Rain terbangun tepat jam 2 siang. Dia mendadak terbangun begitu saja, seolah dikejutkan oleh sesuatu. Diam sebentar di atas ranjangnya. Matanya tertumpu pada setumpuk pakaian yang diletakan di meja belajarnya.
Bunda tampaknya sudah menyetrika bajunya dan sudah menumpuknya dalam satu tumpukan dan meletakkan di atas meja. Tadi waktu dia datang ke rumah bersama Tarun, mendadak bunda langsung memeluknya sambil menangis.
Dalam kondisi menahan kantuk Rain membalas pelukan bunda dengan perasaan terheran heran. Rain tidak pernah melihat Bunda seperti itu sebelumnya. Bunda tidak henti menciuminya. Lalu kemudian memanggil Ayah. Ayah, tergopoh gopoh datang.
Wajah ayah sama terkejut dan lega melihat Rain pulang. Ayah memeluk Rain. Rain menguap, rasa lelahnya semakin menjadi-jadi. Lalu, Ayah menarik tubuh Bunda, dan berkata bahwa Rain membutuhkan istirahat.
Rain berjalan setengah terhuyung. Bunda buru buru memegang lengannya, lalu memapah Rain menuju kamarnya. Bunda t
Taman tegallega adalah taman yang lebih mirip lintasan lari. bentuknya yang membulat seperti trak lari, di tengahnya diletakkan secara sengaja sebuah monument perlambang api yang tengah berkibar, warnanya perunggu. Monument itu berdiri sendirian, gagah dan dingin. Tanpa prasasti lain yang menemani.Semula taman ini memang diberdayakan untuk lari pagi pada banyak orang, namun fungsinya semakin lama bergeser dari fungsi aslinya, dan berubah menjadi sebuah pasar kaget di pagi hari. Berkat kepiawaian pemimpin berikutnya, taman tersebut menjadi sedikit lebih baik. Dipinggir lintasan trak tampak pohon pohon tinggi aneka rupa.Tampak juga prasasti setiap pohon berdiri tegak dengan lambang bola dunia. Prasasti itu berisi nama pohon dan Negara mana yang waktu itu menanamnya. Itu terjadi sekitar sepuluh tahun yang lalu,dan kini pohon pohon itu telah tinggi besar dan perkasa, menaungi taman tersebut sehingga menjadi lebih teduh dan tenang.Pada lintasan jalan yang sudah di
“Wow..wow…” sentak Tarun. “membuat dimensi merupakan kemampuan vidos yang tinggi. Setahuku orang yang memiliki kemampuan vidos tersebut hanya Langit! Bagaimana bisa Rain menggunakanya?”“Laki-laki jahat yang tadi mengejarku itu maksudmu?”“Hei-tarik kata-katamu itu. Langit bukan penjahat!”“Bukan penjahat katamu. Kuberitahu kau, dia menjadi antek kakakku. Dia orang yang akan membuat dunia jin dan dunia manusia ini berada dalam bahaya besar!”“Wow…wow..wow, apa maksudmu itu?”“Rain, kau belum menceritakannya pada bocahini ya?”“Belum” sahut Rain. Dia sendiri masih sibuk menikmati ruang menakjubkan yang berhasil dia ciptakan tersebut. “Saya tadi mau menjelaskan, sebelum kamu muncul dan bikin kehebohan.”“Oke!” tegas Tarun, dia merasa jengkel atas sikap Razel dan Rain yang dirasa mempermaink
Rain kemudian menjelaskan secara berurutan bagaimana ingatannya yang kembali ketika bertemu Razel. Bahwa kenyataan yang tidak terpungkiri Razel adalah sahabatnya di waktu kecil. Bahwa dia dan Razel memiliki ikatan.Rain pun tidak lupa menjelaskan bahwa kemampuannya melihat bukanlah saat ini saja, namun merupakan kemampuan yang sudah dimilikinya sejak kecil, yang sangat berkemungkinan sejak dirinya lahir. Mendengar Rain menceritakan hal tersebut tidak membuat puas Tarun, wajahnya tetap keras dan kesal. Lalu setelah Rain berhenti berbicara, Tarun buru buru memberondong Rain dengan satu pertanyaan yang sejak tadi mengganggunya.“Lalu, masalah pertunangan itu bagaimana?”“Masalah pertunangan itu, itu hanya pernyataan sepihak dari Razel. Saya sendiri tidak begitu ingat masalah tersebut.” jelas Rain.Tarun tampak tidak puas dengan penjelasan Rain, “Kamunya sendiri, bagaimana?” desak Tarun.“Saya?”&l
