"Ma, sini bentar!" panggil Pak Hartono sore itu di kamar tidur.
Nyonya Wina yang baru saja mandi pun segera mengenakan pakaian rumahan yang sopan dan nampak elegan sesuai usianya. Dia tak pernah memakai daster usang yang akan membuat suaminya malas melihatnya di rumah.
Setelah Nyonya Wina duduk di tepi ranjang, Pak Hartono pun tersenyum memandangi istrinya lalu berkata, "Mama tambah cantik deh. Aku punya kado spesial buat kamu, Sayang." Pria matang itu membuka laci nakas lalu mengambil sebuah kotak perhiasan berlapis kain beludru warna merah, "coba buka ini, Ma. Kamu suka nggak?"
Mama Ciara pun membuka kotak perhiasan persegi itu dan terperangah takjub. Sebentuk kalung emas bertabur berlian berkilau di situ, liontinnya berbentuk bunga Peony yang cantik terbuat dari permata batu mirah delima asli. "Wah, Pa ... indah banget kalungnya. Ehh ... tapi untuk apa hadiah semahal ini buat Mama?" tanya Nyonya Wina tak nyaman
"Bilang aja, lo mau ngomong apa? Gue dengerin!" Ciara bersedekap membalas tatapan Igo dengan dagu runcingnya yang dinaikkan.Namun, Igo malah tertawa pelan melihat istrinya nampak ingin mengamuk menantang dirinya. "Okay. Jadi lo cemburu nih gara-gara gue dapet surat cinta dari salah satu cewek di kelas?" balasnya ringan."Menurut lo?!" tukas Ciara kesal.Igo pun segera meraih lengan Ciara hingga gadis itu tak siap dan terjatuh ke pelukannya. "Menurut gue, cemburu tuh tanda cinta. Boleh-boleh aja kalo mau cemburu, tapi suami lo jangan diamukin dan dijutekin melulu dong. Gue demennya cuma sama bini gue yang satu ini kok, bukan cewek lain!" jawab pemuda itu sabar.Mendengar penjelasan Igo, hati Ciara pun luluh seperti es batu dingin terkena hawa hangat yang membuatnya meleleh. "Sori ya, Go. Tadi gue emosi, habisnya gue capek tanding basket seharian, lo malah asik ditembak cewek lain!" balas Ciara yang r
"Oke, Ma. Papa berangkat dulu ya ke bandara. Nitip Alex sama Cia di Bandung. Sesekali mampirlah ke rumah besan kita dari pada bengong sendiri di rumah!" pamit Pak Hartono yang berdiri di teras depan rumah sementara sopir pribadinya memasukkan koper ke bagasi belakang mobil.Nyonya Wina tak mencemaskan dirinya maupun anak-anak mereka, dia justru kuatir suaminya tergoda oleh sekretaris kantor yang masih muda. Cindy Alana itu penampilannya seksi dan bodinya proporsional bak model majalah dewasa. Wajahnya juga tidak seperti wanita alim."Pa, jangan berduaan sama Cindy ya kalau sudah sampai di Guangzhou. Mama tolong ditelepon sering-sering kalau ada waktu senggang di sana. Biasalah kaum ibu kalau suami pergi dengan lawan jenis bawaannya ketar-ketir gitu!" pesan Nyonya Wina.Dalam hatinya Pak Hartono tertawa, istrinya tak tahu kalau Cindy sudah menikah siri dua bulan lalu bersamanya di luar kota. Wali nikah Cindy hanya p
