"Akan kulaporkan ke polisi atas tindak kekerasan yang kau lakukan kepadaku tadi, Reynold!" teriak Pak Hartono sembari mengelus-elus perut buncitnya yang masih sakit terkena pukulan keras rival cintanya itu. Dia melirik ke Nyonya Wina yang nampaknya tak bersimpati melihat dia kesakitan. 'Ckk ... si Wina, sudah move on rupanya ya!' batin Pak Hartono kesal.
"Oya? Sini sekalian kubuat babak belur, Mas Hartono. Rugi dong kalau sama-sama dilaporkan dan dilakukan visum hanya memar tak seberapa begitu. Minimal sampai pingsan masuk IGD lah ya. Gimana, Wina?" sindir Pak Reynold karena lawannya terlalu cemen.
Nyonya Wina tertawa geli reflek karena situasinya begitu konyol di matanya. "Setuju, Mas Rey. Dia mah belain si Cindy melulu, ngapain pula aku pedulikan lagi? Maaf, aku bantuin tim penyitaan bekerja dulu ya karena keburu siang!" jawabnya dengan santai lalu menghampiri Pak Frans cs.
Mendengar jawaban Nyonya Wina, calon duda itu
"Maaf, kursi yang ini apa kosong, Bang Alex? Kursiku diambil murid lain pas ke toilet tadi." Suara lembut bernada ragu-ragu itu sontak membuat Alex menoleh ke kiri. Belum sempat dia menjawab, Ciara sudah mendahuluinya, "Lind, duduk aja. Itu kosong kok, maklum Bang Alex 'kan jomblo kronis!""Wanjiiir, parah lo, Cia. Malu kali!" omel Alex sembari berdiri memberi jalan agar Lindsey duduk di sebelah Ciara. Tadinya kursi kosong itu sengaja dia gunakan untuk jeda agar tak terlalu pening melihat kemesraan adiknya dan Igo yang bikin auto diabetes saking so sweet."Bang, mending lo pacarin bestie gue nih. Udah baik, kece pula, bokapnya punya pabrik jamu. Kali lo bisa minta resep jamu ganteng sejagad kalo jadi menantu beliau!" olok-olok Ciara seperti biasa. Igo tertawa sampai menyembur. "OMG, Cia ... Cia kasihan abang lo, udah merah kuning ijo tuh mukanya lo sindir mulu!" "Biar paham lah, Go. Masalahnya Bang Alex kagak bisa ngelihat peluang emas gitu. Lindsey 'kan udah temenan lama sama gue,
Sepanjang perjalanan pulang, Ciara menahan lidahnya dan juga rasa lapar karena belum sempat makan siang tadi di kantin. Perpaduan yang membuat emosi berpusar-pusar di dalam dirinya dan tak tersalurkan.Untungnya mobil yang dikendarai oleh Igo meluncur lancar tanpa terhenti oleh kemacetan lalu lintas. Pemuda itu tahu bahwa Ciara sudah menahan diri begitu rupa agar tak meledak dalam amarah. Akhirnya mereka pun sampai di garasi kediaman Sutedja. Mobil diparkir rapi oleh Igo karena dia tak ada rencana pergi ke luar rumah lagi nanti."Yuk turun, Beib!" ajak Igo seraya membuka pintu mobil. Ciara pun ikut turun dan berjalan di samping Igo yang merangkulnya mesra. Dia tahu suaminya sedang menjaga hatinya agar mereka tak bertengkar dahsyat sesampai di rumah."Kita makan siang dulu aja ya, baru ntar ngobrol di kamar atau mau di taman belakang rumah aja?" tawar Igo sambil mengarahkan Ciara ke ruang makan.Nyonya Chintami baru saja selesai memasak menu makan siang karena Igo mengirim pesan sepul
Waktu pemilihan suara untuk lima kandidat Ketua OSIS baru selama tiga hari telah berakhir. Kotak kaca besar penuh berisi kertas coblosan foto dari kelima calon di lobi sekolah dibawa ke aula utama untuk dihitung hasilnya.Semua siswa-siswi turut menyaksikan penghitungan suara agar transparan prosesnya dan fair untuk semua pihak. Dua nama yang bersaing ketat yaitu Sammy dari kelas 11-A dan Alea dari kelas 11-B."Lo dukung siapa, Go?" tanya Ciara yang duduk bersama genk Auto Drift dan juga Lindsey."Alea dong 'kan gue cowok, masa pilih Sammy sih!" jawab Igo tertawa ringan.Ciara meliriknya tajam. "Lo kagak ada niatan ngedeketin Alea 'kan?" tanya Ciara galak."Hmm ... ngapain nanya begitu? Gue cuma milih dia dan itu sifatnya rahasia juga, mana Alea tahu gue nyoblos suara buat dia, Cia?" jawab Igo. Dia mengusap-usap puncak kepala istrinya yang sama-sama pencemburu d