Teddy Anggoro. Usianya masuk tiga puluh tiga tahun. pekerjaan yang sedang, dan sangat digemarinya adalah mengedit video. Dia tidak benar-benar mengenyam pendidikan dalam pengeditan video.Teddy belajar secara otodidak. Keahliannya itu pun berguna untuk mengurusi syuting video karena selain dia pandai mengedit, Teddy pun pandai menggunakan kamera video. Teddy sudah menggeluti pekerjaan itu sejak lima tahun lalu.Kemampuannya juga terus bertambah. Teddy tidak berhenti untuk belajar karena itu, pekerjaan syuting selalu diterimanya setiap minggu. Dengan penjadwalan rutin, maka Teddy membagi pekerjaannya menjadi tiga bagian syuting, capture lalu kemudian edit. Semua dia lakukan di kantor kecilnya. Kantor kecil itu dibilang kantor pun hanya tampak sebagai sebuah rumah ukuran 36.Rumah tersebut sengaja di sewa dengan posisi yang masuk ke dalam kompleks perumahan. Tentu saja perhatian terpusat pada mudahnya akses ke dalam kompleks. Harga sewa perumahan di kompleks
Pak Ardi menghentikan cerita karena mendengar suara ketukan. Cassey mempersilahkan yang mengetuk masuk. Tampak Diana sudah membawakan tiga cangkir kopi yang mengepul-ngepul. Harum kopi sampai tercium, membuat Teddy harus mengakui bahwa mesin pembuat kopi tersebut berhasil menunjukkan keunggulannya. Tiga cangkir kopi diletakkan di atas meja tamu. Cassey mendapat jatah satu cangkir kopi di atas mejanya.“Silahkan kopinya Pak,” tawar Cassey sambil mengendus wangi kopi. Dia bangga bahwa mesin kopi itu bekerja sebagaimana mestinya.“Terimakasih.” Ucap Pak Ardi. Laki-laki setengah baya itu mengeluarkan sapu tangan dari saku bajunya. Dia menyeka wajahnya yang mulai penuh peluh.“Silahkan lanjutkan lagi ceritanya pak.” Ucap Teddy.“Ah ya, terimakasih. Jadi setelah itu, sekembalinya istri saya ke kamar rawat anak saya, kelakukan anak saya sudah berubah. Tertawa cekikikan sendiri, meracau dan menunjuk nunjuk. Awalnya istri
Anak itu berdiri, tubuhnya lunglai seperti berdirinya para zombie. Tangannya yang terikat menahan tubuhnya untuk maju lebih jauh. Lalu gadis itu terkekeh.“Lha ngopo aku kudu metu cuk (kenapa saya harus keluar berengsek)! “ucapnya dengan nada yang kasar, bahasa yang tersembur tampak berantakan.“Jenengan ngerti sopo aku? kulo niki bangsawan seko tanah jowo, keturunan mojopahit, kulo niki urip luwih suwe seko sampean ratusan taun! (Tau kamu siapa saya?Saya ini adalah bangsawan dari tanah jawa, keturunan kerajaan Majapahit. Saya hidup lebih lama dari kamu ratusan tahun!)”Teddy mendekat, tanpa rasa gentar. Lalu tangannya segera merenggut kepala gadis itu, tangannya menekan kuat. Gadis itu berontak, tangannya menarik tali yang mengikatnya, berupaya menaikkan tangan tersebut untuk menepis tangan Teddy yang tetap mengenggam ubun-ubunnya.“Lepas, cuk! Lepas!!” serunya dengan bahasa jawa kasar.T
