Setelah mendapatkan izin dari Magnus dan Teresia mengenai rencana pertunangan, kini akhrinya Naomi disibukan dengan persiapan pertunangannya dengan Axel. Naomi pergi ke butik untuk mencoba gaun yang sudah dipesan karena beberapa hari lagi Naomi akan diperkenalkan secara resmi oleh Axel jika Naomi adalah tunangannya. Hari ini Naomi lebih banyak melakukan kegiatan diluar sendirian, seperti memilih cincin dan memilih gaun. Axel tidak bisa menemaninya pergi karena sejak dua hari yang lalu dia pergi ke luar negeri lagi. Setelah kejadian Naomi hilang, kini Axel menempatkan banyak pengawalan untuknya untuk menghindari hal-hal buruk yang mungkin saja bisa terjadi kapan saja. Dengan adanya banyak pengawal dan Roan menenemaninya, Naomi merasa aman, dia juga yakin ibunya pasti tidak akan bisa memaksa membawa Naomi pergi. Naomi berdiri di depan cermin, memperhatikan gaun cantik yang elegan berwarna merah muda selutut membalut tubuhnya, gaun itu disempurnakan dengan sebuah sepatu nyaman yang bi
Axel turun dari pesawat bersama sekelompok orang yang ikut dalam perjalanan bisnisnya. Kedatangan Axel disambut oleh beberapa petugas maskapai dan Sharen yang menunggu di depan mobilnya, tanpa berbicara apapun Axel segera masuk dan pergi dengan Sharen. Dua hari melewati perjalanan bisnis di luar negeri sedikit melelahkan, namun Axel tidak memiliki waktu untuk beristirahat karena kini dia harus segera pergi ke perusahaannya. Butuh waktu satu jam untuk mengurus banyak hal dan bisa sampai ke perusahaan, di sana Axel kembali disambut oleh setumpuk pekerjaan yang harus diperiksa. Axel melepaskan jassnya dan merenggangkan tubuhnya yang kini terasa pegal dan berdenyut lelah. Hari sudah berlalu, kini sore kembali datang dengan cepat, tumpukan document yang sudah Axel periksa sudah tersusun rapi. Sejenak Axel tertidur sambil menunggu kedatangan Sharen yang membawa kopi pesanannya. Suara ketukan langkah terdengar di sekitar ruangan, Sharen datang lebih cepat sambil membawa segelas kopi den
Ketika Naomi kembali pulang dan sampai rumah, ternyata Axel juga sudah pulang dan menunggunya di depan rumah. Axel berdiri bersedekap, memperhatikan Naomi yang keluar dari mobil dengan wajah merenggut terlihat sedih. Axel berdecih melihat seberapa suramnya wajah Naomi karena pulang lebih cepat. “Lihatlah wajahmu, kau jangan terlalu terang-terangan menunjukan wajah galau karena tidak bisa berlama-lama bermesraan dengan temanmu,” kritik Axel dengan sinis. Naomi langsung bersedekap di hadapan Axel. “Sebaiknya kau bersihkan isi kepalamu Axel, kau selalu berpikir negatif pada orang lain,” jawab Naomi sebelum kembali berjalan melewati Axel. “Kau mau ke mana?” Langkah Naomi kembali terhenti, gadis itu membalikan badannya dan menatap Axel. “Memangnya kenapa?” “Kau harus berlatih berjalan lagi, aku tidak ingin di konperensi pers nanti kau memakai kruk untuk berjalan.” “Aku akan melakukannya!” teriak Naomi kesal, gadis itu kembali berjalan dan pergi masuk lebih dulu. *** Di bawah pohon