Ciara dan Igo praktis hanya berangkat berdua saja semobil karena Alex bersama Lindsey naik mobil baru pemberian Om Reynold. Sepanjang jalan dunia serasa milik berdua, yang lain ngontrak saja. Lagu Bruno Mars dan Lady Gaga yang bertitel Die With A Smile menjadi ajang duet Igo featuring Ciara. Mereka terkenang ketika menjalani malam pertama dulu dan Igo mengawalinya dengan lagu itu."Lo seneng banget sih sama lagu ini, Go?" tanya Ciara ketika playlist lagu selanjutnya APT dan dia hanya bisa mengangguk-angguk menikmati irama rancak lagu hits viral tersebut."Liriknya gokil sih, romantis banget menurut gue sekalipun rada sad. Nobody's promised tomorrow. So I'ma love you every night like it's the last night," nyanyi Igo dengan suara khasnya yang Bass husky. "Sorry ya, Beib ... seandainya ntar gue mesti berangkat ke Amrik, please dukung gue dan jangan malah menghalangi mengejar cita-cita!" Igo berusaha menghubungkan lagu favoritnya itu dengan rencana keberangkatannya ke Negeri Paman Sam.C
"Hello, Imut! Lo adiknya Alex ya? Ingat nggak sama gue?" ucap Jose yang lebih dahulu sadar dari syoknya."Lho, kok Bang Jose tahu sih, Cia ini adiknya Alex?" tanya Igo parno sendiri. Dia langsung mengirim telepati ke istrinya, 'Beib, lo udah kenal sama Bang Jose?''Kayaknya sih iya, tapi dulu banget kami kenalan dan main bareng di playground daycare khusus karyawan kantor papa. Papa Ibas kadang-kadang ngajakin abang lo. Gue sama Bang Alex sering dititip di daycare zaman papa mama masih sibuk urus perusahaan bareng!' Ciara hanya terdiam mengamati wajah kakak Igo yang cakepnya kebangetan. Kalau Igo ada karakter agak bule dari kakek buyutnya, Jose lebih bule lagi karena matanya berwarna turquoise tak seperti papa mamanya dan juga Igo.(Turquoise: biru kehijauan)Kemudian Jose tersenyum tipis masih menatap Igo dan Ciara dari layar ponsel. 'Yang kenalan duluan Abang, tapi yang nikahin malah elo, Go. Anyway, congrats ya. Jagain Cia, cantik banget dia sekarang padahal dulu imutnya kebangetan
Sekelompok muda-mudi itu asik bermain air hangat di Pemandian Air Panas Rancawalini hingga sore hari dan langit senja berubah menjadi petang. Namun, Igo benar-benar tak sanggup meninggalkan Bang Jose berdua saja berbincang bersama Ciara.Pasalnya, kakak sulungnya itu memiliki pembawaan riang dan ramah yang mudah membuat lawan bicara nyaman. Sementara itu Ciara sekalipun hatinya full untuk Igo, tetap menghargai Bang Jose yang mengajaknya berbicara mengenai sekolahnya dan juga orang tua Ciara."Wah, jadi liburan weekend ini sebelum kalian belajar giat untuk ujian besok Senin ya? Pemikiran yang keren, ide siapa nih?" ujar Bang Jose sambil berendam di samping Ciara yang berada di tengah kedua kakak beradik Sutedja."Idenya Igo, Bang. Dia 'kan jenius!" jawab Ciara lalu meletakkan kepala di bahu bidang suaminya."Sudah sore nih, balik yuk ke rumah!" cetus Jose karena tak sanggup melihat gadis cilik y
