"Ma, Pa, kami berangkat dulu ke sekolah ya. Nanti pemakaman Kakek Gito jam berapa dan di mana?" tanya Igo sambil berpamitan kepada mertuanya di meja makan seusai sarapan bersama.
"Nanti siang jelang sore jam tiga diberangkatkan dari rumah duka menuju ke TPU Pandu yang di Pamoyanan, Cicendo. Apa kalian sudah pulang sekolah?" balas Pak Hartono dengan raut wajah yang menyiratkan kedukaan.
Igo pun mengangguk dan menjawab, "Pelajaran sudah selesai pukul 13.30 kok, Pa. Nanti bisa izin bolos ekskul nggak masalah karena ada acara keluarga yang lebih penting!"
"Oke, nanti kabar-kabari saja jelang acara pelepasan jenasah ke TPU. Sekarang kalian bertiga sekolah dulu, jangan banyak pikiran ya. Terutama Cia, jangan sedih terus, Sayang. Kakek Gito sudah tenang di alam baka!" pesan Pak Hartono lalu menerima salam dari tiga muda-mudi itu satu per satu.
Di teras depan rumah keluarga Sasmita, Igo berpisah dengan Ciara
"Kak Stevan! S—sejak kapan ada di sini?" Ciara mendadak panik dan salah tingkah di hadapan kakak senior yang hanya mengenakan kostum renang pria. 'Aduh gawat deh kalau sampai dia lihat Igo cium-cium aku!' cicit gadis itu dalam hatinya.Atlet renang andalan SMA Teruna Negeri itu pun bersedekap memandangi adik kelasnya yang berbakat di bidang olah raga basket. "Sejak lo sama Igo cipok-cipokan sih, gue nggak sengaja mau lewat habis latihan renang. Cuma masa sih gue permisi pas kalian adegan ehemm!" balas Stevan dengan senyum jahil."Kagak begitu kok, Kak. Pasti kamu salah paham. Please ... jangan cerita ke siapa pun ya, nanti jadi gosip satu sekolah!" Ciara meraih tangan Stevan dengan raut wajah memelas.Stevan pun tertawa renyah dan menjawab, "Kalau gue kagak cerita-cerita, imbalannya apa? Lo beneran pacaran sama Igo kagak sih? Kalo jomblo yuk udah deh, sama gue aja, mau 'kan?""Yaa nggak b
"Sepertinya acara pemakaman sudah dimulai, Cia!" ujar Igo sembari memarkir sepeda motornya di area parkiran pengunjung TPU Pandu.Ciara segera melompat turun dari boncengan Igo. Dia menunggu hingga pemuda itu berdiri di sampingnya dan merangkul bahunya. "Sepi ya di sini!" tukas Ciara sembari melangkah hati-hati di antara deretan nisan yang ditata dengan rapi."Kalo rame bukan kuburan namanya, Neng, tapi pasar kaget!" Igo lalu menyuruh Ciara untuk tenang. Mereka sudah mendekati kerumunan peziarah dan keluarga yang berduka.Mama Ciara yang melihat kedatangan muda-mudi itu memberi isyarat agar mereka mendekat ke kerumunan keluarga Sasmita.Peti Kakek Gito sedang dimasukkan ke liang lahat oleh para petugas makam. Doa-doa dipanjatkan hingga lubang menganga di tanah merah itu tertutup seluruhnya lalu prosesi tabur bunga di atas pusara.Air mata Ciara luruh bak air huj
Suara dengungan hair dryer terdengar di dalam kamar Ciara. Sementara gadis berambut panjang hitam kecoklatan itu duduk manis di seberang cermin rias miliknya. Sang suami yang ganteng sedang sibuk mengeringkan rambut setengah basah itu."Ehm ... gue mau ngomong penting sama lo!" ujar Igo sembari melirik ke cermin."Ngomong aja, kenapa sih? Kayak serius gitu!" tukas Ciara. Dia membalas tatapan Igo yang menurutnya berbeda, lebih lembut ketika bersama dengannya.Igo menyelesaikan kegiatannya terlebih dahulu karena dia tak ingin berteriak-teriak mengalahkan bunyi dengungan alat pengering rambut itu. Setelah rambut Ciara kering dan terlihat mengembang cantik, Igo pun mematikan hair dryer dan menyimpannya kembali ke tempat semula.Kemudian Igo berlutut di hadapan Ciara, dia berkata, "Lo jangan mau nurutin keinginan si Stevan. Biar gue yang nemuin dia besok sendirian!""Ckk ... lo buka-b