“Berhentilah mengancamku, aku kan sudah sangat berusaha,” rengek Naomi memukul dada Axel. “Kau harus lebih dari berusaha Naomi,” peringat Axel. “Aku sudah berusaha,” jawab Naomi pelan, tanpa sadar Naomi meraih dasi Axel dan memainkannya. “Kau pergi dua hari tidak membawa hadiah apapun untukku?” tanya Naomi. Axel terpaku kaget, wajah pria itu sampai bersemu malu mendengar pertanyaan sederhana Naomi. “Lain kali aku akan membawa hadiah untukmu,” jawab Axel terdengar serius. Belum sempat Naomi menjawab, perhatian gadis itu terpaku pad beberapa rumput tinggi di dekatnya yang tumbuh namun dihinggapi oleh seekor ulat. Sontak Naomi menjerit panik ketakutan. “Axel ada ulat!” teriak Naomi ketakutan. “Ulat?” Axel melihat ke sisi. “Bantu aku berdiri, aku takut!” teriak Naomi menangis, gadis itu sampai bergeser ke belakang mencoba menjauh dan bergidik ngeri. Perlahan Axel bangkit dari tidurnya dan duduk melihat kesekitar, pria itu bergeser pelan mendekati rerumputan, mencari-cari ulat yang
Hari yang dinantikan telah tiba. Hari ini, Axel secara resmi membawa Naomi pergi ke sebuah konperensi pers yang sudah disiapkan. Ada banyak media local yang menanti, Teresia yang sampai saat ini masih memimpin klan keluarga Morgan akhirnya muncul di depan public untuk melakukan pengumuman secara resmi mengenai status cucunya sekarang. Di balik pintu, Naomi bisa mendengarkan keramaian, jepretan suara kamera dan kilatan cahaya kamera yang tidak berhenti untuk mendokumentasikan apa yang Teresia katakan di depan awak media. Naomi duduk dalam kegelisahan, gadis itu mengenakan dress formal selutut dan berpenamilan sederhana yang elegant mencerminkan seseorang yang sederhana namun penting. Rambut Naomi di biarkan tergerai rapi, dengan riasan tipis yang anggun, gadis itu hanya mengenakan anting berwarna putih dan terlihat bekilau. Suara napas Naomi terdengar kasar, degup jantungnya berdebar keras tidak menentu. Naomi tidak tahu bahwa keluarga Axel ternyata cukup terkenal dan dihormati sepe
Hutton menggenggam kuat gelas di tangganya, wajahnya dipenuhi oleh banyak ketegangan hebat melihat berita yang kini mengumumkan bahwasanya, Axel Morgan sudah bertunangan dengan Naomi Cassandra, puteri tunggal Magnus dan Cassandra. Berita itu menyebar begitu cepat karena Teresia sendiri yang memimpin konperensi pers, kehadiran wanita itu yang jarang muncul di depan umum seakan memberikan isyarat kepada semua orang bahwa kini dia terang-terangan akan berada di sisi Axel dan mendukung Axel menjadi pewaris juga peminpin sah selanjutnya. Dada Hutton bergerak naik turun terlihat begitu marah hingga membuat wajahnya merah padam. Hutton merasa terkecohkan dengan ketenangan sikap Axel yang selama ini begitu santai bahkan terkesan terlambat dalam mengatasi beberapa masalah yang selama ini Hutton coba ciptakan. Hutton pikir Axel lambat bergerak karena dia lemah dan hanya besar omongan saja, namun ternyata Axel membentuk dukungan lebih kuat secara diam-diam. “Arghht!” Hutton berteriak keras,
Jaden berdiri di depan sebuah pintu ruangan, pria itu tidak melakukan apapun selain diam dan merenung sejak dua menit yang lalu. Satu hari setelah memutuskan keluar secara tidak hormat dari perusahaan milik orang tua Feira, Jaden memilih menemui orang tuanya dan memberitahu mereka mengenai keputusannya yang ingin membatalkan rencana pertunangannya. Darla dan Hood sempat terkejut dengan kabar buruk yang diberikan Jaden, namun melihat wajah Jaden yang terluka, Darla dan Hood mulai memahami apa yang sebenarnya terjadi. Kini Jaden berada di sini, di depan kamar Magnus. Hood tahu siapa yang Jaden hadapi saat ini karena meninggalkan Feira dan membuat keluarga Feira murka. Hood meminta perlindungan Magnus karena hanya Magnus satu-satunya orang yang mungkin bisa sebanding melawan keluarga Feira bila suatu saat nanti keluarga Feira menuntut Jaden. Magnus yang sudah mengetahui apa yang terjadi pada Jaden akhirnya kini memanggil Jaden secara pribadi. Jaden mengetuk pintu beberapa kali samp