"Bekalnya dibawa ya biar nggak perlu antre jajan di kantin, Igo, Cia!" pesan Mama Tami setelah putra dan menantunya selesai sarapan pagi. Ada Jose juga yang ikut bergabung sarapan bersama sekeluarga. "Good luck buat ujian kalian ya!" ucapnya sembari menikmati secangkir kopi susu buatan mama tercinta."Makasih, Bang!" jawab Ciara sambil tersenyum lalu berpamitan dengan menjabat tangan papa dan mama mertuanya bersama Igo.Sulit bagi Jose menepis perasaan sukanya pada Ciara. Namun, dia tahu itu sebuah keharusan. Maka dia pun fokus membaca koran pagi yang memang langganan diantar ke rumah oleh loper koran setiap hari.Ujian Akhir Semester Gasal yang diselenggarakan selama lima hari dari Senin sampai Jumat serentak di semua sekolah di Kota Bandung. Setiap pulang sekolah, Igo dan Ciara langsung kembali ke rumah tanpa mampir-mampir lalu mereka beristirahat sebelum belajar bersama di sore hari.Igo yang lebih cerdas dari Ciara selalu membantu kesulitan yang ditemui dalam belajar soal kisi-ki
'Cia, lo kagak becanda 'kan? Bilang yang jelas lo ada di mana dan lagi ngapain? Jangan bikin gue panik!' Igo membalas jeritan minta tolong Ciara tadi melalui telepati."Kenape lo bengong, hahh?! Kaget kok bisa diiket di sini?" cecar perempuan berkaos hitam dengan tulisan besar Dream Girl warna putih di dadanya. Rekan-rekannya tertawa sambil menoyor kepala Ciara hingga terhuyung ke kanan dan ke kiri.Ciara berusaha menebak wajah di balik topeng badut yang seragam dari delapan orang yang mengepung dirinya. 'Mana bisa jawab, mulut gue disumpel begini, Begok!' batin Ciara kesal. Rasanya jijik sekali karena itu kaos kakinya sendiri. Kedua kakinya yang telanjang menapak di lantai toilet yang dingin dan basah.'Igo, tolong gue di lantai empat di dalam toilet yang rusak!' ujar Ciara melalui telepatinya.'Lo ngapain pula ke sana, Cia? Lo kekancing kagak bisa keluar gitu?' tanya Igo masih bingung dengan situasi mendadak yang tak mampu dijelaskan oleh Ciara dengan benar. Alex dan teman-teman ge
"Mbok, jangan halangi saya pergi!" teriak Cindy sembari berusaha mendorong tubuh renta Mbok Parni yang menghalanginya membawa koper besar dan beberapa tas jinjing."Tuan Besar sudah pesan tadi, Bu Cindy tolong ya jangan bawa barang apa pun kalau memang ngeyel pergi malam ini!" sergah Mbok Parni. Cindy tetap nekad dan dia mendorong Mbak Parni hingga terjatuh ke lantai yang keras. Sayangnya tepat pada waktu itu Pak Hartono memasuki ruang tengah."Tuan Besar!" panggil Mbok Parni sambil mengusap-usap bokong kurusnya yang memar terbentur lantai. "Iya. Serahkan saja ke saya. Panggilkan satpam di depan ya, Mbok!" titah Pak Hartono. Tatapan matanya mengunci sosok Cindy. Dia menghampiri wanita jahat dan matre itu lalu menampar keras wajahnya hingga Cindy tertoleh ke samping."Mas!" seru Cindy memegangi pipinya yang panas dan memerah karena cap lima jari tangan.Pak Hartono berteriak menggelegar, "DASAR PELACUR MURAHAN!!" Iphone seri terbaru di tangan Cindy dirampas lalu dibanting hingga peca
"Welcome to our campus!" ujar teman sekamar Igo di asrama mahasiswa MIT. Pemuda asal Jepang itu mendapat beasiswa penuh sama seperti Igo yang kebetulan satu jurusan juga. Dia mengulurkan jabat tangannya ke Igo, "Kenalkan, namaku Hideo Takajima. Baru sampai di sini dua hari lalu!""Aku Rodrigo Gunadarma Sutedja. Asalku dari Indonesia. Mungkin kamu akan lebih mudah mengingat nama panggilanku. Igo, itu saja!" balas Igo ramah. Hideo akan menjadi teman sekamarnya untuk waktu yang entah berapa lama."Nice, aku suka nama yang singkat. Mudah diingat dan wajahmu seperti bintang film, Bro. Keren sekali!" puji Hideo sembari duduk di lantai kamar beralas karpet. Kemudian Igo membongkar kopernya yang berisi pakaian, barang-barang pribadi, dan makanan kering yang sengaja ditaruh oleh Mama Tami ke dalam bawaannya. Dia pun mulai mengirim telepati dengan penuh konsentrasi ke Ciara, berharap jarak yang luar biasa jauh tak menghilangkan kemampuan istimewa itu.'Beib, hai ... apa lo denger suara gue? In
