Rain kemudian menjelaskan secara berurutan bagaimana ingatannya yang kembali ketika bertemu Razel. Bahwa kenyataan yang tidak terpungkiri Razel adalah sahabatnya di waktu kecil. Bahwa dia dan Razel memiliki ikatan.
Rain pun tidak lupa menjelaskan bahwa kemampuannya melihat bukanlah saat ini saja, namun merupakan kemampuan yang sudah dimilikinya sejak kecil, yang sangat berkemungkinan sejak dirinya lahir. Mendengar Rain menceritakan hal tersebut tidak membuat puas Tarun, wajahnya tetap keras dan kesal. Lalu setelah Rain berhenti berbicara, Tarun buru buru memberondong Rain dengan satu pertanyaan yang sejak tadi mengganggunya.
“Lalu, masalah pertunangan itu bagaimana?”
“Masalah pertunangan itu, itu hanya pernyataan sepihak dari Razel. Saya sendiri tidak begitu ingat masalah tersebut.” jelas Rain.
Tarun tampak tidak puas dengan penjelasan Rain, “Kamunya sendiri, bagaimana?” desak Tarun.
“Saya?”
&l
Teddy Anggoro. Usianya masuk tiga puluh tiga tahun. pekerjaan yang sedang, dan sangat digemarinya adalah mengedit video. Dia tidak benar-benar mengenyam pendidikan dalam pengeditan video.Teddy belajar secara otodidak. Keahliannya itu pun berguna untuk mengurusi syuting video karena selain dia pandai mengedit, Teddy pun pandai menggunakan kamera video. Teddy sudah menggeluti pekerjaan itu sejak lima tahun lalu.Kemampuannya juga terus bertambah. Teddy tidak berhenti untuk belajar karena itu, pekerjaan syuting selalu diterimanya setiap minggu. Dengan penjadwalan rutin, maka Teddy membagi pekerjaannya menjadi tiga bagian syuting, capture lalu kemudian edit. Semua dia lakukan di kantor kecilnya. Kantor kecil itu dibilang kantor pun hanya tampak sebagai sebuah rumah ukuran 36.Rumah tersebut sengaja di sewa dengan posisi yang masuk ke dalam kompleks perumahan. Tentu saja perhatian terpusat pada mudahnya akses ke dalam kompleks. Harga sewa perumahan di kompleks
Pak Ardi menghentikan cerita karena mendengar suara ketukan. Cassey mempersilahkan yang mengetuk masuk. Tampak Diana sudah membawakan tiga cangkir kopi yang mengepul-ngepul. Harum kopi sampai tercium, membuat Teddy harus mengakui bahwa mesin pembuat kopi tersebut berhasil menunjukkan keunggulannya. Tiga cangkir kopi diletakkan di atas meja tamu. Cassey mendapat jatah satu cangkir kopi di atas mejanya.“Silahkan kopinya Pak,” tawar Cassey sambil mengendus wangi kopi. Dia bangga bahwa mesin kopi itu bekerja sebagaimana mestinya.“Terimakasih.” Ucap Pak Ardi. Laki-laki setengah baya itu mengeluarkan sapu tangan dari saku bajunya. Dia menyeka wajahnya yang mulai penuh peluh.“Silahkan lanjutkan lagi ceritanya pak.” Ucap Teddy.“Ah ya, terimakasih. Jadi setelah itu, sekembalinya istri saya ke kamar rawat anak saya, kelakukan anak saya sudah berubah. Tertawa cekikikan sendiri, meracau dan menunjuk nunjuk. Awalnya istri
Anak itu berdiri, tubuhnya lunglai seperti berdirinya para zombie. Tangannya yang terikat menahan tubuhnya untuk maju lebih jauh. Lalu gadis itu terkekeh.“Lha ngopo aku kudu metu cuk (kenapa saya harus keluar berengsek)! “ucapnya dengan nada yang kasar, bahasa yang tersembur tampak berantakan.“Jenengan ngerti sopo aku? kulo niki bangsawan seko tanah jowo, keturunan mojopahit, kulo niki urip luwih suwe seko sampean ratusan taun! (Tau kamu siapa saya?Saya ini adalah bangsawan dari tanah jawa, keturunan kerajaan Majapahit. Saya hidup lebih lama dari kamu ratusan tahun!)”Teddy mendekat, tanpa rasa gentar. Lalu tangannya segera merenggut kepala gadis itu, tangannya menekan kuat. Gadis itu berontak, tangannya menarik tali yang mengikatnya, berupaya menaikkan tangan tersebut untuk menepis tangan Teddy yang tetap mengenggam ubun-ubunnya.“Lepas, cuk! Lepas!!” serunya dengan bahasa jawa kasar.T