Seharian ini ada banyak panggilan masuk untuk Magnus, kabar pertunangan Naomi dengan calon pewaris perusahaan besar sudah berhembus lebih cepat dari apa yang diperkirakan. keluarga Morgan sangat berhati-hati dalam urusan calon pendamping, jika mereka sudah memutuskan mengumumkan secara resmi pasangan Axel Morgan, akan besar kemungkinan pasangan yang diumumkan akan Axel nikahi dalam waktu dekat. Orang-orang mencari Magnus, mereka mulai menunjukan banyak ketertarikan kepada Magnus. Jaden yang baru satu hari membuat kesepakatan dengan Harvey sempat bertanya-tanya dengan antusias banyak orang akan perusahaan Magnus. Namun setelah pria itu tahu jika alasan dibaliknya, Jaden terlihat sedikit kecewa sekaligus khawatir hingga mempertanyakan alasan mengapa Naomi bisa bertunangan secepat ini dengan seseorang. “Tuan Magnus mendapatkan undangan untuk datang ke pesta atas pertunangan nona Naomi. Saya harap Anda mau menggantikannya untuk datang, Anda harus melihat keadaan nona Naomi apakah dia
Keduanya saling memandang dalam diam, Axel meraih wajah Naomi dan mengusapnya dengan hati-hati. “Aku minta maaf karena datang terlambat, kau pasti kecewa kepadaku.” Naomi memejamkan matanya, merasakan usapan lembut Axel di wajahnya, gadis itu menarik napasnya dalam-dalam dan perlahan membuka kembali matanya, menatap lekat mata Axel yang terlihat bersedih dan kecewa kepsada dirinya sendiri. Axel tidak puas kepada dirinya sendiri karena dia sudah datang terlambat dan tidak bisa menemani Naomi di saat-saat dia sedang terjatuh. “Aku sangat menyesal karena tidak bisa benar-benar menjagamu,” bisik Axel penuh sesal. Naomi tersenyum samar, dia tidak tahu harus berkata apa karena hari ini suka dan duka telah datang secara bersmaan dalam kehidupannya. Axel yang dia tunggu telah datang, melamarnya dihadapan Magnus, namun disisi lain Naomi juga harus mengantar kepergian Magnus dan harus merelakannya. “Naomi, apa kau marah padaku?” tanya Axel pelan. “Tidak, aku justru berterima kasih karena
“Apa aku boleh berbicara dengan ayahmu berdua saja?” tanya Axel penuh kehati-hatian, dia takut Naomi masih marah kepadanya dan menolak permintaan Axel.Naomi menelan salivanya dengan kesulitan, desakan ingin menangis dan perasaan yang lega begitu kuat memenuhi hatinya. Naomi tertunduk mengusap air matanya yang tidak bisa dihentikan.Naomi sangat lega karena ternyata Axel peduli kepadanya dan mau datang.Naomi mengangguk tanpa mampu berkata-kata, memberi izin Axel untuk bisa berbicara berdua dengan ayahnya.Naomi melangkah pelan, melewati Axel yang berada di depan pintu, tiba-tiba langkah itu terhenti begitu Naomi merasakan pergelangan tangannya digenggam oleh Axel.Wajah Naomi terangkat, menatap lekat Axel. “Tidak, sepertinya kau harus berdiri di sisiku, kau juga harus mendengarkan apa yang ingin aku katakan,” ucap Axel lagi memperhatikan gerak gerik mata Magnus.Naomi membalikan badannya dengan ragu, pintu ruangan Magnus kembali tertutup dan orang-orang menunggu di depan ruangan.Ax
