Pada umumnya manusia selalu menyimpan kenangan ketika merasa sangat bahagia dan sangat terluka. Selebihnya kenangan lain bisa datang kapan saja jika ada pemicunya karena merupakan kenangan biasa. Bagaimana jadinya jika kenangan bahagia yang telah tersimpan rapi selama beberapa tahun berubah menjadi kenangan penuh luka dalam semalam? Ingin melupakan tetapi tidak mampu karena begitu menyakitkan. Perasaan yang selama ini dijaga dibalas dengan rasa kecewa karena harapan tidak sesuai dengan realita. Adakah cara untuk melupakannya? Jika ada, tolong beritahukan gadis itu untuk berusaha tegar agar terlihat baik-baik saja, karena semuanya akan kembali baik ketika ia telah lupa atau mulai terbiasa dengan rasa sakitnya.
“Sepertinya kau benar-benar melupakanku, El. Bagaimana bisa kau tidak bertanya apa pun tentangku setelah sekian lama kita tidak bertemu?” Lelaki itu kembali tersenyum dengan senyuman yang Elline rindukan. Membuat pertahanan Elline runtuh perlahan. Gadis itu segera menarik kembali tangannya yang mulai bergetar karena perasaannya yang tidak karuan.
“Wah, wah. Ada apa ini? Apa kalian sudah saling mengenal?” Reno heboh sendiri. Ia merasa tertarik dengan cara kedua orang itu berinteraksi. Jelas sekali di antara mereka ada suatu hal tersembunyi.
“Maaf, Tuan. Sepertinya Anda salah orang. Saya tidak mengenal Anda sebelumnya. Mungkin karena riasan dan pakaian saya saat ini mengingatkan Anda pada seseorang sehingga membuat Anda salah paham.” Elline tersenyum kaku. Ia berujar dengan tegas, berharap Axel memahami situasi mereka dan tidak lagi bertanya.
Ia mencoba menengadah menatap Axel. Namun, matanya tidak sengaja bertatapan dengan mata kelam milik lelaki tersebut. Membuat ia terseret dalam kelamnya mata itu sehingga merasakan perasaan yang dulu pernah ada. Ia merasa mata kelam itu hanya melihat padanya dan akan terus menatapnya. Seolah mata itu menenggelamkannya pada lautan rasa bahagia karena merasa begitu dicintai dan dipuja. Tetapi hal itu hanya berlangsung sepersekian detik. Kemudian ia menyadari bahwa itu adalah hal yang mustahil karena tidak akan pernah terjadi lagi. Bagaimanapun juga orang di hadapannya sekarang adalah seorang pengusaha yang telah beristri, dan bukanlah seseorang yang pernah ia miliki yang dulu bercita-cita menjadi musisi.
“Sepertinya memang begitu. Kau telah mengingatkanku pada seseorang di masa lalu.” Axel tersenyum lemah tampak kecewa sembari berbisik pelan. Namun, masih bisa ditangkap indra pendengaran Elline.
“Bagaimana bisa aku melupakannya ketika aku selalu menunggu waktu untuk bertemu lagi dengannya? Tidak ada yang tahu sekarang dia di mana. Hanya berharap pada waktu dan takdir semoga saja kami bisa dipertemukan lagi nantinya. Tetapi mungkin saja orang itu adalah kau sendiri, Nona Adelline? Kau dan orang tersebut terlihat begitu mirip. Rasanya tidak mungkin bagiku salah mengenali orang yang dulu begitu dekat denganku.”
Axel menatap tajam mata kecokelatan Elline. Seolah menusuk dan menembus mata itu hingga ke hati sang pemilik. Membuat gadis tersebut merasa tidak enak dengan situasi saat ini. Ada luka yang harus ia obati. Ada kecewa yang harus ia tutupi. Terlebih dari itu semua, ada hati yang harus ia jaga. Hati perempuan yang tidak tahu apa-apa dan hanya bisa menatap mereka dengan pandangan bertanya.
Bagaimana mungkin Elline bisa mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya di depan perempuan itu? Apa ia tega mengatakan kalau dirinya adalah kekasih dari suami perempuan yang tengah tersenyum ramah tersebut? Kekasih masa lalu yang sedang menunggu dan sampai sekarang masih mencintai suaminya?