Seusai resmi menjadi suami Nyonya Wina, pengusaha tajir melintir itu membawa anak dan istrinya tinggal bersama di rumah megah bak istana yang ada di tengah kota Bandung. Memang sebelum Igo berangkat ke Massacussets, Amerika, Ciara tetap tinggal di kediaman Sutedja. Namun, nanti setelah suaminya berangkat kuliah ke luar negeri, Ciara akan tinggal bersama keluarga barunya.Hari demi hari yang dilewati selama sebulan itu bergulir begitu cepat sehingga tanggal keberangkatan Igo tersisa di besok sore penerbangannya."Cayank, gue nggak rela rasanya elo pergi besok!" ucap Ciara di balkon kamar mereka di lantai dua malam itu. Angin malam yang berhembus membuat hati terasa membeku. Ciara bergidik sedikit, Igo segera mengambil jaket untuk menghangatkan istrinya. "Lo jaga kesehatan selama kita LDR. Jangan ilang kontak sama Gabe dan Renata kalo lo lagi di luar rumah!" pesan Igo.Kepala Ciara terangguk pelan. Air mata merembes melalui sudut matanya. Igo makin berat saja meninggalkan si cantik imu
"Pengantinnya sudah boleh turun ya, tamu-tamu sudah memadati meja pesta!" kata Bu Ursula kepada Ciara melalui HT."Okay, copy! Kami akan langsung turun dengan pengantin, Bu Ur!" sahut Ciara lalu memberi kode ke Mama Wina dan Papa Reynold bahwa sudah saatnya acara dimulai di venue party.Pasangan yang tak lagi muda itu nampak berbinar-binar wajahnya. Sedikit unik karena bridesmaid semuanya ibu-ibu berbadan subur dengan beberapa anak sudah remaja."Mbak Wina, kamu cantik sekali lho ngalah-ngalahin yang dua puluhan!" puji Tante Anjali dengan nadanya yang selalu khas rumpi."Kakak pertama kita 'kan memang awet muda sih, Anjali!" sahut Tante Merry yang membantu mengangkat ekor gaun putih panjang Mama Wina.Dalam lift Pak Reynold yang dikerubuti kaum ibu-ibu hanya bisa memasang senyum tipis. Istrinya meliriknya gemas lebih dikarenakan dia santai dan tidak jelalatan matanya. Tangan halus yang terasa sejuk itu berada di genggaman telapak tangan lebar Pak Reynold saat lift berbunyi tanda samp
Kabar bahwa Mama Wina dan Pak Reynold telah sepakat menikah membuat anak-anak mereka turut bergembira. Bahkan, Vincent mendesak agar perayaan pernikahan segera diselenggarakan. Dia berencana mengajak Grandpa Damon Hawkins terbang ke Indonesia untuk menghadiri acara spesial sekali seumur hidup ayah kandungnya tersebut.Masih dalam suasana libur kenaikan kelas serta kelulusan, Ciara dan Alex serta Igo membantu persiapan pesta dengan memilih menu katering, dekorasi bunga, dan entertainment. Rencananya memang lokasi pesta resepsi di taman belakang Hotel Wonderful Paris Van Java sesuai permintaan Mama Wina agar budget tak berlebihan. Namun, tetap representatif untuk menjamu tamu kolega calon suaminya yang notabene pengusaha sukses."Bu Ursula, kami sudah putuskan warna kain dekorasi nuansa putih, kuning, dan jingga. Maknanya sekalipun usia mulai senja, tetapi masih bersinar indah!" tutur Ciara usai berdiskusi dengan kakaknya dan Igo.Pimpinan Wedding Organizer (WO) yang bernama Bu Ursula i