Hans berdiri dengan senyuman puasnya, melihat Hutton yang digelandang keluar dari mobil kepolisian dan disambut oleh banyak media karena kontroversi yang dilakukannya dalam melancarkan aksi kejahatan.Hutton terhuyung-huyung dengan perban yang menghalangi kedua matanya, begitu pula dengan wajahnya yang kini sebagian terbungkus kain kasa.Semprotan cabai yang Axel buat berhasil membuat Hutton mengalami masalah dengan penglihatannya hingga membuat dia tidak bisa melihat untuk sementara waktu.Kedua tangan dan kaki Hutton diborgol, langkah terhuyung-huyung dijaga oleh kepolisian dan dikejar oleh wartawan yang membutuhkan keterangan darinya secara langsung. Hutton diperlakukan seperti penjahat kelas berat.Bibir Hutton menekan kuat, membungkam dengan rasa malu hebat dan jiwa yang terguncang. Kehidupannya hancur dalam waktu semalam, Hutton sungguh tidak akan menyangka jika dia akan berada di titik seperti ini dalam hidupnya.“Pengacara kita sudah sudah datang,” ucap Sharen yang berdiri di
“Bajingan, kau sudah berhasil menghancurkan hidupku! Kau pikir aku akan diam saja hah!” geram Hutton mengayunkan pisaunya, refleks Axel menghadangnya dengan handpond di tangannya dan berhasil membuat handpone itu mati seketika.Napas Axel tertahan di dada, pria itu terlalu terkejut karena tiba-tiba saja seseorang akan menyerangnya.“Sialan!” maki Hutton menarik pisaunya.Axel bergeser mundur mencoba menciptakan jarak, butuh waktu beberapa detik untuk Axel tesadar jika orang yang hendak menyerangnya adalah Hutton. “Kenapa kau menutupi wajah jelekmu? Apa kau tidak ingin aku melihat ketakutan di wajah busukmu?”Rahang Hutton mengetat, dengan kasar dia melepaskan maskernya dan melemparkannya ke lantai.Axel menelan salivanya dengan kesulitan melihat tatapan bringas Hutton yang sudah dikuasai oleh amarah, Axel bergerak kembali mundur begitu Hutton mendekat dan mengayunkan pisaunya, kali ini Axel berhasil menangkisnya dengan menendang kaki Hutton agar dia kehilangan keseimbangan.Dengan Axe
Hutton melajukan mobilnya dengan kencang melewati jalanan, wajahnya yang babak belur terlihat di antara cahaya lampu jalan-jalan. Bola mata Hutton bergerak tajam melihat ke sekitar dengan penuh kewaspadaan karena kini wajahnya terpampang jelas di berbagai televisi gedung dan diumumkan jika kini Hutton adalah seorang buronan yang sudah melakukan kejahatan berbagai pembunuhan, pencucian uang dan sudah melakukan kekerasakan kepada isterinya.Tangan Hutton mencengkram kuat kemudi menahan amarah, dia tidak bisa pergi keluar negeri menggunakan pesawat jika wajahnya sudah terpampang dan di umumkan sebagai buronan.“Sialan!” maki Hutton memukul kemudi. Hutton tidak menyangka jika seluruh negeri mulai tahu dia penjahat, dan semua orang akan mengenali wajahnya.“Bajingan itu, aku harus menghabisinya,” bisik Hutton dengan penuh amarah.Hutton tidak terima jika seluruh usahanya selama ini harus hancur berkeping begitu saja di bawah kaki Axel. Seharusnya tidak seperti ini, seharusnya Axel yang tum
“Bajingan!” Jennie terisak dengan suara yang tidak jelas karena mulunya terikat, wanita itu berusaha bergerak melepaskan diri dari ikatan tali yang mengekang tangan dan kedua kakinya pada ranjang.Tubuh Jennie terlihat memiliki banyak memar yang sudah ditinggalkan Hutton, pria paruh baya itu sudah berbuat kegilaan yang tidak terduga. Dia memperkosa Jennie berulang kali sebelum meninggalkannya dengan membawa semua uang, perhiasan hingga mobilnya.Bibir Jennie gemetar hebat, wajah cantiknya terlihat basah penuh oleh air mata merasakan seluruh tubuhnya yang sakit dan lemah tidak memiliki banyak kekuatan untuk melepaskan diri dan bergerak.Hati Jennie sangat hancur, dia merasa jijik kepada dirinya sendiri karena sudah disentuh layaknya pelacur oleh Hutton. Jennie marah kepada dirinya sendiri, dan kini dia hanya bisa memaki dirinya sendiri karena sudah salah mengambil keputusan dan terlibat dalam kehidupan Hutton.Jennie menyesal, andai saja dia tidak serakah dan mengambil keputusan yang s