Elline juga seorang perempuan yang memiliki hati dan perasaan. Jika ia saja bisa merasakan sakit setelah dikecewakan begitu dalam oleh kenyataan, pastinya perempuan itu merasa sangat terkejut dan lebih sakit hati ketika mengetahui orang yang ia jamu makan malam adalah kekasih suaminya di masa lalu yang masih menyimpan rasa sampai saat ini.
“Entahlah. Tetapi mungkin saja bukan saya, Tuan. Karena yang saya ingat, saya tidak mengenal seorang pengusaha yang bernama Axel Devgan sebelumnya. Tetapi jika Axel-Axel yang lain mungkin saja saya pernah kenal.” Elline meminum jus jeruk dingin yang baru saja diantarkan pramusaji. Berharap minuman dingin tersebut bisa terus mendinginkan kepala hingga membuat logikanya tetap jalan.
Beberapa saat terjadi keheningan di antara mereka ketika para pramusaji datang membawa hidangan. Seketika meja yang ada di tengah mereka penuh dengan makanan. Elline bahkan sudah menghabiskan setengah dari jus jeruk yang dipesankan.
“Makanannya sudah terhidang. Tadi sebelum kalian datang makanannya sudah saya pesankan. Semoga saja sesuai dengan selera Nona Adelline dan Nona Lucy.” Zayra tersenyum ramah sembari mempersilakan tamunya untuk menikmati hidangan.
Perempuan yang sedari tadi hanya berdiam diri menatap orang asing dan suaminya berinteraksi itu kini mulai membuka suara. Ada banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya. Hatinya berkata ada yang keliru pada salah satu di antara mereka. Namun, ia tidak tahu itu siapa. Apakah suaminya yang salah mengenali orang? Ataukah desainer baru itu yang berbohong seakan tidak mengenal suaminya dan menyembunyikan sebuah fakta yang tidak boleh terbongkar?
“Sebaiknya kita makan dulu sambil mengobrol ringan. Sepertinya aku tertarik dengan obrolan masa lalu kalian. Ada satu hal yang membuatku begitu penasaran.” Zayra masih tersenyum ramah. Dengan elegan ia mulai memotong daging di piringnya. Sesekali matanya menatap dua orang yang saling berhadapan di sampingnya. Apakah ini hanya perasaan tidak enak semata ataukah kedua orang itu memang pernah menjalani masa lalu bersama? Jika ia cemburu itu tidak ada salahnya bukan?
“Ini bukanlah sesuatu untuk kau perhatikan. Tidak perlu tertarik dan merasa penasaran. Sepertinya memang aku yang keliru dan salah mengenali orang. Ayo kita habiskan makanan ini dengan tenang.” Axel berujar datar. Ia meraih peralatan makan dan mulai menikmati hidangan yang telah disajikan. Tanpa peduli pada perempuan di sebelahnya yang tersenyum miris melihat perubahan sikap yang lelaki itu lakukan. Baru pertama kali perempuan itu melihat suaminya tersenyum tulus begitu hangat. Namun, seketika kembali berubah menjadi dingin ketika ia berbicara. Seolah ia adalah penyebab dari sikap dingin suaminya.
“El, Lucy, coba cicipi cumi bakar ini. Olahan seafood di sini enak sekali. Dari yang aku dengar, restoran di hotel ini terkenal dengan menu olahan seafoodnya yang lezat. Kalian tidak akan kecewa jika memesan menu yang berhubungan dengan seafood di sini.” Reno memberikan sepiring cumi bakar yang asapnya masih terlihat mengepul pada Elline. Seketika wajah tegang Elline tadi berubah berbinar melihat makanan kesukaannya. Warna cumi bakar yang kecokelatan menggugah selera gadis itu untuk segera mencicipinya.
“Wah, sepertinya cumi ini enak sekali. Terima kasih telah memesankan menu ini, Bu Zayra. Bagaimana bisa sepertinya Anda mengetahui makanan kesukaan saya?” Elline tersenyum manis melihat makanan yang dihidangkan di meja. Ada beberapa menu olahan seafood seperti cumi dan udang, serta olahan daging sapi. Semuanya terlihat menggoda untuk dicicipi. Ia pun seakan lupa dengan ketegangan yang baru saja terjadi. Matanya membulat lucu melihat cumi bakar yang telah tersaji di hadapannya.
