Tarun tanpa pikir panjang melompat ke luar, berteriak agar makhluk tersebut memperhatikan dan menurunkan kecepatannya. Namun, alih alih menurunkan kecepatannya, makhluk tersebut tidak mempedulikan Tarun yang melambai dan makin mempercepat larinya.
Melihat kemungkinan bahwa makhluk tersebut akan lewat begitu saja dan membawa Rain, Tarun berpikir cepat. Dia tidak lagi menimbang dengan hati hati sebagaimana dia selalu melakukannya, kali ini dia harus berpikir cepat. Maka, secepat makhluk tersebut berlari, Tarun pun melompat sekuat tenaga, menggunakan auranya untuk membuat kekuatan lompatannya lebih kencang. Tarun mendarat tepat di punggung makhluk tersebut, memegang pundaknya dan bergelantungan.
Di belakang, suara anjing menyalak semakin terdengar menjauh. Walau makhluk tersebut tahu Tarun bergelantungan di pundaknya, namun makhluk raksasa itu terkesan tidak peduli dan tetap memacu larinya sekuat tenaga. Tarun merasakan aliran angin menepuk nepuk wajahnya dengan kasar, me
“Iya, terimakasih. Tapi saya baik-baik saja. See!”“Bagaimana mungkin kamu menganggap jin itu sebagai teman? Dia jin Rain. Makhluk yang berbeda dengan kita, dan mereka selalu penuh tipu daya!”“Tarun, tolong dengarkan dulu. Pertama, saya baik-baik saja. Razel memang terlihat jahil, tapi dia baik. Yang kedua, sama sepertimu, dia juga teman saya. Saya berharap kamu bisa menganggapnya teman juga.”“Rain, manusia tidak bisa berteman dengan jin. mereka tidak bisa dipercaya.”“Tapi Razel bisa.”“Apa yang terjadi sama kamu sampai segitu membela jin yang menculikmu.”“Tidak ada.” Rain diam sebentar, “Hanya saja, saya dan dia memiliki hubungan yang sedikit rumit.”“Serumit apa?”Rain melenguh, dia mengusap mukanya, sekarang rasa kantuk mulai menderanya. “Dia—saya dan dia, kami pernah berteman waktu kecil dulu.
Setelah mengantar Rain, Tarun merasa tubuhnya lemas. Jadi, yang pertama kali dia lakukan adalah menelepon Aji. Dia meminta tolong Aji untuk menjemputnya karena merasa tubuhnya demikian letih.Aji datang dalam tempo tiga puluh menit setelah di telepon, dia menyerahkan helm pada Tarun dan kemudian motor Honda scoppy yang dikendarainya membelah jalanan.“Ru, kau ingin diantar pulang?”“Aku ingin istirahat, tapi tidak dirumah Bang. Ibu orangnya cemasan.” Sahut Tarun.“Jadi kerumah abang nih?”“Itu lebih baik.” Jawab Tarun.“Ayahmu menelepon semalam.”“Sudah kuduga. Lalu Abang jawab apa?”“Apa yang harus kujawab? Seperti biasa saja. Kamu menginap ditempatku.”“Terimakasih Bang.” Tarun merasa lega.“Tapi dengar Nak, kamu berhutang penjelasan padaku.”Tarun mendesah, lalu menjawab malas, “Iya&hel
Rain terbangun tepat jam 2 siang. Dia mendadak terbangun begitu saja, seolah dikejutkan oleh sesuatu. Diam sebentar di atas ranjangnya. Matanya tertumpu pada setumpuk pakaian yang diletakan di meja belajarnya.Bunda tampaknya sudah menyetrika bajunya dan sudah menumpuknya dalam satu tumpukan dan meletakkan di atas meja. Tadi waktu dia datang ke rumah bersama Tarun, mendadak bunda langsung memeluknya sambil menangis.Dalam kondisi menahan kantuk Rain membalas pelukan bunda dengan perasaan terheran heran. Rain tidak pernah melihat Bunda seperti itu sebelumnya. Bunda tidak henti menciuminya. Lalu kemudian memanggil Ayah. Ayah, tergopoh gopoh datang.Wajah ayah sama terkejut dan lega melihat Rain pulang. Ayah memeluk Rain. Rain menguap, rasa lelahnya semakin menjadi-jadi. Lalu, Ayah menarik tubuh Bunda, dan berkata bahwa Rain membutuhkan istirahat.Rain berjalan setengah terhuyung. Bunda buru buru memegang lengannya, lalu memapah Rain menuju kamarnya. Bunda t
Taman tegallega adalah taman yang lebih mirip lintasan lari. bentuknya yang membulat seperti trak lari, di tengahnya diletakkan secara sengaja sebuah monument perlambang api yang tengah berkibar, warnanya perunggu. Monument itu berdiri sendirian, gagah dan dingin. Tanpa prasasti lain yang menemani.Semula taman ini memang diberdayakan untuk lari pagi pada banyak orang, namun fungsinya semakin lama bergeser dari fungsi aslinya, dan berubah menjadi sebuah pasar kaget di pagi hari. Berkat kepiawaian pemimpin berikutnya, taman tersebut menjadi sedikit lebih baik. Dipinggir lintasan trak tampak pohon pohon tinggi aneka rupa.Tampak juga prasasti setiap pohon berdiri tegak dengan lambang bola dunia. Prasasti itu berisi nama pohon dan Negara mana yang waktu itu menanamnya. Itu terjadi sekitar sepuluh tahun yang lalu,dan kini pohon pohon itu telah tinggi besar dan perkasa, menaungi taman tersebut sehingga menjadi lebih teduh dan tenang.Pada lintasan jalan yang sudah di
