"Selamat Wina untuk kemenanganmu di rapat tadi. Ini sudah petang, kita pulang ke hotel saja ya. Aku tadi meminta chef hotel menyiapkan malam malam untuk kita semua!" ujar Pak Reynold ketika turun dengan lift bersama Nyonya Wina dan anak-anak.
"Makasih ya, Mas Rey. Sepertinya kami merepotkan kamu terus!" sahut Nyonya Wina tak enak hati makan tidur gratis di hotel pria tersebut.
Pak Reynold pun berkata, "Biarlah sementara begini dulu supaya aman. Aku menguatirkan Mas Hartono yang mungkin dendam karena sakit hati dilengserkan jabatannya olehmu dan anak-anak, Win. Ayo!"
Nyonya Wina ikut bersama mobil Pak Reynold, sedangkan anak-anak naik mobil Igo yang diparkir di lantai under ground. Mereka sepakat bertemu di restoran Hotel Wonderful Paris Van Java.
Di dalam mobil yang dikemudikan oleh Igo, ketiga muda-mudi itu pun berbincang-bincang.
"Gue heran sama papa, kok kekeuh banget pe
"Maksud kalian apa dengan mengerjai Ciara kemarin siang di pelajaran Pak Anton? Karena ulah kalian guru Biologi yang sudah mengajar selama lima tahun harus resigned!" omel Pak Wisnu sembari duduk di meja kerjanya. Sedangkan, empat siswi kelas 10-A itu berdiri tertunduk cemas melirik takut-takut ke arah guru BP tersebut."Lho kok diam saja, jawab!" seru Pak Wisnu galak.Akhirnya, Jasmine pun angkat bicara, "Kami hanya ingin mencandai Ciara saja kok, Pak. Nggak ada maksud lainnya. Sayangnya situasinya jadi kacau ketika Pak Anton menyeret Ciara masuk ke kantor beliau. Apa kesalahan fatal itu murni kesalahan kami?!""Ciara sendiri yang heboh teriak-teriak histeris di kelas Pak Anton kemarin. Nggak adil dong kalau kami mendapat sanksi yang berat karena alasan sepele, Pak!" timpal Santi dengan decakan kesal."Hmm ... pinter ngeles kalian! Sebentar lagi ujian akhir semester gasal, jangan berbuat hal bodoh hanya karena iseng tak berguna. Atau kalian mau di-DO ya?!" ancam Pak Wisnu dengan waja
"Apa kamu sudah siap untuk memimpin penyitaan aset dari Mas Hartono dan wanita selingkuhannya, Win?" tanya Pak Reynold di dalam mobil yang melaju di jalan raya pagi itu.Nyonya Wina tersenyum tipis, dia menjawab, "Harus siap, Mas. Makin ditunda justru nggak baik efeknya. Mumpung masalah ini masih hangat-hangatnya 'kan?" "Baiklah. Hati-hati nanti. Akan kutemani kamu untuk menghadapi Mas Hartono dan Cindy. Mereka yang barbar nggak sepadan denganmu. Tahu nggak sih? Aku nggak habis pikir, rumah tangga kalian yang kamu jaga dengan hati-hati bisa kandas juga. Win, aku selama menduda sudah nahan pake rem pakem untuk nggak menghubungimu secara intens. Takut perasaanku lebih berkuasa dibanding logika. Apa ada ... kemungkinan kita merajut kisah cinta yang dulu belum selesai?" Pak Reynold mencoba untuk menurunkan batasan di antara mereka dari sekadar teman dekat menjadi lebih lagi.Mata indah dengan manik cokelat keemasan itu melebar, dia tak menduga akan ditanyai hal yang bersifat romantis sep
"Akan kulaporkan ke polisi atas tindak kekerasan yang kau lakukan kepadaku tadi, Reynold!" teriak Pak Hartono sembari mengelus-elus perut buncitnya yang masih sakit terkena pukulan keras rival cintanya itu. Dia melirik ke Nyonya Wina yang nampaknya tak bersimpati melihat dia kesakitan. 'Ckk ... si Wina, sudah move on rupanya ya!' batin Pak Hartono kesal."Oya? Sini sekalian kubuat babak belur, Mas Hartono. Rugi dong kalau sama-sama dilaporkan dan dilakukan visum hanya memar tak seberapa begitu. Minimal sampai pingsan masuk IGD lah ya. Gimana, Wina?" sindir Pak Reynold karena lawannya terlalu cemen.Nyonya Wina tertawa geli reflek karena situasinya begitu konyol di matanya. "Setuju, Mas Rey. Dia mah belain si Cindy melulu, ngapain pula aku pedulikan lagi? Maaf, aku bantuin tim penyitaan bekerja dulu ya karena keburu siang!" jawabnya dengan santai lalu menghampiri Pak Frans cs.Mendengar jawaban Nyonya Wina, calon duda itu