Tarun mendesah. Matanya memandang langit yang mendung. Musim hujan sudah mulai menghampiri, walau hujan belum sungguh sungguh turun, namun cuaca mulai terasa dingin dan sejuk. Tegallega mulai ramai kembali oleh banyak orang yang datang untuk berlari di sore hari. Rain duduk disebelah Tarun, memakan roti yang tadi dibelikan oleh Razel. Roti itu adalah roti ketiga yang masuk dalam suapan Rain. Gadis itu merasa luar biasa lapar. Menciptakan dimensi membuatnya merasa kehabisan tenaga.Lalu suara telepon memutus keheningan diantara keduanya. Handphone Tarun berbunyi dari balik saku celananya. Tarun mengambil HPnya dan mengangkatnya. Dia mendengar suara Cassey, rekan kerja ayahnya. Mereka berdua terlibat pembicaraan singkat. Rain masih mengigit potongan roti terakhir dan sedang mencari air minum kemasan yang tersembunyi di punggungnya. Tarun menutup percakapan ditelepon, wajahnya terlihat pucat.“Maaf Rain. Aku harus pergi. Ada kondisi darurat.” Ucap Tarun sambil
“Apa maksudmu tentang warisan Solomon?”Ulang Tarun kembali.“Tidak ada! Tidak ada!”“Makluk laknat. Kamu berkilah!”“Ampun tuan. Tuan yang berbudi baik. Ampuni hamba…” kini erangan Teddy menjadi menghiba. Membuat perasaan Tarun teriris. Bagaimana pun Teddy adalah ayahnya, dan rasanya dia telah menyiksa ayahnya teramat perih.“Jangan lemah!!” bentak Teddy Pada Tarun. pada dasarnya kesadaran Teddy tidak hilang, dia paham dirinya tengah ditunggangi jin lain, dia menyadari dalam kesamaran, bahwa jin tersebut menumpang pada mulutnya untuk berbicara.“Tapi…”“Apa kau tidak mengasihani ayahmu ini Ru…..” Suara Teddy berubah melemah, seolah merayu. “Apa kau lupa pada semua yang ayah ajarkan padamu. Tentang kamu yang dari panti dahulu…kalau ayah tidak membawamu keluar dari sana, maka kamu akan berakhir di rumah sakit jiwa nak&hel
“Apa saya harus menagih pada si tukang tidur itu lagi?” tanya Rain pada Amelia.“Ya, kamu kan bendahara kelas ini.” Jawab Amelia tersenyum. Dia selalu merasa geli kalau mendengar omongan Rain yang terlihat paling enggan berhadapan dengan si tukang tidur, Tarun.“Kamu saja deh Mel.” Ucap Rain enggan.“Apaan sih, bulan lalu kamu kan nagih sendiri, malah kelihatannya setelah itu kalian jadi dekat.”“Saya? Dekat sama tukang tidur itu?….ooow, please deh.”“Oh, jadi salah ya? Padahal bulan lalu ada yang ngasih bocoran kamu jalan pulang sekolah bareng Tarun dan tampak akrab. Sering juga aku lihat dia curi curi pandang ke arahmu lho.”“Kapan?! Jangan ngarang ya Mel. Udah, deh daripada dengerin halukamu, mending saya ke sana, nagih tukang tidur itu.” Rain segera beranjak dari tempat duduknya, berjalan ke arah meja Tarun. Gadis itu menolak untuk m
Langit membuka tangannya, sinar berwarna merah menyala dan kemudian melesat ke arah jin ifrit, jin tersebut langsung menghilang dan berpindah pada sisi lainnya. Tangan jin tersebut yang melar ditariknya kembali dan digunakan untuk menyerang Langit dengan cara meliuk dan berubah menjadi tajam dalam sekejap. Laki-laki tersebut langsung membuat tameng dimensi untuk menangkis lengan runcing tersebut. Terdengar suara benda beradu yang dasyat.Aji segera mengambil posisi berdiri, dan kemudian berlari. Diikuti Tarun dari belakang. Jin ifrit melihat keduanya berlari, tampak tidak senang, lalu mengulurkan satu tangannya lain yang bebas. Tangan tersebut menyentak, kemudian melar dan bergerak sangat cepat mengejar punggung Tarun.Langit segera membuka tangannya dengan cepat. Sebuah benda merah terlontar dari ujung telapak tangan Langit dan menyelubungi Tarun, Aji dan Rain tepat sebelum tangan runcing tersebut menyentuh punggung Tarun. Ketiganya terkurung dalam membran merah milik