“Wow..wow…” sentak Tarun. “membuat dimensi merupakan kemampuan vidos yang tinggi. Setahuku orang yang memiliki kemampuan vidos tersebut hanya Langit! Bagaimana bisa Rain menggunakanya?”“Laki-laki jahat yang tadi mengejarku itu maksudmu?”“Hei-tarik kata-katamu itu. Langit bukan penjahat!”“Bukan penjahat katamu. Kuberitahu kau, dia menjadi antek kakakku. Dia orang yang akan membuat dunia jin dan dunia manusia ini berada dalam bahaya besar!”“Wow…wow..wow, apa maksudmu itu?”“Rain, kau belum menceritakannya pada bocahini ya?”“Belum” sahut Rain. Dia sendiri masih sibuk menikmati ruang menakjubkan yang berhasil dia ciptakan tersebut. “Saya tadi mau menjelaskan, sebelum kamu muncul dan bikin kehebohan.”“Oke!” tegas Tarun, dia merasa jengkel atas sikap Razel dan Rain yang dirasa mempermaink
Rain kemudian menjelaskan secara berurutan bagaimana ingatannya yang kembali ketika bertemu Razel. Bahwa kenyataan yang tidak terpungkiri Razel adalah sahabatnya di waktu kecil. Bahwa dia dan Razel memiliki ikatan.Rain pun tidak lupa menjelaskan bahwa kemampuannya melihat bukanlah saat ini saja, namun merupakan kemampuan yang sudah dimilikinya sejak kecil, yang sangat berkemungkinan sejak dirinya lahir. Mendengar Rain menceritakan hal tersebut tidak membuat puas Tarun, wajahnya tetap keras dan kesal. Lalu setelah Rain berhenti berbicara, Tarun buru buru memberondong Rain dengan satu pertanyaan yang sejak tadi mengganggunya.“Lalu, masalah pertunangan itu bagaimana?”“Masalah pertunangan itu, itu hanya pernyataan sepihak dari Razel. Saya sendiri tidak begitu ingat masalah tersebut.” jelas Rain.Tarun tampak tidak puas dengan penjelasan Rain, “Kamunya sendiri, bagaimana?” desak Tarun.“Saya?”&l
Teddy Anggoro. Usianya masuk tiga puluh tiga tahun. pekerjaan yang sedang, dan sangat digemarinya adalah mengedit video. Dia tidak benar-benar mengenyam pendidikan dalam pengeditan video.Teddy belajar secara otodidak. Keahliannya itu pun berguna untuk mengurusi syuting video karena selain dia pandai mengedit, Teddy pun pandai menggunakan kamera video. Teddy sudah menggeluti pekerjaan itu sejak lima tahun lalu.Kemampuannya juga terus bertambah. Teddy tidak berhenti untuk belajar karena itu, pekerjaan syuting selalu diterimanya setiap minggu. Dengan penjadwalan rutin, maka Teddy membagi pekerjaannya menjadi tiga bagian syuting, capture lalu kemudian edit. Semua dia lakukan di kantor kecilnya. Kantor kecil itu dibilang kantor pun hanya tampak sebagai sebuah rumah ukuran 36.Rumah tersebut sengaja di sewa dengan posisi yang masuk ke dalam kompleks perumahan. Tentu saja perhatian terpusat pada mudahnya akses ke dalam kompleks. Harga sewa perumahan di kompleks
Pak Ardi menghentikan cerita karena mendengar suara ketukan. Cassey mempersilahkan yang mengetuk masuk. Tampak Diana sudah membawakan tiga cangkir kopi yang mengepul-ngepul. Harum kopi sampai tercium, membuat Teddy harus mengakui bahwa mesin pembuat kopi tersebut berhasil menunjukkan keunggulannya. Tiga cangkir kopi diletakkan di atas meja tamu. Cassey mendapat jatah satu cangkir kopi di atas mejanya.“Silahkan kopinya Pak,” tawar Cassey sambil mengendus wangi kopi. Dia bangga bahwa mesin kopi itu bekerja sebagaimana mestinya.“Terimakasih.” Ucap Pak Ardi. Laki-laki setengah baya itu mengeluarkan sapu tangan dari saku bajunya. Dia menyeka wajahnya yang mulai penuh peluh.“Silahkan lanjutkan lagi ceritanya pak.” Ucap Teddy.“Ah ya, terimakasih. Jadi setelah itu, sekembalinya istri saya ke kamar rawat anak saya, kelakukan anak saya sudah berubah. Tertawa cekikikan sendiri, meracau dan menunjuk nunjuk. Awalnya istri