"Igo Cayank, gue bukan cuma kesambet kunti, tapi kalo lo kagak jawab jujur pertanyaan gue. Lo bakal liat gue jadi jelmaan Mak Lampir!" ancam Ciara seraya mendorong tubuh suaminya hingga jatuh terlentang di atas kasur.Tentu saja pemuda itu bengong. Dia tak paham ada angin apa sehingga istrinya yang biasa pemalu malahan jadi agresif. "L—lo jangan bikin gue serem dong, Cia!" omelnya terbata-bata.Namun, Ciara malah menindih Igo masih dengan seragam lengkap. "Jawab yang jujur! Maksud pikiran lo tadi di dapur apaan? Di TPU Pandu, papa gue bareng sama wanita yang mana selain mama gue?!" desak Ciara dengan tatapan keras kepala.Igo menghembuskan napas lelah. Ternyata pikirannya tak sengaja terbaca oleh Ciara tadi di dapur. "Lo nggak usah berprasangka buruk dulu deh ke papa lo. Kali aja itu hanya pelayat pemakaman Kakek Gito!" kelit pemuda itu tak ingin memperkeruh suasana."Bohong. Ada bagusnya
"Wah, kota Guangzhou indah banget ya, Mas!" Cindy yang baru pertama kali menginjakkan kaki di kota terpadat ketiga di Tiongkok itu terkagum-kagum melihat bangunan-bangunan megah yang mereka lewati dari balik kaca jendela taksi."Iya, Cintaku. Itu namanya Menara Kanton yang tinggi menjulang dengan lampu warna-warni. Sebentar lagi kita akan menaiki jembatan Haizhu. Jalan-jalannya mulai besok pagi aja ya? Mas pengin langsung ke hotel dulu buat istirahat!" ujar Pak Hartono yang usianya sudah tak muda lagi. Sayang, napsunya masih terlalu bergelora dengan daun muda.Cindy yang memang sudah paham apa yang diinginkan oleh suami sirinya itu tersenyum semanis madu lalu berbisik, "Nanti di kamar hotel biar aku yang layani Mas sampai puas ya!""Kamu memang istri idaman, Cin!" puji Pak Hartono disertai kekehan mesum.Taksi bercat kuning itu pun berhenti di depan pintu lobi sebuah hotel berbintang lima yang berlok
"Lho, Bang Alex ngapain ikut maksi di mari?" tanya Ciara sambil menempatkan bokongnya di kursi makan yang ditarik oleh Igo."Suka-suka gue dunk! Kok elo yang repot sih, Mak!" sahut Alex cuek melanjutkan makan siangnya dengan menggunakan tangan langsung. Memang Nasi Padang merupakan menu yang lebih nikmat dimakan tanpa menggunakan sendok dan garpu."Habitat Bang Alex masalahnya bukan di sini!" timpal Ciara mencebik kesal.Nyonya Chintami pun melerai kakak beradik yang sedang adu gladiator tersebut, "Mama Wina dan Alex khusus hari ini memang menginap di sini atas request Mama kok, Cia. Dari pada mama kamu kesepian di rumah sendiri 'kan mendingan di sini ada teman ngobrolnya!""Ohh gitu, Ma. Oke deh!" tukas Ciara sembari mengambilkan lauk pauk yang diinginkan Igo. Ternyata mereka berdua kompak pecinta rendang daging sapi dan perkedel kentang, lengkap bersama sayur nangka dan daun singkong plus sam
"Maaf lho, Pak Sujatmiko, kalau Jasmine masuk di waktu yang kurang tepat. Kebetulan hanya sekolah Bapak yang bersedia menerima murid di tengah semester seperti saat ini!" ujar Nyonya Brenda Budiman di ruang kepala sekolah SMA Teruna Negeri.Pria berkaca mata kotak bening dengan model rambut disisir rapi ke belakang dengan pomade itu tersenyum tipis lalu menjawab, "Tidak masalah. Jasmine Leova Budiman ya, nama lengkap putri Anda, Bu Brenda?""Benar, Pak. Mohon bimbingannya!" sahut Nyonya Brenda simpatik. Sementara gadis cantik berambut sebahu lurus hitam legam itu terdiam tanpa berbicara sepatah kata pun dengan sikap duduk yang sopan sekalipun nampak tegang."Baiklah, sekarang Jasmine ikut Bapak ke ruang kelas baru kamu ya. Permisi, Bu Brenda!" pamit Pak Sujatmiko sembari bangkit dari kursi kerjanya. Dia melangkah keluar meninggalkan kantor kepala sekolah menuju lift untuk turun ke lantai satu.
