus heran karena ada gunting yang tertancap di perut Erik. "Kok ada gunting?" batin Savana dalam hatinya.Savana pun sangat panik ia bingung apa yang harus dilakukan olehnya melihat Erik yang terbujur kaku, ia hanya mampu berteriak sambil meminta tolong. "Tolong ... Tolong ... Tolong ...." teriak Savana sambil suaranya hampir habis namun tidak ada satu orangpun yang menghampiri dirinya.
Sementara itu Xabiru begitu terkejut ketika mendengar kabar lewat telepon jika adiknya masuk ke rumah sakit akibat luka tusuk yang ada dibagian perutnya. Ia benar - benar sangat panik saat ini, ia tidak ingin terjadi apa - apa dengan Erik, adik kandungnya.Xabiru juga memikirkan kondisi Mama Yunita jika mengetahui jika Erik kritis dan masuk rumah sakit akibat luka tusuk yang ada didalam perutnya. "Gue enggak tahu gimana caranya bilang sama Mama yang pasti gue yakin Mama pasti sangat shock," batin Xabiru dalam hatinya.Xabiru sendiri tidak ingin membuat Mamanya terus gelisah, ia pun akhirnya menyadari kenapa Mama Yunita terlihat sangat gelisah. "Mungkin Mama udah punya firasat jadinya akhir - akhir ini Mama kayaknya panik banget," batin Xabiru.Xabiru segera menelpon asisten pribadinya yang tidak kalah tampan dan mempesona dari dirinya yaitu Agri. "Agri saya minta kamu cari tahu siapa yang udah nusuk adik saya!" seru Xabi
"Erikkkk bangun Nak!" teriak Mama Yunita yang berusaha membangunkan Erik padahal Erik sudah tidak ada.Xabiru merasa pilu ketika melihat kondisi Mama Yunita yang semakin memburuk paska kehilangan Erik untuk selama - lamanya."Mah udah Mah, Erik udah enggak ada, kita harus ikhlas Mah," ujar Xabiru sambil mencoba menenangkan Mama Yunita yang sedari tadi terus memeluk Erik yang sudah tidak dapat diselamatkan."Kamu bohong! Erik masih hidup Erik enggak mungkin tinggalin Mama! Dia juga sangat mencintai dan sayang banget sama Mama jadi Mama yakin dia enggak akan pernah tinggalin Mama," lirih Mama Yunita sambil terus menangis terisak.Xabiru hanya dapat memijat keningnya, ia memaklumi perasaan Mama Yunita yang begitu terpukul ketika harus mendengar kabar jika Erik sudah meninggal, Xabiru menatap teduh mata Mama Yunita, ia tidak tega melihat Mama Yunita yang terus menganggap jika Erik masih hidup.Ras
Maura dan Mama Maia sekarang sedang ketakutan ketika mendengar Savana sedang berada di kantor polisi. "Sayang sekarang Savana udah ada di kantor polisi," lirih Mama Maia yang panik memikirkan kondisi putri kesayangannya.Mama Maia terus berpikir bagaimana caranya agar putri kesayangannya ini tetap berada dalam posisi aman. "Aku akan terus berusaha agar Maura tetap berada dalam posisi yang aman dan aku akan menjaga Maura," batin Mama Maia dalam hatinya yang tidak ingin melihat putri kesayangannya berada didalam jeruji besi.Mama Maia memang sangat mencintai dan menyayangi Maura sehingga dia akan rela melakukan apa saja demi keselamatan putri kesayangannya, Maura. "Mama akan berusaha sekuat tenaga supaya kamu tetap dalam keadaan aman," batin Mama Maia dalam hatinya."Aku enggak mau masuk penjara Mah! Aku enggak sengaja nusuk Erik! Aku enggak salah Mah," lirih Maura yang sudah sangat ketakutan.Maura terus mengeluarkan keringat dingin dari atas keningnya, ia
Savana masuk ke ruangan Xabiru dengan membawakan minuman untuk Mama Yunita. "Permisi, Pak, Ibu," ucap Savana dengan sangat ramah dan senyuman manis di wajahnya menggambarkan ketulusan hati dan jiwanya.Mama Yunita yang tadinya sedang asyik menggobrol dengan Xabiru langsung mengalihkan pandangannya kepada Savana. "Wah terimakasih banyak ya," ucap Mama Yunita."Iya baik sama-sama Bu, kalau begitu saya permisi ke belakang dulu," ucap Savana.Penampilan Savana yang sangat rapih dan cantik meskipun menggunakan seragam kantor sebagai cleaning servis. Hal itu langsung membuat Mama Yunita begitu sangat menyukai Savana. "Kamu Office Girl baru ya disini?" tanya Mama Yunita.Savana hanya mengangguk dan tersenyum. "Bukan Office Girl Ma, tapi dia adalah calon menantu Mama," sambung Xabiru yang sontak langsung membuat Savana terkejut seketika."Apa maksud dari ucapan Pak Xabiru? Aku enggak salah dengar kan?" tanya Savana pada dirinya sendiri dalam hatinya."Kamu yang bener Xabiru masa calon mantu M