Ucapan menyenangkan dari Elline itu membuat Zayra tersenyum senang. Ternyata makanan yang ia pesankan sesuai dengan selera tamunya. Sejenak ia melupakan perasaan yang tidak karuan tadi.
“Reno yang memintaku untuk memesan beberapa menu seafood. Sepertinya dia tahu makanan kesukaan Nona Adelline.” Perempuan itu terkekeh pelan melihat Reno yang salah tingkah.
“Sepertinya kau dan Elline sangat akrab, ya. Kau bahkan mengetahui makanan kesukaannya. Apa kalian telah lama saling mengenal?” Axel bertanya dengan nada datar tanpa melihat mereka. Ia tetap fokus pada makanannya.
“Tentu saja. Asal kau tahu kami telah berteman lama. Hmm, kira-kira satu bulan yang lalu? Tepatnya ketika Xio mengenalkan kami untuk membahas proposal investasi.” Reno mengusap dagunya sembari berpikir. Mengingat kapan pertama kali ia mengenal gadis itu.
“Sebulan itu termasuk waktu yang lama untuk saling mengenal. Wajar saja jika kalian telah berteman. Sepertinya hubungan kalian lancar hingga bisa berteman lumayan dekat seperti itu. Hubungan kalian lebih seperti pertemanan dibandingkan rekan kerja.” Zayra pun menimpali.
“Aku ‘kan memang mencoba mengakrabkan diri dengan Elline. Siapa tahu nanti dia melirikku.” Reno mengedipkan matanya dengan jenaka pada Elline. Menggoda gadis itu. Elline pun tertawa menanggapi candaan mereka yang memang semakin mencairkan suasana.
“Jangan terburu-buru, Ren. Aku yakin Elline tidak akan melirikmu. Asal kau tahu saja, Elline telah memiliki seseorang yang selalu berada di sampingnya saat ini,” ujar Lucy yang sedari tadi diam saja. Gadis itu baru bisa masuk ke percakapan karena suasananya mulai mencair. Ketegangan yang tadi telah berakhir. Namun, ia tidak sadar kalimatnya itu baru saja menciptakan ketegangan yang lain.
Reno menghentikan kegiatannya ketika mendengar penuturan Lucy. Ia menatap gadis itu dengan pandangan terkejut. Tanpa diketahui siapa pun ada satu orang lagi yang terdiam mendengar apa yang diutarakan gadis tersebut.“W-wah. Apa secara tidak langsung kau baru saja mengatakan bahwa aku ditolak? Bahkan sebelum mencoba mendekat? Memangnya siapa orang yang selalu ada untuk Elline saat ini? Aku akan melemparkan tulang iga ini ke piringmu jika kau bilang orang itu adalah dirimu, Lu.” Reno mengangkat tulang iga yang baru saja ia habiskan dagingnya.Lucy mengabaikan Reno sebentar. Ia menoleh pada Axel. Semula Lucy hanya penasaran bagaimana reaksi lelaki tersebut. Ia tidak menduga lelaki itu akan menatapnya lekat. Seolah menanti jawaban yang akan ia berikan. Membuatnya merasa terintimidasi oleh tatapan dingin dan tajam milik Axel. Di sisi lain, Lucy berharap lelaki itu terusik sedikit karena hal yang akan ia katakan.“Kau tahu, Ren? Ada seorang dokter mu
Acara makan malam itu berlangsung sangat lama bagi Elline. Ia harus mempertahankan ekspresi dan emosinya selama beberapa waktu. Banyak hal yang ia pikirkan ; pertemuan pertama dengan orang di masa lalunya yang sangat jauh dari yang pernah ia bayangkan. Lebih banyak hal lagi yang ia pertimbangkan ; pekerjaan, perasaan, perempuan yang tersenyum dengan ramah itu, lelaki jangkung di hadapannya, lebih dari itu semua ada kenangan yang harus ia simpan agar dapat bertahan dalam kewarasan. Ia harus profesional karena acara makan malam ini termasuk dalam acara pekerjaan, bukan? “Terima kasih telah datang pada acara tadi, Tuan dan Nyonya Devgan.” Elline kembali bersikap formal di akhir pertemuan mereka. Tidak lupa ia menjabat tangan Axel dan Zayra bergantian. Menunjukkan bentuk kesopanan yang dari kecil keluarganya ajarkan. “Terlebih lagi terima kasih untuk jamuan makan malamnya. Kami sangat menikmati hidangan yang istri Anda pilihkan.” Ia tersenyum formal pada Axel. Terkesan dipaksaka