"Lagu ini gue persembahkan buat seorang gadis istimewa yang baru-baru ini hadir dalam hidup gue tanpa terduga. Selamat menikmati penampilan dari gue, Rodrigo Gunadharma Sutedja, IPA-12-A. Three ... two ... one!" ujar Igo yang duduk di tengah panggung setinggi dua meter dengan stand by mic dan gitar listrik model akustik.Suara petikan merdu gitar seakan-akan membius para penonton di depan panggung. Cuaca kota Bandung Barat yang sedikit mendung menambah syahdu suasana."Waktu pertama kali kulihat dirimu hadir, rasa hati ini inginkan dirimu. Hati tenang mendengar suara indah menyapa geloranya hati ini tak ku sangka. Rasa ini tak tertahan, hati ini selalu untukmu. Terimalah lagu ini dari orang biasa. Tapi cintaku padamu luar biasa. Aku tak punya bunga, aku tak punya harta. Yang kupunya hanyalah hati yang setia tulus padamu!" Diam-diam Igo sengaja menatap wajah Ciara sambil menyanyikan lagu 'Cinta Luar Biasa' dari Andmesh Kamaleng yang beg
"Pa, besok acara tujuh hari selamatan meninggalnya mendiang ayah kamu lho. Pulang dari RRC kapan?" tanya Nyonya Wina di telepon internasional. Memang tarifnya mahal jadi mereka tak bisa berlama-lama, mama Ciara dan Alex pun berbicara seperlunya.Pak Hartono yang sedang menemani Cindy berjalan-jalan di Shanghai menikmati keindahan kota metropolitan sambil berbelanja ria merasa terlalu cepat jika harus pulang malam ini juga dengan pesawat. "Ma, maaf ya. Acara kirim doa buat mendiang papa di-handle kamu aja dulu ya. Nanti yang 40 hari baru deh Papa bantu. Urusan di sini masih belum kelar, mohon pengertian Mama!" kilah suaminya itu."Ckk ... sebenarnya Mama mulai curiga kalau Papa ada main serong sama si Cindy, sekretaris kamu itu! Apa suaminya kagak nyariin kalau pergi ke luar negeri sama pria lain berhari-hari, hmm?" ujar Nyonya Wina dengan nada keras."Ya ampun, Mama ... jangan nuduh yang nggak-nggak dong. Ini semua
"Mbok, jangan halangi saya pergi!" teriak Cindy sembari berusaha mendorong tubuh renta Mbok Parni yang menghalanginya membawa koper besar dan beberapa tas jinjing."Tuan Besar sudah pesan tadi, Bu Cindy tolong ya jangan bawa barang apa pun kalau memang ngeyel pergi malam ini!" sergah Mbok Parni. Cindy tetap nekad dan dia mendorong Mbak Parni hingga terjatuh ke lantai yang keras. Sayangnya tepat pada waktu itu Pak Hartono memasuki ruang tengah."Tuan Besar!" panggil Mbok Parni sambil mengusap-usap bokong kurusnya yang memar terbentur lantai. "Iya. Serahkan saja ke saya. Panggilkan satpam di depan ya, Mbok!" titah Pak Hartono. Tatapan matanya mengunci sosok Cindy. Dia menghampiri wanita jahat dan matre itu lalu menampar keras wajahnya hingga Cindy tertoleh ke samping."Mas!" seru Cindy memegangi pipinya yang panas dan memerah karena cap lima jari tangan.Pak Hartono berteriak menggelegar, "DASAR PELACUR MURAHAN!!" Iphone seri terbaru di tangan Cindy dirampas lalu dibanting hingga peca
"Welcome to our campus!" ujar teman sekamar Igo di asrama mahasiswa MIT. Pemuda asal Jepang itu mendapat beasiswa penuh sama seperti Igo yang kebetulan satu jurusan juga. Dia mengulurkan jabat tangannya ke Igo, "Kenalkan, namaku Hideo Takajima. Baru sampai di sini dua hari lalu!""Aku Rodrigo Gunadarma Sutedja. Asalku dari Indonesia. Mungkin kamu akan lebih mudah mengingat nama panggilanku. Igo, itu saja!" balas Igo ramah. Hideo akan menjadi teman sekamarnya untuk waktu yang entah berapa lama."Nice, aku suka nama yang singkat. Mudah diingat dan wajahmu seperti bintang film, Bro. Keren sekali!" puji Hideo sembari duduk di lantai kamar beralas karpet. Kemudian Igo membongkar kopernya yang berisi pakaian, barang-barang pribadi, dan makanan kering yang sengaja ditaruh oleh Mama Tami ke dalam bawaannya. Dia pun mulai mengirim telepati dengan penuh konsentrasi ke Ciara, berharap jarak yang luar biasa jauh tak menghilangkan kemampuan istimewa itu.'Beib, hai ... apa lo denger suara gue? In