Mama Yunita yang merasa bosan karena setiap harinya harus di rumah terus akhirnya sekarang ia memutuskan untuk pergi ke kantor meskipun tidak untuk bekerja dan hanya mengecek bagaimana kondisi kantor perusahaan peninggalan suaminya itu namun sudah cukup membuat hatinya merasa sangat senang. "Tolong antar saya ke kantor ya," ucap Mama Yunita pada salah satu sopir di rumahnya."Apa Bu? Ke kantor?" tanya sopir itu yang sepertinya terkejut dengan perkataan Mama Yunita."Iya," sahutnya.Raut wajah sopir itu tampak tegang karena ia takut dimarahi Xabiru jika ia salah. "T-tapi Bu?" ucap sopir itu dengan gugup.Setelah itu Mama Yunita langsung tersenyum karena ia langsung paham dengan maksud sopir pribadinya itu. "Kamu tenang aja enggak usah takut sama Mas Biru nanti saya bilang sama Biru kalau saya mau main ke kantor," jelas Mama Yunita."Oh baik kalau begitu, ayo Bu saya antar," sahut sopir pribadi itu yang langsung membukakan pintu mobil Toyota Alphard.Setelah itu Mama Yunita langsung mas
Setelah sampai di taman Maura pun langsung me gaja Syifa untuk duduk, ia juga tidak lupa memberikan es cream yang dibawanya kepada Syifa. "Ini Es krim nya Syifa, Tante beliin spesial hanya untuk kamu," ujar Maura yang selalu bersikap baik kepada Syifa karena ia sangat tahu jika gadis kecil yang saat ini sedang bersamanya itu bisa dimanfaatkan dengan sangat baik."Wah, makasih banyak ya Tante," jawab Syifa yang kemudian langsung memakan es cream yang dibelikan oleh Maura, raut wajah Syifa begitu sangat senang, ia tidak kesepian lagi, ia serasa memiliki seorang yang siap mendengarkan semua celotehan lucunya."Syifa Tante mau tanya deh," ucap Maura."Tanya apa Tan?""Sekarang ini Tante enggak pernah lihat kamu main bareng kaya gini Mama kamu, Mama Sava," ucap Maura mulai memancing.Syifa yang tadinya ceria langsung murung dan menundukkan kepalanya lagi ketika Maura mulai membahas Sola Savana karena memang saat ini Savana memang sedang sibuk-sibuknya bekerja hingga kurang waktu untuk berm
Sementara itu saat ini Syifa sedang ikut Papah Rangga mengurusi bisnis restoran dan juga kafenya. Pengngujung restoran hari ini cukup ramai jadinya Syifa sedikit kesal karena Papah Rangag sibuk melayani para pelanggan bersama dengan beberapa karyawan lainnya. "Oppa juga sibuk banget dari tadi mondar-mandir terus sementara itu disini sendirian terus," guamam Syifa.Papah Rangga yang sudah selesai mengantarkan pesanan ke meja pelanggan tidak sengaja melihat Syifa yang sedang melamun sendirian dengan raut wajah yang sedih, Papah Rangga langsung menengok kearah ruangan restoran miliknya. "Pelanggan lagi ramai-ramainya lagi tapi Syifa kayanya lagi sedih karena enggak ada yang ngajak main," batin Papah Rangga yang langsung menghampiri Syifa."Syifa," ucap Papah Rangga dengan lembut sambil duduk disamping cucunya."Syifa kenapa kok diem terus sih?" tanya Papah Rangga."Syifa kesel sih kenapa coba Opa sama Mama itu sibuk-sibuk banget, aku juga pengen main sama kalian,"ucap Syifa.Mendengar ce
Saat melihat Savana yang tidak pernah berhenti bekerja sejak pagi hingga siang hari membuat hati Agri cukup iba melihatnya. "Dia dari pagi enggak istirahat kali ya, kerja terus, kasihan juga kalau gini lihatnya," batin Agri dalam hatinya.Sementara itu Xabiru terus bertanya kepada Agri tentang kondisi Syifa ketika ibunya sibuk bekerja dari pagi hingga malam. "Agri Apakah kamu tahu gimana kondisi Syifa ketika ibunya bekerja?" tanya Xabiru pada Agri."Sebenarnya saya tidak tahu pasti sih Pak, tapi saya yakin kalo Syifa merasa sangat kecewa ketika ibunya terlalu sibuk dengan pekerjaannya, Syifa sendiri pasti merasa jika ibunya lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan dirinya," jelas Agri sambil menatap wajah Xabiru."Sebenarnya saya akan terus membuat kondisi Savana terus menerus menderita selama satu Minggu kedepan tapi Apakah fisik dia kuat? Gimana nanti kalau dia sakit jadinya yang ada enggak bisa usilin dia lagi nanti," batin Xabiru dalam hatinya."Sekarang perempuan itu lagi nga