Langit semakin gelap dan malam semakin larut. Angin dingin musim gugur pun semakin bertiup. Namun, Elline tidak sedikit pun berniat menutup jendela kamar yang masih terbuka lebar sejak beberapa waktu lalu. Setelah ia selesai membersihkan dirinya tadi, gadis itu hanya berdiri di depan rak buku yang ada di samping jendela. Untuk beberapa saat ia hanya menatap salah satu buku di sana. Buku gambar yang beberapa tahun lalu selalu ia bawa, sekarang telah tersimpan rapi dibagian paling atas rak bukunya. Buku itu terlihat begitu usang dengan kertas yang mulai menguning karena telah tersimpan begitu lama. Untuk kesekian kalinya gadis itu mengambil buku tersebut. Membawa buku itu ke dekat jendela yang terbuka lebar. Kemudian bersandar pada dinding sembari menghadap keluar. Membiarkan bulan dan bintang mengintip apa yang ia lakukan. Elline mengusap debu-debu halus yang menempel pada sampul buku. Kemudian membuka lembaran demi lembaran yang telah menguning termakan waktu. Hingga
Malam itu begitu cerah. Bulan sabit melengkung indah. Bintang kecil berlomba menampilkan kerlipan terbaiknya. Seperti para model yang akan berlomba memamerkan pakaian-pakaian terbaik dari perancang busana agar bisa menarik para konsumen dan investor untuk bekerja sama dengan desainer mereka. Jika sang desainer memiliki banyak konsumen dan investor bukankah hal itu juga akan menambah nominal di rekening mereka?Grand ballroom salah satu hotel mewah bintang lima di ibukota itu telah dipadati hampir seribu tamu. Mulai dari penikmat busana, reporter, investor, hingga perancang busana yang telah memiliki cabang butik di beberapa negara pun ikut hadir memeriahkan acara malam itu. Ratusan blitz kamera silih berganti berkelap-kelip seperti hendak menandingi kerlipan bintang di langit. Suara petikan kamera tidak kalah heboh menandingi obrolan orang-orang tentang acara yang sebentar lagi akan dimulai.Bagaimana tidak heboh? Sangat banyak yang menikmati pakaian-
Seolah langit belum cukup puas melihat keterkejutan Elline, setelah acara selesai Reno Anggara, perwakilan investor pun mengajak mereka makan malam bersama.“Lucy, Elline, untuk merayakan kesuksesan acara malam ini sekaligus bentuk kerja sama dengan perusahaan kami, Presdir mengundang kalian untuk makan malam bersama. Beliau telah memesan tempat di restoran hotel ini. Mungkin kalian juga bisa menganggapnya sebagai ucapan selamat datang atas kepindahan resmi kalian dari kami,” ujar Reno ketika mengunjungi ruang rias Elline. Di sana terlihat Lucy sedang menata kembali make up sahabatnya.“Bagaimana ya, Ren. Kami berencana mengadakan makan malam berdua. Kau tahu? Semacam party single lady. Jadi....” Lucy menatap Reno yang telah berdiri di belakangnya. Mencoba menolak ajakan itu secara halus. Namun, tarikan Elline pada gaunnya membuat Lucy menoleh dan melihat gadis itu menggelengkan kepala pelan.Elline pun berdiri dan menghadap Reno se
Dari jendela besar resto yang berada di lantai tertatas bangunan hotel itu terlihat puluhan kembang api yang meledak dan mekar dengan indah di langit. Sepertinya selain acara peragaan busana BCF ada acara lain juga yang diselenggarakan di hotel sini. Semacam perayaan mungkin. Seolah mereka juga ikut merayakan pertemuan dua orang yang dulunya pernah berbagi hati.“Hai, El. Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?”Seketika Elline ingin menjadi kembang api yang meledak dan melebur di langit itu ketika Axel menggenggam tangannya sembari tersenyum hangat. Senyuman yang pernah ia lihat beberapa tahun lalu. Senyuman yang ia rindukan selama bertahun-tahun belakangan. Senyuman yang selalu saja membuat hatinya berdebar tak karuan.Sepuluh tahun lalu, mereka masih berada di tingkat akhir junior high school. Tidak seperti kebanyakan siswa yang jika ada waktu luang akan mengobrol dengan teman di kelas, ke kantin, atau bahkan bermain di lapangan. Axel dan Ell