"Maaf, kursi yang ini apa kosong, Bang Alex? Kursiku diambil murid lain pas ke toilet tadi." Suara lembut bernada ragu-ragu itu sontak membuat Alex menoleh ke kiri. Belum sempat dia menjawab, Ciara sudah mendahuluinya, "Lind, duduk aja. Itu kosong kok, maklum Bang Alex 'kan jomblo kronis!""Wanjiiir, parah lo, Cia. Malu kali!" omel Alex sembari berdiri memberi jalan agar Lindsey duduk di sebelah Ciara. Tadinya kursi kosong itu sengaja dia gunakan untuk jeda agar tak terlalu pening melihat kemesraan adiknya dan Igo yang bikin auto diabetes saking so sweet."Bang, mending lo pacarin bestie gue nih. Udah baik, kece pula, bokapnya punya pabrik jamu. Kali lo bisa minta resep jamu ganteng sejagad kalo jadi menantu beliau!" olok-olok Ciara seperti biasa. Igo tertawa sampai menyembur. "OMG, Cia ... Cia kasihan abang lo, udah merah kuning ijo tuh mukanya lo sindir mulu!" "Biar paham lah, Go. Masalahnya Bang Alex kagak bisa ngelihat peluang emas gitu. Lindsey 'kan udah temenan lama sama gue,
Sepanjang perjalanan pulang, Ciara menahan lidahnya dan juga rasa lapar karena belum sempat makan siang tadi di kantin. Perpaduan yang membuat emosi berpusar-pusar di dalam dirinya dan tak tersalurkan.Untungnya mobil yang dikendarai oleh Igo meluncur lancar tanpa terhenti oleh kemacetan lalu lintas. Pemuda itu tahu bahwa Ciara sudah menahan diri begitu rupa agar tak meledak dalam amarah. Akhirnya mereka pun sampai di garasi kediaman Sutedja. Mobil diparkir rapi oleh Igo karena dia tak ada rencana pergi ke luar rumah lagi nanti."Yuk turun, Beib!" ajak Igo seraya membuka pintu mobil. Ciara pun ikut turun dan berjalan di samping Igo yang merangkulnya mesra. Dia tahu suaminya sedang menjaga hatinya agar mereka tak bertengkar dahsyat sesampai di rumah."Kita makan siang dulu aja ya, baru ntar ngobrol di kamar atau mau di taman belakang rumah aja?" tawar Igo sambil mengarahkan Ciara ke ruang makan.Nyonya Chintami baru saja selesai memasak menu makan siang karena Igo mengirim pesan sepul
Waktu pemilihan suara untuk lima kandidat Ketua OSIS baru selama tiga hari telah berakhir. Kotak kaca besar penuh berisi kertas coblosan foto dari kelima calon di lobi sekolah dibawa ke aula utama untuk dihitung hasilnya.Semua siswa-siswi turut menyaksikan penghitungan suara agar transparan prosesnya dan fair untuk semua pihak. Dua nama yang bersaing ketat yaitu Sammy dari kelas 11-A dan Alea dari kelas 11-B."Lo dukung siapa, Go?" tanya Ciara yang duduk bersama genk Auto Drift dan juga Lindsey."Alea dong 'kan gue cowok, masa pilih Sammy sih!" jawab Igo tertawa ringan.Ciara meliriknya tajam. "Lo kagak ada niatan ngedeketin Alea 'kan?" tanya Ciara galak."Hmm ... ngapain nanya begitu? Gue cuma milih dia dan itu sifatnya rahasia juga, mana Alea tahu gue nyoblos suara buat dia, Cia?" jawab Igo. Dia mengusap-usap puncak kepala istrinya yang sama-sama pencemburu d