“Apa tuan menginginkan kedua orang ini dibunuh?” tanya Razel sambil mendekat ke arah jin tersebut.“Apakah kau menginginkan mereka mati?” mahkluk tersebut bertanya kembali pada Razel.“Buatku, mereka sudah tidak berguna.”“Begitukah? Kalau begitu kau pun sama Nak.” Mendadak makhluk tersebut menusuk perut Razel. Razel mendelik, antara tidak percaya, dan rasa sakit. Tangannya mendekap perutnya yang ditusuk oleh makhluk tersebut. “Bagiku, kau pun sudah tidak diperlukan lagi.”Razel terjatuh sambil mengerang, wujudnya berubah perlahan. Dari atas kepalanya muncul tanduk yang panjang seperti tanduk rusa. Cuping hidungnya membesar. Lalu, kedua kakinya berubah menjadi seperti kaki kuda. Dalam keadaan kesakitan, razel tidak bisa mempertahankan bentuk penyamarannya dan memperlihatkan bentuk aslinya.“Sudah aku katakan Nak, hidup selama ribuan tahun akan membuatmu lebih bijaksana. Tidak mungkin
“Ah, ternyata diantara kalian bertiga masih ada yang tetap jernih.” Jin raksasa tersebut menyahuti.“Bocah, jangan pengaruhi Rain. dia harus menyelesaikan ini sesuai rencana!” Razel menghardik Tarun dengan kesal.Rain memandang ke arah Tarun, Tarun menggeleng. Lalu, dipandangnya Razel yang memberi isyarat untuk segera melakukan sesuai yang dikatakan jin raksasa tersebut. Hati gadis tersebut ditimpa keraguan.“Saya pikir ucapan Tarun ada benarnya,” ujar Rain perlahan. “Saya tidak tahu apa yang akan terjadi bila mahkluk sebesar itu dilepaskan ke permukaan. Pasti ada alasan tersendiri mengapa mahkluk tersebut dikurung di sini, bukan?”“Rain. kita sudah sejauh ini, tidak ada jalan mundur kembali!”“Selalu ada!” sentak Tarun, “Pilihan untuk mundur selalu ada, dan Rain berhak memutuskan untuk itu!”Razel mengeram marah, lalu kemudian dia melompat dan memukul Tarun.
“Tapi penjelasanmu tidak menjawab pertanyaanku?”“Sedikit banyak sudah terjawab wahai gadis manusia. Namun, memang kenyataan bahwa aku terkurung disini bukan karena kehendakku pribadi. Nah, cukup penjelasannya dari pertanyaanmu, sekarang kau jelaskan yang kau sebut smartphone itu.”“Baiklah,” ucap Rain mengalah. Dia memandang ke arah Tarun dan berbisik. “Ru, pinjamkah saya Hp.”Tarun membalas bisikannya, “Bukannya kamu punya?”“Ketinggalan di rumah.”Tarun kemudian mengeluarkan hanphone dari tas ranselnya dan menyerahkannya pada Rain. Rain mengambil handphone tersebut dan menaikkan tangannya sambil memperlihatkan handphone tersebut.”Kau lihat ini,” tunjuk Rain sambil mengacungkan hanphone milik Tarun. Dari balik jeruji, satu tangan jin tersebut menjulur, dengan kuku jarinya yang besar makhluk tersebut mengambil handphone yang disodorkan oleh Rain.&ld