Langit semakin gelap dan malam semakin larut. Angin dingin musim gugur pun semakin bertiup. Namun, Elline tidak sedikit pun berniat menutup jendela kamar yang masih terbuka lebar sejak beberapa waktu lalu. Setelah ia selesai membersihkan dirinya tadi, gadis itu hanya berdiri di depan rak buku yang ada di samping jendela. Untuk beberapa saat ia hanya menatap salah satu buku di sana. Buku gambar yang beberapa tahun lalu selalu ia bawa, sekarang telah tersimpan rapi dibagian paling atas rak bukunya. Buku itu terlihat begitu usang dengan kertas yang mulai menguning karena telah tersimpan begitu lama. Untuk kesekian kalinya gadis itu mengambil buku tersebut. Membawa buku itu ke dekat jendela yang terbuka lebar. Kemudian bersandar pada dinding sembari menghadap keluar. Membiarkan bulan dan bintang mengintip apa yang ia lakukan. Elline mengusap debu-debu halus yang menempel pada sampul buku. Kemudian membuka lembaran demi lembaran yang telah menguning termakan waktu. Hingga
Acara makan malam itu berlangsung sangat lama bagi Elline. Ia harus mempertahankan ekspresi dan emosinya selama beberapa waktu. Banyak hal yang ia pikirkan ; pertemuan pertama dengan orang di masa lalunya yang sangat jauh dari yang pernah ia bayangkan. Lebih banyak hal lagi yang ia pertimbangkan ; pekerjaan, perasaan, perempuan yang tersenyum dengan ramah itu, lelaki jangkung di hadapannya, lebih dari itu semua ada kenangan yang harus ia simpan agar dapat bertahan dalam kewarasan. Ia harus profesional karena acara makan malam ini termasuk dalam acara pekerjaan, bukan? “Terima kasih telah datang pada acara tadi, Tuan dan Nyonya Devgan.” Elline kembali bersikap formal di akhir pertemuan mereka. Tidak lupa ia menjabat tangan Axel dan Zayra bergantian. Menunjukkan bentuk kesopanan yang dari kecil keluarganya ajarkan. “Terlebih lagi terima kasih untuk jamuan makan malamnya. Kami sangat menikmati hidangan yang istri Anda pilihkan.” Ia tersenyum formal pada Axel. Terkesan dipaksaka
Reno menghentikan kegiatannya ketika mendengar penuturan Lucy. Ia menatap gadis itu dengan pandangan terkejut. Tanpa diketahui siapa pun ada satu orang lagi yang terdiam mendengar apa yang diutarakan gadis tersebut.“W-wah. Apa secara tidak langsung kau baru saja mengatakan bahwa aku ditolak? Bahkan sebelum mencoba mendekat? Memangnya siapa orang yang selalu ada untuk Elline saat ini? Aku akan melemparkan tulang iga ini ke piringmu jika kau bilang orang itu adalah dirimu, Lu.” Reno mengangkat tulang iga yang baru saja ia habiskan dagingnya.Lucy mengabaikan Reno sebentar. Ia menoleh pada Axel. Semula Lucy hanya penasaran bagaimana reaksi lelaki tersebut. Ia tidak menduga lelaki itu akan menatapnya lekat. Seolah menanti jawaban yang akan ia berikan. Membuatnya merasa terintimidasi oleh tatapan dingin dan tajam milik Axel. Di sisi lain, Lucy berharap lelaki itu terusik sedikit karena hal yang akan ia katakan.“Kau tahu, Ren? Ada seorang dokter mu