Dinginnya AC kamar membuat Ciara bergidik, tubuhnya sudah polos di atas ranjang. Ternyata Igo selain jago mengutak-atik mesin kendaraan juga begitu ahli melucuti pakaian istrinya.Isapan di pucuk merah kecoklatan milik Ciara membuat napas gadis itu terengah-engah. Jemarinya terbenam di antara lebatnya rambut di kepala Igo. "Uungg ... aakh, Igoo!" desah Ciara dengan mata berkabut hasrat. Dia sudah tak malu lagi berpenampilan apa adanya tanpa balutan sehelai kain pun di hadapan suaminya.Justru Igo yang masih full berpakaian, dia sengaja membuat benteng pertahanan sementara menikmati kemolekan raga Ciara tanpa penghalang apa pun. Bercak-bercak merah, tanda kepemilikan mutlak atas diri Ciara terpampang jelas di kulit sekujur tubuh gadis itu."Cia, lo manis dan memabukkan kayak red wine," puji Igo seraya memagut bibir bengkak istrinya. Tatapan berkabut hasrat dari Ciara membuatnya tersenyum puas. "Biniku paling cakep, nggak
"Lex, gue mau ngomong bentar!" panggil Igo sebelum mereka memasuki ruangan kelas IPA 12-A.Dengan kening terkerut Alex mengikuti sobatnya menuju ke sudut lorong lantai empat. Mereka pun berbicara pelan-pelan agar tidak terdengar murid lain."Gini, gue ada bad news tentang adek lo!" buka Igo serius."Apaan tuh? Buruan bilang ke gue, Go. Ngapain lo pake spoiler beginian!" sahut Alex tak sabar. Sekalipun dia dan Ciara sering saling bully, tetapi mereka menyayangi satu sama lain sebagai saudara kandung.Igo pun meneruskan, "Lo kenal Stevan, atlet renang IPS 12-B 'kan?""Yoii, anak blasteran Thai itu tho?" Alex makin tak sabar."Bener, dia. Jadi kemarin gue sama Cia kepergok kissing di area sekolah. Si Stevan maksa Cia buat jadi pacarnya atau ... mau dicipok sama dia. Dasar setan!" Igo meluapkan kekesalannya."Mampos lo! Lagian apa
"Guys, yuk kita samperin si Stevan di deket kolam renang!" ajak Alex setelah dering bel istirahat pertama terdengar."Siaap, kemonlah!" sahut Jacky penuh semangat. Sekalipun dia ketua OSIS, tetapi acara PORDA ini sudah memiliki panitia resmi dari pemda. Sebelumnya dia hanya membantu menyiapkan fasilitas sesuai yang ditugaskan oleh pihak sekolah.Alex bersama genk-nya yang terdiri dari Igo, Kevin, Jacky, dan Mike pun bergegas turun dengan lift lalu langsung menuju ke area kolam renang sekolah. Pertandingan renang antar atlet sekolah di Kota Bandung Barat pun sudah mencapai babak perdelapan final. Nama-nama atlet renang yang lolos verifikasi melaju ke babak semi final pun diumumkan."Keren juga si Stevan, Cuy. Doi lolos ke semifinal tuh!" komentar Kevin saat mendengarkan pengumuman panitia PORDA."Hmm ... kita tungguin dia sendirian deh baru seret ke tempat sepi!" ujar Igo yang sebenarnya punya masalah
"Ma, sini bentar!" panggil Pak Hartono sore itu di kamar tidur.Nyonya Wina yang baru saja mandi pun segera mengenakan pakaian rumahan yang sopan dan nampak elegan sesuai usianya. Dia tak pernah memakai daster usang yang akan membuat suaminya malas melihatnya di rumah.Setelah Nyonya Wina duduk di tepi ranjang, Pak Hartono pun tersenyum memandangi istrinya lalu berkata, "Mama tambah cantik deh. Aku punya kado spesial buat kamu, Sayang." Pria matang itu membuka laci nakas lalu mengambil sebuah kotak perhiasan berlapis kain beludru warna merah, "coba buka ini, Ma. Kamu suka nggak?"Mama Ciara pun membuka kotak perhiasan persegi itu dan terperangah takjub. Sebentuk kalung emas bertabur berlian berkilau di situ, liontinnya berbentuk bunga Peony yang cantik terbuat dari permata batu mirah delima asli. "Wah, Pa ... indah banget kalungnya. Ehh ... tapi untuk apa hadiah semahal ini buat Mama?" tanya Nyonya Wina tak nyaman