Tarun mendesah. Matanya memandang langit yang mendung. Musim hujan sudah mulai menghampiri, walau hujan belum sungguh sungguh turun, namun cuaca mulai terasa dingin dan sejuk. Tegallega mulai ramai kembali oleh banyak orang yang datang untuk berlari di sore hari. Rain duduk disebelah Tarun, memakan roti yang tadi dibelikan oleh Razel. Roti itu adalah roti ketiga yang masuk dalam suapan Rain. Gadis itu merasa luar biasa lapar. Menciptakan dimensi membuatnya merasa kehabisan tenaga.Lalu suara telepon memutus keheningan diantara keduanya. Handphone Tarun berbunyi dari balik saku celananya. Tarun mengambil HPnya dan mengangkatnya. Dia mendengar suara Cassey, rekan kerja ayahnya. Mereka berdua terlibat pembicaraan singkat. Rain masih mengigit potongan roti terakhir dan sedang mencari air minum kemasan yang tersembunyi di punggungnya. Tarun menutup percakapan ditelepon, wajahnya terlihat pucat.“Maaf Rain. Aku harus pergi. Ada kondisi darurat.” Ucap Tarun sambil
“Apa maksudmu tentang warisan Solomon?”Ulang Tarun kembali.“Tidak ada! Tidak ada!”“Makluk laknat. Kamu berkilah!”“Ampun tuan. Tuan yang berbudi baik. Ampuni hamba…” kini erangan Teddy menjadi menghiba. Membuat perasaan Tarun teriris. Bagaimana pun Teddy adalah ayahnya, dan rasanya dia telah menyiksa ayahnya teramat perih.“Jangan lemah!!” bentak Teddy Pada Tarun. pada dasarnya kesadaran Teddy tidak hilang, dia paham dirinya tengah ditunggangi jin lain, dia menyadari dalam kesamaran, bahwa jin tersebut menumpang pada mulutnya untuk berbicara.“Tapi…”“Apa kau tidak mengasihani ayahmu ini Ru…..” Suara Teddy berubah melemah, seolah merayu. “Apa kau lupa pada semua yang ayah ajarkan padamu. Tentang kamu yang dari panti dahulu…kalau ayah tidak membawamu keluar dari sana, maka kamu akan berakhir di rumah sakit jiwa nak&hel
Kantor Millenium tampak lengang, hanya tersisa satpam dan sekretaris yang tetap tinggal di kantor. Menunggu Cassey sang bos kembali. Jam sudah menunjukkan pukul 5.30 sore. Langit berwarna kuning merona, membungkus langit dan dunia. Mobil Cassey masuk ke dalam teras setelah satpam membuka pintu pagar. Di sisi teras tampak motor Tarun sudah terparkir.Cassey memapah Teddy yang masih terlihat sempoyongan. Di bagian resepsionis Tarun menunggu. Cassey memberi isyarat pada Tarun yang kemudian berdiri untuk membantu memapah ayahnya, sedang Cassey berjalan mendahului keduanya menuju ruang miliknya.Tarun membantu ayahnya untuk duduk di sofa dan mengatur posisi agar merasa nyaman. Cassey melambai memanggil Diana dan meminta dibuatkan teh, kopi dan air putih.“Kalian mau makan? Ted? Ru?”“Ya. Aku butuh energi.” Jawab Teddy.“Aku juga.”“Mau apa? Pizza? Baso? Masakan padang?”“Yang cepet saja
“Lalu?”“Nah, itulah anehnya.” Ucap Teddy.“Aneh dimana Bro? Mereka kan memang suka menumpang dan merasuki manusia.”“Tidak begitu. Dasarnya, dunia kita ada makhluk seperti mereka itu wajar. Namun, biasanya makhluk itu masuk ke dunia kita setelah menyamakan frekwensi sehingga mereka memiliki tubuh nyata bagi diri mereka. Tubuh itu tidak bisa kita lihat, kita raba, namun tubuh itu sudah mereka sesuaikan energinya.Mereka ada, namun tidak bisa kita sentuh atau kita lihat tanpa kemampuan vidos. Tapi, ada beberapa makhluk yang berpindah ke dunia manusia dengan tidak sempurna. Akibatnya mereka membutuhkan wadah lain. Hal ini merugikan makhluk itu sendiri dan jarang dilakukan, karena kalau mereka terus bersarang dalam tubuh manusia, daya hidup mereka pun akan terkuras karena inang yang diinapi kehabisan energi karena harus berbagi energi. Akibatnya tubuh inang sakit, ringkih bahkan cenderung bisa membawa kegilaan bagi m
Tarun melirik jam di pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan pukul 21.14. lima menit sebelumnya dia sudah menelepon Rain, mengabarkan dirinya menunggu Rain di luar rumahnya.Tarun sebenarnya hendak menjemput Rain ke rumahnya, namun Rain mengatakan bahwa itu tidak diperlukan. Tarun tidak perlu menjemput, namun Rain lah yang akan menemui Tarun. setelah pembicaraan tersebut, Tarun pun memilih menunggu dipersimpangan. Dia pun sedang menimbang nimbang apakah pilihannya saat ini tepat untuk memberitahu sesuatu pada Rain. Hari sudah menjelang malam, dan besok waktu mereka untuk ke sekolah.Tarun pun tidak bisa memastikan apakah dia akan memilih untuk absen ke sekolah lagi seperti yang dilakukannya hari ini. Semua yang terjadi baru baru ini terasa tumpang tindih dengan kecepatan seperti roller coaster.Tidak perlu menunggu lebih lama lagi, kali ini Tarun melihat siluet perempuan berjalan ke arahnya. Dari lampu yang menerangi jalanan, Tarun mengenali sosok tersebut seba