Pada umumnya manusia selalu menyimpan kenangan ketika merasa sangat bahagia dan sangat terluka. Selebihnya kenangan lain bisa datang kapan saja jika ada pemicunya karena merupakan kenangan biasa. Bagaimana jadinya jika kenangan bahagia yang telah tersimpan rapi selama beberapa tahun berubah menjadi kenangan penuh luka dalam semalam? Ingin melupakan tetapi tidak mampu karena begitu menyakitkan. Perasaan yang selama ini dijaga dibalas dengan rasa kecewa karena harapan tidak sesuai dengan realita. Adakah cara untuk melupakannya? Jika ada, tolong beritahukan gadis itu untuk berusaha tegar agar terlihat baik-baik saja, karena semuanya akan kembali baik ketika ia telah lupa atau mulai terbiasa dengan rasa sakitnya.“Sepertinya kau benar-benar melupakanku, El. Bagaimana bisa kau tidak bertanya apa pun tentangku setelah sekian lama kita tidak bertemu?” Lelaki itu kembali tersenyum dengan senyuman yang Elline rindukan. Membuat pertahanan Elline runtuh perlahan. Gadis itu segera m
Dari jendela besar resto yang berada di lantai tertatas bangunan hotel itu terlihat puluhan kembang api yang meledak dan mekar dengan indah di langit. Sepertinya selain acara peragaan busana BCF ada acara lain juga yang diselenggarakan di hotel sini. Semacam perayaan mungkin. Seolah mereka juga ikut merayakan pertemuan dua orang yang dulunya pernah berbagi hati.“Hai, El. Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?”Seketika Elline ingin menjadi kembang api yang meledak dan melebur di langit itu ketika Axel menggenggam tangannya sembari tersenyum hangat. Senyuman yang pernah ia lihat beberapa tahun lalu. Senyuman yang ia rindukan selama bertahun-tahun belakangan. Senyuman yang selalu saja membuat hatinya berdebar tak karuan.Sepuluh tahun lalu, mereka masih berada di tingkat akhir junior high school. Tidak seperti kebanyakan siswa yang jika ada waktu luang akan mengobrol dengan teman di kelas, ke kantin, atau bahkan bermain di lapangan. Axel dan Ell
Seolah langit belum cukup puas melihat keterkejutan Elline, setelah acara selesai Reno Anggara, perwakilan investor pun mengajak mereka makan malam bersama.“Lucy, Elline, untuk merayakan kesuksesan acara malam ini sekaligus bentuk kerja sama dengan perusahaan kami, Presdir mengundang kalian untuk makan malam bersama. Beliau telah memesan tempat di restoran hotel ini. Mungkin kalian juga bisa menganggapnya sebagai ucapan selamat datang atas kepindahan resmi kalian dari kami,” ujar Reno ketika mengunjungi ruang rias Elline. Di sana terlihat Lucy sedang menata kembali make up sahabatnya.“Bagaimana ya, Ren. Kami berencana mengadakan makan malam berdua. Kau tahu? Semacam party single lady. Jadi....” Lucy menatap Reno yang telah berdiri di belakangnya. Mencoba menolak ajakan itu secara halus. Namun, tarikan Elline pada gaunnya membuat Lucy menoleh dan melihat gadis itu menggelengkan kepala pelan.Elline pun berdiri dan menghadap Reno se
Malam itu begitu cerah. Bulan sabit melengkung indah. Bintang kecil berlomba menampilkan kerlipan terbaiknya. Seperti para model yang akan berlomba memamerkan pakaian-pakaian terbaik dari perancang busana agar bisa menarik para konsumen dan investor untuk bekerja sama dengan desainer mereka. Jika sang desainer memiliki banyak konsumen dan investor bukankah hal itu juga akan menambah nominal di rekening mereka?Grand ballroom salah satu hotel mewah bintang lima di ibukota itu telah dipadati hampir seribu tamu. Mulai dari penikmat busana, reporter, investor, hingga perancang busana yang telah memiliki cabang butik di beberapa negara pun ikut hadir memeriahkan acara malam itu. Ratusan blitz kamera silih berganti berkelap-kelip seperti hendak menandingi kerlipan bintang di langit. Suara petikan kamera tidak kalah heboh menandingi obrolan orang-orang tentang acara yang sebentar lagi akan dimulai.Bagaimana tidak heboh? Sangat banyak yang menikmati pakaian-