"Halo, Wina. Gimana kalau kamu jalan-jalan denganku saja karena anak-anak asik proom night di sekolah sampai larut malam 'kan?" ajak Pak Reynold melalui telepon HP."Halo, Mas Rey. Iya, nggakpapa. Mau berangkat jam berapa nih?" sahut Nyonya Wina santai. Dia melirik jam dinding di kamar hotel sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB."Aku naik sekarang jemput kamu di sana, oke?" balas Pak Reynold lalu mengakhiri telepon ketika menerima jawaban positif dari teman kencannya malam ini. Pria matang berparas rupawan itu segera naik lift menjemput Nyonya Wina.Bunyi bel dua kali membuat wanita yang telah siap bepergian dengan penampilan anggun simple seperti gaya biasanya. Dia membuka pintu kamar hotel dan sempat merasakan jantungnya seolah terhenti sejenak ketika melihat pria di hadapan matanya."Ehh ... apa tempat yang akan kita datangi harus mengenakan pakaian resmi, Mas?" tanya Nyonya Wina melihat Pak Reynold Subrata dalam setelan tuxedo silver grey dengan dasi merah maroon."Kamu mengenakan ba
"Oke, Guys. Di malam yang penuh kenangan ini, kita akan menyaksikan beberapa penampilan istimewa dari kakak-kakak senior idola SMA Teruna Negeri. Tanpa membuang waktu lagi, kita panggil Kak Igo, Kak Alex, Kak Jacky, Kak Kevin, dan Kak Mike ke atas panggung!" Sabrina Elvira, anak kelas 11-B yang dipercaya menjadi MC proom night memanggil genk Auto Drift."Show time, Genks!" ucap Igo penuh percaya diri memimpin rekan-rekannya naik ke pentas.Jeritan histeris siswi-siswi SMA Teruna Negeri dan siulan para adik kelas membuat para jajaka Bandung itu makin bersemangat membagikan penampilan terakhir mereka sebagai bagian SMA Teruna Negeri.Igo memberikan kehormatan kepada Alex untuk memberikan sepatah dua patah kata sambutan atas penampilan pamungkas mereka berlima. Dia siap duduk di kursi dengan gitar listrik akustik dan stand by mikrofon. Alex pastinya dengan biola pribadi yang dia bawa sendiri. Jacky duduk di atas kotak perkusi siap menabuh sesuai irama lagu. Sedangkan, Mike bermain bass g
"TOK TOK TOK." Igo mengetok pintu kamar mamanya dengan tak sabar. Pasalnya, pendamping proom night pemuda itu sedang disandera oleh Mama Tami untuk dimake-over wajah dan rambutnya."Mama, lama amat sih di dalem!" seru Igo senewen. Dia merasa Ciara sudah cantik tanpa perlu didandani heboh.Sementara itu Mama Tami dan Ciara terkikik kompak di depan cermin rias mendengar suara Igo di luar. "Tuh suami kamu, Cia. Baru ditinggal kamu satu jam udah heboh si Igo. Hihihi!" ujar Mama Tami."Nggakpapa, Ma. Nanti juga semalaman berdua melulu. Apa dandannya sudah kelar?" jawab Ciara sambil tersenyum memandangi pantulan bayangan di cermin rias mama mertuanya."Sudah kok. Cantik banget, Igo beruntung mendapat pasangan proom night yang secantik bidadari. Teman-temannya pasti iri!" puji Mama Tami lalu membantu Ciara bangkit dari kursi rias. Dia pun bertanya "Korsasenya belum dibagiin ya sama panitia acara?" "Belum, Ma. Di depan aula sih kata anak OSIS yang ikut panitia proom night!" jawab Ciara sebel
Masih dengan gaun tidur tipisnya Cindy menuruni tangga lantai dua ke bawah. Hari sudah menunjukkan pukul 10.00, matahari sudah tinggi di luar sana. Dia belum juga mandi maupun melakukan aktivitas yang berarti.Pak Hartono yang sedang duduk membaca koran di sofa ruang tengah ditemani secangkir kopi hitam mendengar langkah-langkah wanita itu. Dia pun menutup lembaran koran lalu menyapa wanita kesayangannya, "Pagi, Cindy! Baru bangun ya?""Hoamph ... iya masih ngantuk. Kan dinas semalaman, Mas!" jawab Cindy. Memang tadi malam dia terpaksa melayani Pak Hartono yang menagih jatah untuk diservis."Hohoho. Iya, yang semalam enak deh. Mas demen banget!" sahut pria botak berkumis subur itu menyunggingkan senyuman mesum."Laper nih, Mas. Mbok Parni apa sudah masak sarapan?" Cindy yang duduk manja menyandar di badan Pak Hartono celingukan mencari pelayan tua suaminya itu.Pak Hartono pun me