Gavin mempersilahkan Naya masuk ke kamarnya. Gadis itu ingin melihat lukisan yang ia tanyakan tadi. Maniknya melihat ke arah dinding yang ada di dekat tempat tidur Gavin.
Bukan kupu-kupu.
"Apa lukisannya memang yang ini?" Tanya Naya memastikan, sembari menunjuk lukisan bunga mawar yang sangat indah di hadapannya.
"Ya, memangnya ada lukisan lain di kamar ini?" Ketus Gavin seolah ia ingin Naya segera pergi dari kamarnya. Laki-laki itu sangat mengantuk sekarang. Belum lagi, jika nanti ada panggilan darurat tengah malam. Semoga saja tidak.
"Kau yakin di balik kain putih itu tidak ada lukisan yang lain? Seperti lukisan kupu-kupu?" Selidik Naya.
"Tidak ada, tidak ada sayangku. Kau puas sekarang? Biarkan aku tidur astaga," kesal Gavin.
"Gavin! Aku sudah bilang jangan memanggilku seperti itu. Kau akan benar-benar kehilangan fasilitasmu jika mengulanginnya,"
"Iya-iya, sudah sana pergi. Aku mau istirahat!"
Blam!
Gavin bur
Naya membuka matanya perlahan. Suara bising dari luar membuat gadis itu terbangun dengan paksa dari tidurnya. Kali ini Gerlad tidak hadir dalam dunia mimpinya. Ada rasa sakit terlintas di hati ketika ia terbangun. Gadis itu segera menggelengkan kepalanya, lalu mengaktifkan ponselnya yang ia letakkan di lantai.Pukul enam lebih tiga puluh menit. Siapa yang tengah membuat kebisingan sepagi ini?Gavin tidak mungkin membuat kebisingan sendiri bersama Muffin. Kedua makhluk itu tak pernah berisik di rumah, apalagi di waktu seperti ini.Suara bising itu jika di dengarkan lebih baik mirip seperti suara Zoe yang sedang mengeluh."Ayolaaah. Antar aku sekali ini saja. Sepeda tuaku itu benar-benar sudah tidak bisa di andalkan,"Ah, benar.Pemandangan pertama yang Naya lihat adalah Zoe yang sedang menghentakkan kakinya kesal dan Gavin yang menyeruput kopinya dengan tenang sembari duduk di sofa ruang tamu. Gavin seperti tak ingin menanggapi Zoe yang
"Wah, situasinya menjadi serius. Apa dia belum sarapan atau mabuk kendaraan?" Tanya Gavin penasaran. Mobil Gavin sudah melaju setengah jalan menuju ke desa. Waktu memang berlalu sangat cepat saat ia bersama Naya."Sela mempunyai kepribadian yang semangat. Ia tidak bisa tidur sehari sebelum acara, dan juga tidak sarapan karena ingin cepat berangkat," Naya menggelengkan kepalanya mengingat tingkah bodoh sahabatnya itu. Akan tetepi, siapa yang tahu kalau kebodohannya dapat mempertemukan Sela dengan seseorang yang spesial untuknya.Pikiran Naya melayang ke masa-masa itu. Ia mengingat setiap detail kejadiannya, karena semua itu konyol...Anin dan Naya segera menuju ke ruang kesehatan segera setelah acara pertama dari kegiatan ini berakhir. Tim panitia sangatlah memperhatikan kebutuhan para peserta, mereka bahkan menyewa satu kamar lagi untuk ruang kesehatan.Saat mereka hendak masuk kedalam ruangan tersebut, mereka berpapasan denga
"Ia sempat keluar sebentar dari klinik, tapi beberapa menit kemudian ia kembali. Gavin pasti ada di ruang kerjanya sekarang." Jelas Daisy menjawab pertanyaan Naya.Gadis itu sudah menunggu Gavin di depan kandang ayam selama lima belas menit. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul dua lebih lima puluh menit. Sepuluh menit lagi, sekolah Zoe akan selesai.Apa yang membuat laki-laki itu sampai melupakan ucapannya sendiri? Klinik juga tidak ramai seperti kata Daisy. Ia berkata ingin mengajak Naya ke suatu tempat sembari menceritakan tentang dirinya sebelum jam pulang sekolah Zoe. Akan tetapi, waktunya tidak akan cukup kalau begini.Klek!Naya membuka pintu ruangan kerja Gavin. Ia mendapati laki-laki itu tengah tertidur di atas sofa. Sebuah buku yang terbuka menutupi wajahnya.Sungguh tidak bisa di percaya.Naya kira ia menyelesaikan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaannya, tapi ternyata ini lebih buruk. "Gavin." Panggil Naya sembari m