"Bilang aja, lo mau ngomong apa? Gue dengerin!" Ciara bersedekap membalas tatapan Igo dengan dagu runcingnya yang dinaikkan.Namun, Igo malah tertawa pelan melihat istrinya nampak ingin mengamuk menantang dirinya. "Okay. Jadi lo cemburu nih gara-gara gue dapet surat cinta dari salah satu cewek di kelas?" balasnya ringan."Menurut lo?!" tukas Ciara kesal.Igo pun segera meraih lengan Ciara hingga gadis itu tak siap dan terjatuh ke pelukannya. "Menurut gue, cemburu tuh tanda cinta. Boleh-boleh aja kalo mau cemburu, tapi suami lo jangan diamukin dan dijutekin melulu dong. Gue demennya cuma sama bini gue yang satu ini kok, bukan cewek lain!" jawab pemuda itu sabar.Mendengar penjelasan Igo, hati Ciara pun luluh seperti es batu dingin terkena hawa hangat yang membuatnya meleleh. "Sori ya, Go. Tadi gue emosi, habisnya gue capek tanding basket seharian, lo malah asik ditembak cewek lain!" balas Ciara yang r
"Mbok, jangan halangi saya pergi!" teriak Cindy sembari berusaha mendorong tubuh renta Mbok Parni yang menghalanginya membawa koper besar dan beberapa tas jinjing."Tuan Besar sudah pesan tadi, Bu Cindy tolong ya jangan bawa barang apa pun kalau memang ngeyel pergi malam ini!" sergah Mbok Parni. Cindy tetap nekad dan dia mendorong Mbak Parni hingga terjatuh ke lantai yang keras. Sayangnya tepat pada waktu itu Pak Hartono memasuki ruang tengah."Tuan Besar!" panggil Mbok Parni sambil mengusap-usap bokong kurusnya yang memar terbentur lantai. "Iya. Serahkan saja ke saya. Panggilkan satpam di depan ya, Mbok!" titah Pak Hartono. Tatapan matanya mengunci sosok Cindy. Dia menghampiri wanita jahat dan matre itu lalu menampar keras wajahnya hingga Cindy tertoleh ke samping."Mas!" seru Cindy memegangi pipinya yang panas dan memerah karena cap lima jari tangan.Pak Hartono berteriak menggelegar, "DASAR PELACUR MURAHAN!!" Iphone seri terbaru di tangan Cindy dirampas lalu dibanting hingga peca
"Welcome to our campus!" ujar teman sekamar Igo di asrama mahasiswa MIT. Pemuda asal Jepang itu mendapat beasiswa penuh sama seperti Igo yang kebetulan satu jurusan juga. Dia mengulurkan jabat tangannya ke Igo, "Kenalkan, namaku Hideo Takajima. Baru sampai di sini dua hari lalu!""Aku Rodrigo Gunadarma Sutedja. Asalku dari Indonesia. Mungkin kamu akan lebih mudah mengingat nama panggilanku. Igo, itu saja!" balas Igo ramah. Hideo akan menjadi teman sekamarnya untuk waktu yang entah berapa lama."Nice, aku suka nama yang singkat. Mudah diingat dan wajahmu seperti bintang film, Bro. Keren sekali!" puji Hideo sembari duduk di lantai kamar beralas karpet. Kemudian Igo membongkar kopernya yang berisi pakaian, barang-barang pribadi, dan makanan kering yang sengaja ditaruh oleh Mama Tami ke dalam bawaannya. Dia pun mulai mengirim telepati dengan penuh konsentrasi ke Ciara, berharap jarak yang luar biasa jauh tak menghilangkan kemampuan istimewa itu.'Beib, hai ... apa lo denger suara gue? In