Hari kedua bekerja Savan sudah harus berangkat pagi-pagi sekali yakni pukul 05.00 atas perintah Agri kemarin. Sebenarnya ia masih ingin melanjutkan tidurnya karena kegiatan kemarin sungguh sangat melelahkan. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 04.45 dan ia harus cepat pergi ke kantor. Papah Rangga yang sedang duduk diruang tv langsung keningnya ketika melihat putri tercintanya sudah sangat cepat untuk pergi ke kantor pagi-pagi sekali."Savana kamu mau kemana Nak? Ini masih pagi banget loh masa udah mau pergi ke kantor lagi aja?" tanya Papah Rangga.Mendengar suara Papah Rangga, Savana langsung menghampirinya lalu menyalami tangan Papah Rangga. "Aku mau pamit sama Papah untuk pergi ke kantor karena kerjaan aku di kantor banyak banget Pah jadi harus berangkat pagi-pagi," jelas Savana mencoba memberikan penjelasan kepada Papah Rangga yang selalu mengkhawatirkan kondisi kesehatan Savana."Tapi harus pagi banget kaya gini ya? Padahal kemarin kamu juga pulang tengah malam sayang. Papah t
Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00. Akan tetapi Savana masih juga belum sampai rumah padahal Papah Rangga juga sudah beberapa kali menghubungi dirinya untuk menyuruhnya segera pulang karena hari sudah semakin malam akan tetapi Savana nampak mengabaikannya karena sibuk dengan pekerjaannya."Savana kenapa kerjanya sampe malam gini ya? Emangnya dia lembur tapi kan ini hari pertama dia kerja masa udah langsung lembur aja? Aku takut dia sakit," batin Papah Rangga dalam hatinya.Sementara itu Mama Maia yang sudah mencuci muka dan memakai berbagai macam skincare malam untuk segera tidur tidak lupa untuk mengajak suaminya tidur. "Pah, ini udah malam loh, ayo kita tidur aja Pah lagian mungkin Savana pulang telat karena banyak kerjaan di kantor," ucap Mama Maia."Itu Syifa juga sepertinya juga udah ngantuk banget," lanjut Mama Maia sambil menatap mata Syifa yang berada dalam pangkuan Papah Rangga."Mama kemana sih Oma? Opa?" tanya Syifa pada Mama Maia dan juga Papah Rangga sementara itu Mama M
"Kamu yang bener dong bersih-bersihnya!" teriak Xabiru sambil menumpahkan seember air yang Savana gunakan untuk mengepel bagian depan loby kantor, banyak para karyawan yang menyaksikan Xabiru membentak Savana dengan sangat keras hingga membuat Savana tidak bisa berkutik lagi dan hanya bisa menundukkan kepalanya."M-maaf Pak, tapi menurut saya udah bener kok saya ngepel lantainya," ucap Savana yang sedikit gugup."Berani kau menjawab!" jawab Xabiru yang semakin mengeraskan suaranya.Dalam hatinya Xabiru merasa belum puas untuk mempermalukan Savana didepan banyak karyawan di kantor.Saat menatap dan mengamati wajah Xabiru, Savana merasa tidak asing dengan orang nomor satu di kantornya itu. "Laki-laki ini kan yang pernah nolonginaku kalau enggak salah ya? Iya aku pernah ketemu dia dijalan waktu aku masih bekerja dulu," batin Savana dalam hatinya yang tidak berani menatap wajah Xabiru terlalu lama karena ia takut dengan suara Xabiru yang begitu menggelegar ketika membentak dirinya."Habis
Saat ini Savana sudah menitipkan Syifa kepada Papah Rangga dan juga Mama Maia karena sekarang Maura sudah sibuk dengan Aksa dan tidak bisa lagi mengurusi Syifa yang saat ini sedang masa aktif-aktifnya. Tapi saat ini merasa sedih karena kesulitan mencari pekerjaan, hampir semua perusahaan menolaknya dan alasannya sama yakni Savana yang merupakan mantan napi. "Aku capek, semua perusahaan menolaku hanya karena aku mantan nara pidana," batin Savana dalam hatinya.Namun ia tidak pantang menyerah hingga terus mencari informasi tentang lowongan pekerjaan, ratusan lamaran ia berikan dan hanya tinggal satu lagi perusahaan yang ia harapkan dapat menerimanya meskipun ia rasa mustahil karena perusahaan ini merupakan perusahaan yang sangat besar di Indonesia bahkan perusahaan kecil saja menolaknya apalagi ini, Savana juga tidak terlalu berharap banyak namun ia tidak pernah lelah untuk terus mencoba."Semoga aja aku bisa diterima di perusahaan ini meskipun rasanya mustahil sekali," ucap Savana.Set