Ciara dan Igo praktis hanya berangkat berdua saja semobil karena Alex bersama Lindsey naik mobil baru pemberian Om Reynold. Sepanjang jalan dunia serasa milik berdua, yang lain ngontrak saja. Lagu Bruno Mars dan Lady Gaga yang bertitel Die With A Smile menjadi ajang duet Igo featuring Ciara. Mereka terkenang ketika menjalani malam pertama dulu dan Igo mengawalinya dengan lagu itu."Lo seneng banget sih sama lagu ini, Go?" tanya Ciara ketika playlist lagu selanjutnya APT dan dia hanya bisa mengangguk-angguk menikmati irama rancak lagu hits viral tersebut."Liriknya gokil sih, romantis banget menurut gue sekalipun rada sad. Nobody's promised tomorrow. So I'ma love you every night like it's the last night," nyanyi Igo dengan suara khasnya yang Bass husky. "Sorry ya, Beib ... seandainya ntar gue mesti berangkat ke Amrik, please dukung gue dan jangan malah menghalangi mengejar cita-cita!" Igo berusaha menghubungkan lagu favoritnya itu dengan rencana keberangkatannya ke Negeri Paman Sam.C
"Hello, Imut! Lo adiknya Alex ya? Ingat nggak sama gue?" ucap Jose yang lebih dahulu sadar dari syoknya."Lho, kok Bang Jose tahu sih, Cia ini adiknya Alex?" tanya Igo parno sendiri. Dia langsung mengirim telepati ke istrinya, 'Beib, lo udah kenal sama Bang Jose?''Kayaknya sih iya, tapi dulu banget kami kenalan dan main bareng di playground daycare khusus karyawan kantor papa. Papa Ibas kadang-kadang ngajakin abang lo. Gue sama Bang Alex sering dititip di daycare zaman papa mama masih sibuk urus perusahaan bareng!' Ciara hanya terdiam mengamati wajah kakak Igo yang cakepnya kebangetan. Kalau Igo ada karakter agak bule dari kakek buyutnya, Jose lebih bule lagi karena matanya berwarna turquoise tak seperti papa mamanya dan juga Igo.(Turquoise: biru kehijauan)Kemudian Jose tersenyum tipis masih menatap Igo dan Ciara dari layar ponsel. 'Yang kenalan duluan Abang, tapi yang nikahin malah elo, Go. Anyway, congrats ya. Jagain Cia, cantik banget dia sekarang padahal dulu imutnya kebangetan
"Raymond, kamu di mana, Nak?!" seru Nyonya Wina memanggil putra bungsunya yang berusia tujuh tahun itu karena mereka sekeluarga akan berangkat bersama-sama ke New York pagi ini.Suara derap kaki yang berat dibalut sepatu boots menuruni tangga kayu dari lantai dua kediaman Subrata. "I'm coming, Mom!" jawab Raymond dengan napas terengah-engah.Pak Reynold yang sedang membaca pesan di ponselnya dari Vincent segera bangkit dari sofa ruang tengah. "Yuk kita berangkat sekarang biar nggak ketinggalan pesawat!" ajak pria berusia lebih dari setengah abad tersebut.Cleopatra yang telah beranjak remaja berjalan merangkul bahu adik kandung seayahnya menuju ke mobil. "Wow, aku tak sabar untuk bertemu Cedric dan Beryl!" ujar gadis itu seraya naik ke bangku belakang mobil Alphard putih bersama Raymond.Sementara itu di Amerika, Ciara dan Igo sekeluarga yang kini beranggotakan ayah ibu dengan sepasang putra putri tersebut sudah tiba di Bandara John F. Kennedy. Mereka memenuhi ajakan Vincent untuk men
"Congrats ya, Lindsey. Gue kagak nyangka lo bakal jadi kakak ipar gue lho. Sabar-sabar sama abang gue yang super rese dan kadang kurang sensitif sama cewek!" ujar Ciara heboh di telepon saluran internasional.Lindsey tertawa cekikikan menanggapi perkataan sobat kentalnya itu. "Udah kena wamil gue tiga tahun pacaran sama abang lo tuh. Mami papi minta nunggu gue wisuda S1 baru kami dibolehin nikah. Penginnya pas merid tuh di undangan sama-sama ada tittle sarjananya di belakang nama kami masing-masing. Bang Alex keren bisa lulus kuliah daring di luar negeri. Gue bangga punya calon suami yang berpendidikan tinggi dan mapan secara finansial di usianya yang masih muda!" puji gadis manis berlesung pipit itu."Kalian serasi dan saling dukung. Salut gue sama lo, Lind! Oya, gue hampir lupa mau say thank you ... gue denger dari Bang Alex, lo yang selama ini nemenin Papa Tono berobat rutin ke rumah sakit sampai sembuh. Asli, gue utang budi banyak sama elo. Malahan gue yang anaknya kagak bisa nger