Seusai resmi menjadi suami Nyonya Wina, pengusaha tajir melintir itu membawa anak dan istrinya tinggal bersama di rumah megah bak istana yang ada di tengah kota Bandung. Memang sebelum Igo berangkat ke Massacussets, Amerika, Ciara tetap tinggal di kediaman Sutedja. Namun, nanti setelah suaminya berangkat kuliah ke luar negeri, Ciara akan tinggal bersama keluarga barunya.Hari demi hari yang dilewati selama sebulan itu bergulir begitu cepat sehingga tanggal keberangkatan Igo tersisa di besok sore penerbangannya."Cayank, gue nggak rela rasanya elo pergi besok!" ucap Ciara di balkon kamar mereka di lantai dua malam itu. Angin malam yang berhembus membuat hati terasa membeku. Ciara bergidik sedikit, Igo segera mengambil jaket untuk menghangatkan istrinya. "Lo jaga kesehatan selama kita LDR. Jangan ilang kontak sama Gabe dan Renata kalo lo lagi di luar rumah!" pesan Igo.Kepala Ciara terangguk pelan. Air mata merembes melalui sudut matanya. Igo makin berat saja meninggalkan si cantik imu
"Pengantinnya sudah boleh turun ya, tamu-tamu sudah memadati meja pesta!" kata Bu Ursula kepada Ciara melalui HT."Okay, copy! Kami akan langsung turun dengan pengantin, Bu Ur!" sahut Ciara lalu memberi kode ke Mama Wina dan Papa Reynold bahwa sudah saatnya acara dimulai di venue party.Pasangan yang tak lagi muda itu nampak berbinar-binar wajahnya. Sedikit unik karena bridesmaid semuanya ibu-ibu berbadan subur dengan beberapa anak sudah remaja."Mbak Wina, kamu cantik sekali lho ngalah-ngalahin yang dua puluhan!" puji Tante Anjali dengan nadanya yang selalu khas rumpi."Kakak pertama kita 'kan memang awet muda sih, Anjali!" sahut Tante Merry yang membantu mengangkat ekor gaun putih panjang Mama Wina.Dalam lift Pak Reynold yang dikerubuti kaum ibu-ibu hanya bisa memasang senyum tipis. Istrinya meliriknya gemas lebih dikarenakan dia santai dan tidak jelalatan matanya. Tangan halus yang terasa sejuk itu berada di genggaman telapak tangan lebar Pak Reynold saat lift berbunyi tanda samp
Kabar bahwa Mama Wina dan Pak Reynold telah sepakat menikah membuat anak-anak mereka turut bergembira. Bahkan, Vincent mendesak agar perayaan pernikahan segera diselenggarakan. Dia berencana mengajak Grandpa Damon Hawkins terbang ke Indonesia untuk menghadiri acara spesial sekali seumur hidup ayah kandungnya tersebut.Masih dalam suasana libur kenaikan kelas serta kelulusan, Ciara dan Alex serta Igo membantu persiapan pesta dengan memilih menu katering, dekorasi bunga, dan entertainment. Rencananya memang lokasi pesta resepsi di taman belakang Hotel Wonderful Paris Van Java sesuai permintaan Mama Wina agar budget tak berlebihan. Namun, tetap representatif untuk menjamu tamu kolega calon suaminya yang notabene pengusaha sukses."Bu Ursula, kami sudah putuskan warna kain dekorasi nuansa putih, kuning, dan jingga. Maknanya sekalipun usia mulai senja, tetapi masih bersinar indah!" tutur Ciara usai berdiskusi dengan kakaknya dan Igo.Pimpinan Wedding Organizer (WO) yang bernama Bu Ursula i