“Kalian memang pasangan yang romantis, ya?”“Eh?”Ucapan itu tiba-tiba keluar dari mulut Ivy. Mereka berdua sekarang sedang mencuci piring bekas makan malam. Sementara kedua laki-laki tadi sedang berada di luar. Entah apa yang mereka bicarakan.“Kak Gavin pasti sangat menyayangimu. Aku penasaran bagaimana kalian pertama kali bertemu.”“Haha, terlihat begitu, ya?” Naya tertawa canggung. Bagaimana bisa seorang Gavin menyayangi Naya. Status mereka bisa di bilang hanya partner in crime berkedok pernikahan.Akan tetapi, perlakuan Gavin akhir-akhir ini seperti mengatakan sebaliknya. Gadis itu juga bertanya dalam benaknya, mengapa Gavin berperilaku manis pada Naya? Mengapa jantung Gavin berdebar begitu cepat saat Naya berada di pelukannya tadi?Hanya ada pertanyaan ‘mengapa’, tanpa jawaban yang pasti. Gavin tak pernah mengatakan apapun setelah bertindak manis, dan Naya terlalu mal
14Gavin terdiam mendengar pertanyaan Naya. Gadis itu menanyakan pertanyaan yang ia perkirakan masih lama datangnya. Ada perasaan senang sekaligus takut dalam diri Gavin. Ia tak bisa bertindak gegabah untuk memberikan terlalu banyak informasi. Hal itu hanya akan melukai Naya.“Ehm, dulu Ayahku pernah bekerja sebentar di desa ini. Rumah kami dulunya ada di kota yang sering kita kunjungi. Yah, meskipun sekarang sudah tak berbentuk rumah.” Jelas Gavin. Ia memberikan sedikit kebohongan pada penjelasannya.“Oh, sebentar, ya. Kau pernah ikut kemari?”“Tidak pernah. Aku lebih suka tinggal di rumah bersama Ibu,” ujar Gavin menambah kebohongannya lagi. Ia memperhatikan raut wajah Naya. Gadis itu nampak sedang mencari-cari jawaban dalam kepalanya. Gavin tak tahu apa yang terjadi pada Naya akhir-akhir ini hingga Naya mengingat kepingan itu satu per satu.Gavin tak melakukan apapun selain memberinya petunjuk sedikit demi sed
“Baiklah, saya tunggu konfirmasinya minggu depan,”Tian menjabat tangan kliennya sedikit erat. Sedari mereka membicarakan projek kerja sama, mata dari kliennya selalu mencuri pandang pada Yera yang duduk manis di sebelahnya.Ingin sekali Tian mencolok mata pria itu tadi.“Dasar. Kau tak perlu membuat Pak Leo kesakitan begitu,” ujar Yera setelah klien Tian keluar dari ruangan, lalu merapikan berkas berisikan desain-desain bangunan dan perabotan yang terletak di atas meja.“Matanya sangat tidak sopan. Sudah tahu kalau kita ini berkencan, masih saja berani melirik ke arahmu. Untung hari ini kesabaranku penuh.” Tian menenggak air mineral dengan kasar. Mungkin kerja sama akan berakhir, jika dirinya dalam mood yang tidak baik. Ia pernah melakukannya beberapa kali.“Sudahlah, kita jadi makan di luar, kan?” Tanya Yera yang telah selesai dengan acara merapikan berkasnya.“Iya, segeralah bersiap. A
“Apa?!” Satu rentetan kata yang berasal dari Tian di ujung sana membuat Naya menghempaskan tubuhnya lemas di kursi kerjanya. Ia tahu kakak laki-lakinya itu suka bercanda, tapi di dengar dari sudut manapun, kali ini Tian benar-benar serius. Gadis itu sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, padahal akhir-akhir ini orang tua nya tidak membicarakan sesuatu yang serius seperti 'menikah' atau 'pertunangan'. Tapi, mengapa sekarang ada kabar mengejutkan seperti ini, bukan dari orangtuanya melainkan malah dari Tian. Tanpa menghubungi Naya? Apa Tian benar-benar bercanda? “Dengar, kak. Kalau kau bercanda kali ini juga, maka aku akan berhenti mengerjakan proyek yang kau tawarkan padaku sekarang,” ujar Naya berharap kalau kakaknya sedang bercanda sekarang. Namun yang didengar gadis itu malah helaan napas kasar nan frustasi sebagai jawaban. Naya semakin meremas benda pipih yang masih setia menempel di telinganya. “Heh, untuk apa aku bercanda dengan bahan candaan seperti i
Mata Naya mengerjap saat merasakan mobil yang ia tumpangi berhenti. Cahaya yang tiba-tiba memasuki matanya membuatnya tidak nyaman dan menyipitkan mata. Ia mengamati kesekeliling mobil, dan tidak mendapati siapapun disana. Terakhir kali ia mengingat Yera dan Tian yang sedang bercanda sembari ikut menyanyikan lagu lawas dari radio.Apa mereka sudah sampai?“Oh, sudah bangun? Aku baru saja mau membangunkanmu untuk memakan ini,”Tiba-tiba Yera membuka pintu mobil dan membawa satu mie cup yang kelihatannya sangat enak untuk dinikmati di cuaca yang dingin. Naya membalas tawaran Yera dengan senyuman, lalu bangkit dari duduknya.Cahaya lampu putih yang begitu terang langsung menyapanya begitu ia keluar. Ternyata yang membuat matanya tidak nyaman adalah lampu-lampu pom bensin yang terangnya memang bisa membuat mata orang bangun tidur tidak nyaman.“Sini, Nay. Mau teh hangat apa susu coklat?” Kedatangan Naya di samb