Sekitar pukul 06.00 waktu Boston, Ciara mengerang sekuat tenaga dipandu oleh dokter Obsgyn yang bertugas membantu proses persalinannya. "Oeeekk!" Suara nyaring bayi berjenis kelamin laki-laki itu membuat Mama Wina dan Papa Reynold bersama Cleo di lorong depan ruang persalinan terkejut bercampur senang. "Udah lahiran kayaknya si Cia, Mas! Syukur kalau lancar prosesnya," ujar Mama Wina dengan binar bahagia di wajahnya. Cucu pertamanya yang made in Boston itu begitu berkesan karena dia jaga kehamilannya selama sembilan bulan.Dari arah lift nampak Vincent yang berjalan dalam langkah cepat menghampiri orang tuanya. "Gimana Ciara, Ma, Dad?" tanyanya cemas."Baru saja melahirkan tuh. Nah, susternya mau bersihin Baby Cedric sebelum disusui sama Cia!" jawab Mama Wina penuh senyuman. Anak sambungnya itu memang sangat perhatian kepada Ciara seperti adik kandung sendiri.Vincent menunggu semua proses pasca persalinan selesai sampai diizinkan masuk menengok Ciara ke dalam kamar. Dia melihat Igo
Dari bulan ke bulan kehamilan Ciara semakin menampakkan bentukan perut buncitnya. Dia masih rajin kuliah karena memang pendidikannya dibiayai beasiswa dari kampus. Presensi dalam setiap mata kuliah sangatlah penting untuk penilaian tanggung jawab mahasiswa. Sementara itu Igo sudah memasuki semester akhir di kuliahnya, sibuk menyusun skripsi. Jadwal sidang skripsinya ditentukan minggu ini. Dia tetap menjaga dan mengurusi istrinya yang sedang hamil besar. Seperti sore ini pasangan muda tersebut berjalan-jalan di taman kota yang nampak indah karena sedang musim semi. Tangan Igo menggenggam telapak tangan mungil berjemari lentik itu sembari berjalan menyusuri jalan setapak di antara tanaman bunga serta pepohonan yang daunnya menghijau."Sudah empat musim lengkap gue berada di Boston, Cayank. Rasanya kangen juga sama Bandung. Kenangan kita di hutan anggrek Cikole, perkebunan teh, pemandian air panas, dan juga glamping yang terakhir tuh berkesan banget!" ujar Ciara seraya menoleh menatap
Selama kuliah di kampusnya, Ciara tidak begitu berkonsentrasi dengan pemaparan dosennya. Hasil USG kehamilannya positif. Dia akan menjadi mama di usia 20 tahun. Muda sekali!Ciara takut dia akan mengalami baby blues syndrome dan menjadi tantrum. Kecemasannya yaitu kehamilan serta hadirnya bayi akan mengganggu kuliahnya dan juga kuliah Igo.Sebuah pesan masuk ke HP Ciara. Ternyata Igo sudah memberi kabar bahagia itu ke Mama Wina. "Cia, kamu jaga kehamilan pertama ini dengan hati-hati. Mama dan Papa Rey akan terbang ke Boston besok pagi waktu Indonesia. Sepertinya kami akan menetap di Amerika sampai kamu melahirkan dan bayi kalian bisa makan bubur selain ASI.""Sepertinya Cia memang butuh bantuan Mama. Cia kuatir kehamilan ini akan ngeganggu kuliahku dan Igo juga. Lalu Papa Rey apa bisa meninggalkan pekerjaannya di Indonesia, Ma? Cia nggak pengin ngerepotin semua orang!" ketik Ciara membalas pesan mamanya."Nanti Papa Rey yang bakalan bolak-balik US-Indonesia. Kasihan Bang Alex juga kal