Tarun dan Rain memandang dengan terperangah. Sekitar jarak lima meter, Razel memunggungi mereka. Dihadapan razel, dan juga mereka terdapat sebuah jeruji besi raksasa. Tinggi jeruji itu hampir sebesar gerbang yang mereka masuki.“Itu apa? Jeruji besi?”“Seperti itulah.” Sahut Razel ketika dia mendengar suara Rain dari belakang.“Sebesar itu?” Tarun tidak bisa menahan diri untuk bertanya.“Ya. Bayangkan, jeruji sebesar ini, kira kira apa yang dikurung di dalamnya?” ucap Razel masih dalam kondisi memunggungi kedua remaja tersebut.“Apa ini yang kita cari? Bom yang kalian bilang itu?”“Aku bahkan tidak bisa membayangkan bahwa ini yang akan kita temukan.” Komentar Rain.“Benar, kita tidak bisa membayangkannya. Tapi apapun itu, itulah warisan ribuan tahun yang sedang kita cari.” Jawab Razel.Mendadak sebuah tangan besar bergerak menyentuh jeruji besi
“Ayo kita masuk Rain!” ucap Razel sambil mengamit tangan Rain. Membran yang menyelimuti keduanya bergerak maju menuju pintu gerbang.“Sebentar, kita cari Tarun dulu!” Sergah Rain, karena mengkhawatirkan teman satu kelasnya itu.Rain menggerakkan tangannya. Lalu dari gelombang yang berputar putar di sekitar pintu, membran yang menyelimuti tubuh Tarun muncul. Rain langsung menarik membran tersebut mendekat, lalu menyatukan dengan membran miliknya.Tarun mengusap kepalanya yang terasa sakit, ketika Rain menyergapnya dengan pelukan lega.“Syukurlah, kamu selamat Ru! Saya cemas pas pintu gerbang tersebut terbuka dan kamu terlempar dari lubang kunci itu.” seru Rain. kecemasan yang semula membuncah hilang ketika mendapati Tarun selamat.Tarun kembali teringat, ketika jaring terakhir menghilang, dan pintu raksasa itu bergerak membuka, tubuhnya terpelanting karena hentakan pintu dan ikut terbawa pusaran di sekitar pintu.
Tarun berhasil mendekati asal cahaya tersebut dan juga menemukan Rain dan Razel berdiri pada sesuatu yang bersinar. Itulah asal cahaya tersebut. Dihadapan ketiganya sebuah gerbang raksasa dengan pendar cahaya berwarna emas. Gerbang itu berdiri kokoh tanpa penyangga.Rain menengok ke arah Tarun, lalu kemudian tangannya digerakkan. Perlahan membran yang menyelimuti ketiganya menyatu pelan pelan dan kini ketiganya berada dalam satu membran yang sama.“Apa itu?” tanya Tarun ketika ketiganya sudah terkumpul dalam satu membran sehingga bisa berkomunikasi.“Sepertinya gerbang.”“Bukan hanya sepertinya Rain, itu memang gerbang. Gerbang suci.” Sahut Razel, masih memandangi gerbang di hadapan mereka.“Untuk ukuran gerbang, itu sangat besar.” Ucap Tarun.“Kira kira tingginya 10 meter.” Sahut Rain.“Seperti yang disebutkan dalam buku. Gerbang suci, gerbang antara dunia jin dan duni
Rain memasukan perbekalan mereka ke dalam ransel yang dibeli Razel (atau dicuri). Makanan, hanphone, senter, tabung oksigen kecil dan robekan buku kuno tentang peta lokasi solomon legacy.Mereka memiliki benda tersebut setelah Tarun mengusulkan agar Razel membelanjakan beberapa barang persiapan sebelum mereka melakukan perjalanan. Saat itu, Tarun sudah tidak mau ambil pusing dari mana barang itu akan tersedia, saat ini mereka tidak memiliki banyak pilihan.“Kita berangkat?” tanya Rain.“Kamu siap Rain? kondisimu.”“Yang terbaik saat ini.”“Konsentrasi pada tujuan kita. Ini seperti membuka ruang kosong dan melakukan pindah dimensi secara cepat. Jangan lupa, lapisi dimensi supaya bisa tahan tekanan air, karena yang kita hadapi adalah tekanan bawah laut.”Rain menutup matanya. Lalu, dari seluruh tubuhnya keluar bentuk asap berwarna hijau, asap itu bergerak dinamis, semakin besar dan semakin meluas