Seusai resmi menjadi suami Nyonya Wina, pengusaha tajir melintir itu membawa anak dan istrinya tinggal bersama di rumah megah bak istana yang ada di tengah kota Bandung. Memang sebelum Igo berangkat ke Massacussets, Amerika, Ciara tetap tinggal di kediaman Sutedja. Namun, nanti setelah suaminya berangkat kuliah ke luar negeri, Ciara akan tinggal bersama keluarga barunya.Hari demi hari yang dilewati selama sebulan itu bergulir begitu cepat sehingga tanggal keberangkatan Igo tersisa di besok sore penerbangannya."Cayank, gue nggak rela rasanya elo pergi besok!" ucap Ciara di balkon kamar mereka di lantai dua malam itu. Angin malam yang berhembus membuat hati terasa membeku. Ciara bergidik sedikit, Igo segera mengambil jaket untuk menghangatkan istrinya. "Lo jaga kesehatan selama kita LDR. Jangan ilang kontak sama Gabe dan Renata kalo lo lagi di luar rumah!" pesan Igo.Kepala Ciara terangguk pelan. Air mata merembes melalui sudut matanya. Igo makin berat saja meninggalkan si cantik imu
"Pengantinnya sudah boleh turun ya, tamu-tamu sudah memadati meja pesta!" kata Bu Ursula kepada Ciara melalui HT."Okay, copy! Kami akan langsung turun dengan pengantin, Bu Ur!" sahut Ciara lalu memberi kode ke Mama Wina dan Papa Reynold bahwa sudah saatnya acara dimulai di venue party.Pasangan yang tak lagi muda itu nampak berbinar-binar wajahnya. Sedikit unik karena bridesmaid semuanya ibu-ibu berbadan subur dengan beberapa anak sudah remaja."Mbak Wina, kamu cantik sekali lho ngalah-ngalahin yang dua puluhan!" puji Tante Anjali dengan nadanya yang selalu khas rumpi."Kakak pertama kita 'kan memang awet muda sih, Anjali!" sahut Tante Merry yang membantu mengangkat ekor gaun putih panjang Mama Wina.Dalam lift Pak Reynold yang dikerubuti kaum ibu-ibu hanya bisa memasang senyum tipis. Istrinya meliriknya gemas lebih dikarenakan dia santai dan tidak jelalatan matanya. Tangan halus yang terasa sejuk itu berada di genggaman telapak tangan lebar Pak Reynold saat lift berbunyi tanda samp
Kabar bahwa Mama Wina dan Pak Reynold telah sepakat menikah membuat anak-anak mereka turut bergembira. Bahkan, Vincent mendesak agar perayaan pernikahan segera diselenggarakan. Dia berencana mengajak Grandpa Damon Hawkins terbang ke Indonesia untuk menghadiri acara spesial sekali seumur hidup ayah kandungnya tersebut.Masih dalam suasana libur kenaikan kelas serta kelulusan, Ciara dan Alex serta Igo membantu persiapan pesta dengan memilih menu katering, dekorasi bunga, dan entertainment. Rencananya memang lokasi pesta resepsi di taman belakang Hotel Wonderful Paris Van Java sesuai permintaan Mama Wina agar budget tak berlebihan. Namun, tetap representatif untuk menjamu tamu kolega calon suaminya yang notabene pengusaha sukses."Bu Ursula, kami sudah putuskan warna kain dekorasi nuansa putih, kuning, dan jingga. Maknanya sekalipun usia mulai senja, tetapi masih bersinar indah!" tutur Ciara usai berdiskusi dengan kakaknya dan Igo.Pimpinan Wedding Organizer (WO) yang bernama Bu Ursula i