"Halo, Wina. Gimana kalau kamu jalan-jalan denganku saja karena anak-anak asik proom night di sekolah sampai larut malam 'kan?" ajak Pak Reynold melalui telepon HP."Halo, Mas Rey. Iya, nggakpapa. Mau berangkat jam berapa nih?" sahut Nyonya Wina santai. Dia melirik jam dinding di kamar hotel sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB."Aku naik sekarang jemput kamu di sana, oke?" balas Pak Reynold lalu mengakhiri telepon ketika menerima jawaban positif dari teman kencannya malam ini. Pria matang berparas rupawan itu segera naik lift menjemput Nyonya Wina.Bunyi bel dua kali membuat wanita yang telah siap bepergian dengan penampilan anggun simple seperti gaya biasanya. Dia membuka pintu kamar hotel dan sempat merasakan jantungnya seolah terhenti sejenak ketika melihat pria di hadapan matanya."Ehh ... apa tempat yang akan kita datangi harus mengenakan pakaian resmi, Mas?" tanya Nyonya Wina melihat Pak Reynold Subrata dalam setelan tuxedo silver grey dengan dasi merah maroon."Kamu mengenakan ba
"Oke, Guys. Di malam yang penuh kenangan ini, kita akan menyaksikan beberapa penampilan istimewa dari kakak-kakak senior idola SMA Teruna Negeri. Tanpa membuang waktu lagi, kita panggil Kak Igo, Kak Alex, Kak Jacky, Kak Kevin, dan Kak Mike ke atas panggung!" Sabrina Elvira, anak kelas 11-B yang dipercaya menjadi MC proom night memanggil genk Auto Drift."Show time, Genks!" ucap Igo penuh percaya diri memimpin rekan-rekannya naik ke pentas.Jeritan histeris siswi-siswi SMA Teruna Negeri dan siulan para adik kelas membuat para jajaka Bandung itu makin bersemangat membagikan penampilan terakhir mereka sebagai bagian SMA Teruna Negeri.Igo memberikan kehormatan kepada Alex untuk memberikan sepatah dua patah kata sambutan atas penampilan pamungkas mereka berlima. Dia siap duduk di kursi dengan gitar listrik akustik dan stand by mikrofon. Alex pastinya dengan biola pribadi yang dia bawa sendiri. Jacky duduk di atas kotak perkusi siap menabuh sesuai irama lagu. Sedangkan, Mike bermain bass g
"TOK TOK TOK." Igo mengetok pintu kamar mamanya dengan tak sabar. Pasalnya, pendamping proom night pemuda itu sedang disandera oleh Mama Tami untuk dimake-over wajah dan rambutnya."Mama, lama amat sih di dalem!" seru Igo senewen. Dia merasa Ciara sudah cantik tanpa perlu didandani heboh.Sementara itu Mama Tami dan Ciara terkikik kompak di depan cermin rias mendengar suara Igo di luar. "Tuh suami kamu, Cia. Baru ditinggal kamu satu jam udah heboh si Igo. Hihihi!" ujar Mama Tami."Nggakpapa, Ma. Nanti juga semalaman berdua melulu. Apa dandannya sudah kelar?" jawab Ciara sambil tersenyum memandangi pantulan bayangan di cermin rias mama mertuanya."Sudah kok. Cantik banget, Igo beruntung mendapat pasangan proom night yang secantik bidadari. Teman-temannya pasti iri!" puji Mama Tami lalu membantu Ciara bangkit dari kursi rias. Dia pun bertanya "Korsasenya belum dibagiin ya sama panitia acara?" "Belum, Ma. Di depan aula sih kata anak OSIS yang ikut panitia proom night!" jawab Ciara sebel
Masih dengan gaun tidur tipisnya Cindy menuruni tangga lantai dua ke bawah. Hari sudah menunjukkan pukul 10.00, matahari sudah tinggi di luar sana. Dia belum juga mandi maupun melakukan aktivitas yang berarti.Pak Hartono yang sedang duduk membaca koran di sofa ruang tengah ditemani secangkir kopi hitam mendengar langkah-langkah wanita itu. Dia pun menutup lembaran koran lalu menyapa wanita kesayangannya, "Pagi, Cindy! Baru bangun ya?""Hoamph ... iya masih ngantuk. Kan dinas semalaman, Mas!" jawab Cindy. Memang tadi malam dia terpaksa melayani Pak Hartono yang menagih jatah untuk diservis."Hohoho. Iya, yang semalam enak deh. Mas demen banget!" sahut pria botak berkumis subur itu menyunggingkan senyuman mesum."Laper nih, Mas. Mbok Parni apa sudah masak sarapan?" Cindy yang duduk manja menyandar di badan Pak Hartono celingukan mencari pelayan tua suaminya itu.Pak Hartono pun me