Genggaman lemah tangan Magnus kian tidak lagi dirasakan tenaganya, Naomi tidak berhenti memandangi wajah Magnus yang terbaring tidak sadarkan diri meski sudah mendapatkan pertolongan.Dokter yang menangani Magnus tidak mengatakan apapun dan hanya bisa menyemangati Naomi seakan memberi isyarat jika kemungkinan keadaan Magnus sudah sangat parah.Naomi mengusap wajah pucat Magnus dengan gemetar, berharap jika sepasang mata Magnus kembali terbuka dan mereka bisa bertatapan.“Masih ada banyak hal yang ingin aku lakukan dengan Ayah, tolong cepatlah sembuh agar aku bisa memasak untuk Ayah dan menemani Ayah pergi memacing, menghabiskan waktu di danau dengan membawa mobil van. Bukankah itu semua sangat ingin Ayah lakukan?” bisik Naomi dengan suara bergetar. “Aku mohon, buka mata Ayah.”Naomi menyeka air matanya dan menggenggam lebih kuat tangan Magnus, kebingungan semakin membuatnya tidak tahu harus berbuat apa selain menunggu Magnus membuka mata dan berharap jika Axel datang menemuinya.Mungk
Ketika Axel datang ke rumah sakit, dia sudah menemukan keberadaan Armon yang duduk seorang diri. Pemuda itu duduk di kursi terlihat menangis dengan tangan yang terbungkus sapu tangan, Armon tidak beranjak dari tempatnya hanya untuk menunggu kabar Rihana sekarang yang masih belum diketahui kepastiannya.Rihana mengalami kebocoran di kepalanya, dia juga mengalami luka di tulang lehernya yang mengharuskan Rihana menjalani operasi.Armon sangat takut jika terjadi sesuatu kepada ibunya karena sejak Armon mengantar Rihana ke rumah sakit, dia tidak sadarkan diri. “Apa yang sebenarnya telah terjadi?” tanya Axel dengan napas tersenggal usai berlari cukup jauh.Wajah Armon terangkat, pemuda itu mengusap wajahnya yang basah oleh air mata, sulit untuk membendung kesedihan yang dia rasakan, hingga membuat Armon tidak peduli untuk menangis di depan umum meski dia seorang pria.Dengan lemah Armon berdiri.“Duduklah,” titah Axel.Dengan patuh Armon duduk kembali, sementara Axel ikut duduk di samping
Begitu pintu terbuka, tanpa permisi Hutton langsung masuk, dia butuh tempat persembunyian sementara waktu karena Rihana dibawa ke rumah sakit, besar kemungkinan dokter yang menangani dan Armon juga akan melaporkan kejadian malam ini kepada polisi.“Kau memiliki dokter pribadi? Aku butuh bantuan.”“Aku akan menghubunginya.”“Obati luka di tanganku dulu, ini sangat perih,” pinta Hutton seraya melepaskan pakaiannya.“Apa yang sudah kau lakukan?” Tanya Jennie memperhatikan luka yang dimiliki Hutton jauh lebih buruk dari apa yang dilihat.Hutton menjatuhkan dirinya ke kursi usai melepaskan pakaiannya dan hanya menyisakan celana panjang. Setelah cukup banyak menghabiskan waktu bersama Jennie, Hutton merasa tidak perlu lagi berpura-pura menjaga martabatanya, lagipula Jennie juga tidak seterhormat yang terlihat.“Istriku sudah membuat kekacauan, karena itulah aku di seperti ini,” jawab Hutton seraya mengusap kepalanya yang sangat sakit berdenyut. Beruntung saja dia masih bisa menjaga kesadara