"Halo, Wina. Gimana kalau kamu jalan-jalan denganku saja karena anak-anak asik proom night di sekolah sampai larut malam 'kan?" ajak Pak Reynold melalui telepon HP."Halo, Mas Rey. Iya, nggakpapa. Mau berangkat jam berapa nih?" sahut Nyonya Wina santai. Dia melirik jam dinding di kamar hotel sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB."Aku naik sekarang jemput kamu di sana, oke?" balas Pak Reynold lalu mengakhiri telepon ketika menerima jawaban positif dari teman kencannya malam ini. Pria matang berparas rupawan itu segera naik lift menjemput Nyonya Wina.Bunyi bel dua kali membuat wanita yang telah siap bepergian dengan penampilan anggun simple seperti gaya biasanya. Dia membuka pintu kamar hotel dan sempat merasakan jantungnya seolah terhenti sejenak ketika melihat pria di hadapan matanya."Ehh ... apa tempat yang akan kita datangi harus mengenakan pakaian resmi, Mas?" tanya Nyonya Wina melihat Pak Reynold Subrata dalam setelan tuxedo silver grey dengan dasi merah maroon."Kamu mengenakan ba
"Oke, Guys. Di malam yang penuh kenangan ini, kita akan menyaksikan beberapa penampilan istimewa dari kakak-kakak senior idola SMA Teruna Negeri. Tanpa membuang waktu lagi, kita panggil Kak Igo, Kak Alex, Kak Jacky, Kak Kevin, dan Kak Mike ke atas panggung!" Sabrina Elvira, anak kelas 11-B yang dipercaya menjadi MC proom night memanggil genk Auto Drift."Show time, Genks!" ucap Igo penuh percaya diri memimpin rekan-rekannya naik ke pentas.Jeritan histeris siswi-siswi SMA Teruna Negeri dan siulan para adik kelas membuat para jajaka Bandung itu makin bersemangat membagikan penampilan terakhir mereka sebagai bagian SMA Teruna Negeri.Igo memberikan kehormatan kepada Alex untuk memberikan sepatah dua patah kata sambutan atas penampilan pamungkas mereka berlima. Dia siap duduk di kursi dengan gitar listrik akustik dan stand by mikrofon. Alex pastinya dengan biola pribadi yang dia bawa sendiri. Jacky duduk di atas kotak perkusi siap menabuh sesuai irama lagu. Sedangkan, Mike bermain bass g
"TOK TOK TOK." Igo mengetok pintu kamar mamanya dengan tak sabar. Pasalnya, pendamping proom night pemuda itu sedang disandera oleh Mama Tami untuk dimake-over wajah dan rambutnya."Mama, lama amat sih di dalem!" seru Igo senewen. Dia merasa Ciara sudah cantik tanpa perlu didandani heboh.Sementara itu Mama Tami dan Ciara terkikik kompak di depan cermin rias mendengar suara Igo di luar. "Tuh suami kamu, Cia. Baru ditinggal kamu satu jam udah heboh si Igo. Hihihi!" ujar Mama Tami."Nggakpapa, Ma. Nanti juga semalaman berdua melulu. Apa dandannya sudah kelar?" jawab Ciara sambil tersenyum memandangi pantulan bayangan di cermin rias mama mertuanya."Sudah kok. Cantik banget, Igo beruntung mendapat pasangan proom night yang secantik bidadari. Teman-temannya pasti iri!" puji Mama Tami lalu membantu Ciara bangkit dari kursi rias. Dia pun bertanya "Korsasenya belum dibagiin ya sama panitia acara?" "Belum, Ma. Di depan aula sih kata anak OSIS yang ikut panitia proom night!" jawab Ciara sebel
Masih dengan gaun tidur tipisnya Cindy menuruni tangga lantai dua ke bawah. Hari sudah menunjukkan pukul 10.00, matahari sudah tinggi di luar sana. Dia belum juga mandi maupun melakukan aktivitas yang berarti.Pak Hartono yang sedang duduk membaca koran di sofa ruang tengah ditemani secangkir kopi hitam mendengar langkah-langkah wanita itu. Dia pun menutup lembaran koran lalu menyapa wanita kesayangannya, "Pagi, Cindy! Baru bangun ya?""Hoamph ... iya masih ngantuk. Kan dinas semalaman, Mas!" jawab Cindy. Memang tadi malam dia terpaksa melayani Pak Hartono yang menagih jatah untuk diservis."Hohoho. Iya, yang semalam enak deh. Mas demen banget!" sahut pria botak berkumis subur itu menyunggingkan senyuman mesum."Laper nih, Mas. Mbok Parni apa sudah masak sarapan?" Cindy yang duduk manja menyandar di badan Pak Hartono celingukan mencari pelayan tua suaminya itu.Pak Hartono pun me