Seperti yang dikatakan Igo, barang-barangnya di asrama mahasiswa hanya dua koper besar saja. Tak butuh waktu lama untuk memindahkan itu semua ke apartemen yang akan dihuni oleh mereka berdua.Siang harinya Ciara memasak bahan yang ada di kulkas dapur. Vincent menyediakan beras juga di tempat penyimpanan bahan memasak di sana. Adiknya tak perlu kebingungan membeli bahan memasak untuk sementara.Ciara memang dibawakan bumbu-bumbu rempah instan oleh Mama Wina yang pastinya praktis. Dia memasak rendang daging sapi dan perkedel kentang dengan nasi putih sebagai menu makan siang.Igo yang sudah selesai membongkar koper menemani Ciara memasak di meja dapur sambil mengobrol. Dia penasaran juga seperti apa hasil masakan istri kecilnya yang nampak percaya diri. "Jadwal kuliah kita mungkin sama saat memulai tahun ajaran baru perkuliahan, Cia. Ada baiknya besok kalo lo ke kampus nanya ke senior yang baik butuh apa aja untuk mahasiswa tingkat pertama. Arsitektur pastinya butuh alat menggambar 'ka
"Cleo, Kakak Cia mau pergi sekolah jauh. Jangan lupain Kakak ya!" Ciara menggendong adik bungsunya yang baru berusia satu tahunan. Matanya berkaca-kaca karena harus meninggalkan bayi lucu yang selama ini menemaninya menjalani LDR dengan Igo.Seolah dia tahu ada sesuatu yang menyedihkan yang membuat mata Ciara berkaca-kaca, Baby Cleo menangis kencang di gendongan kakaknya."Yaelah, Cia. Kok adek lo malah dibikin nangis sih!" omel Igo yang segera mengambil alih adik ipar kecilnya itu. Dia mengajak Baby Cleo berjalan-jalan di taman belakang rumah kediaman Subrata. "Tungguin gue dong, Cayank. Bukan maksud gue mau bikin Cleo nangis. Kali dia tahu gue lagi sedih aja!" kelit Ciara. Aroma tanaman bunga melati yang menenangkan menguar di udara. Sedikit membuat hati Ciara lebih tenang.Igo pun mengerti dengan apa yang dirasakan oleh istrinya. Meninggalkan keluarga untuk menuntut ilmu di luar negeri memang tak mudah. Dia sudah mengalami itu sebelumnya. Hari-hari kangen masakan Indonesia terutam
Kenaikan kelas ke tingkat terakhir jenjang SMA telah berhasil dilalui Ciara. Dia membuktikan kepada Igo bahwa dirinya pun cerdas dan bisa berprestasi. Memang pada akhirnya keaktifannya di tim basket sekolah harus dilepas. Ciara lebih memilih main basket biasa bersama teman-temannya saja dibanding menjadi kapten tim basket yang dituntut fokus berlatih di lapangan setiap hari.Igo pun mendukung pilihan Ciara, dia yang menyarankan agar istri kecilnya memilih prioritas untuk mengejar cita-citanya menjadi arsitek. Beberapa brosur elektronik dari perguruan tinggi di kota Cambridge, Massacussets yang mempunyai fakultas arsitektur dikirimkan Igo melalui email.Beberapa kampus yang memberikan beasiswa program sarjana dikirimi lamaran oleh Ciara. Hari-harinya sibuk dengan persiapan ujian kelulusan dan memantau aplikasi lamaran beasiswanya ke beberapa kampus yang sekota dengan Igo.Pak Reynold pun mendukung usaha Ciara. Bahkan, dia mengatakan akan membiayai kuliah putri sambungnya ke Amerika sea
"Permisi, Pak Satpam. Saya mau ketemu Mas Hartono!" ujar Cindy yang membawa bungkusan plastik berisi buah segar di depan pintu gerbang."Ohh ... kamu lagi rupanya. Maaf, pesan dari Bapak langsung. Kata beliau kalo lihat Cindy langsung usir, jangan kasih masuk dengan alasan apa pun!" jawab satpam kediaman Sasmita tanpa berkompromi.Wajah Cindy nampak kecewa berat. Pasalnya, dia ingin mencari simpati dari Pak Hartono lagi setelah sempat berselingkuh dengan Devan dan diusir dari rumah megah itu tempo hari. Namun, tanpa barang-barang mewah yang mendukung penampilannya, jelas saja Devan curiga. Zaman sekarang mencari pria yang tulus sulit sekali, kebanyakan hanya modus dan sebagian lainnya melihat apa yang dimiliki sehingga membuat tertarik."Nitip buah apel dan jeruk ini saja deh buat Mas Hartono, Pak. Bilang kalau Cindy yang kirim sendiri!" pesan perempuan itu pada akhirnya sebelum berjalan kaki meninggalkan depan pintu gerbang yang tertutup rapat.Penyesalan mulai muncul di belakang set