“Anda memanggil saya?” tanya Jaden dengan pelan. “Apa ada yang ingin Anda bicarakan?” tanya Jaden lagi. Levine beranjak dari duduknya, mengitari meja kerjanya dan berdiri di hadapan Jaden. Levine bersedekap, “Aku sudah mendengar cerita Feira. Dia sudah menceritakan semuanya padaku,” ucap Levine menggantung. “Itu hanya salah paham.” “Jadi, menurutmu, apa yang dikatakan Feira padaku adalah bohong?” tanya Levine dengan rahang mengetat. “Saya tidak berkata bahawa Feira berbohong, Feira salah pah_” Jaden tidak bisa melanjutkan ucapannya karena Levine sudah mendahuluinya dengan sebuah pukulan keras di perutnya. Levine tidak mau menerima sangkalan apapun yang dikatakan oleh Jaden. Levine hanya mau Jaden meminta maaf apapun yang terjadi, lalu patuh di bawah perintahnya. Levine melangkah mendekat, berdiri di hadapan Jaden yang kini membungkuk kesakitan. “Katakan sekali lagi,” perintah Levine. Jaden menekan perutnya yang kini keram menyakitkan hingga membuat Jaden bisa merasakan tulang r
Setelah mendapatkan izin dari Magnus dan Teresia mengenai rencana pertunangan, kini akhrinya Naomi disibukan dengan persiapan pertunangannya dengan Axel. Naomi pergi ke butik untuk mencoba gaun yang sudah dipesan karena beberapa hari lagi Naomi akan diperkenalkan secara resmi oleh Axel jika Naomi adalah tunangannya. Hari ini Naomi lebih banyak melakukan kegiatan diluar sendirian, seperti memilih cincin dan memilih gaun. Axel tidak bisa menemaninya pergi karena sejak dua hari yang lalu dia pergi ke luar negeri lagi. Setelah kejadian Naomi hilang, kini Axel menempatkan banyak pengawalan untuknya untuk menghindari hal-hal buruk yang mungkin saja bisa terjadi kapan saja. Dengan adanya banyak pengawal dan Roan menenemaninya, Naomi merasa aman, dia juga yakin ibunya pasti tidak akan bisa memaksa membawa Naomi pergi. Naomi berdiri di depan cermin, memperhatikan gaun cantik yang elegan berwarna merah muda selutut membalut tubuhnya, gaun itu disempurnakan dengan sebuah sepatu nyaman yang bi
Axel turun dari pesawat bersama sekelompok orang yang ikut dalam perjalanan bisnisnya. Kedatangan Axel disambut oleh beberapa petugas maskapai dan Sharen yang menunggu di depan mobilnya, tanpa berbicara apapun Axel segera masuk dan pergi dengan Sharen. Dua hari melewati perjalanan bisnis di luar negeri sedikit melelahkan, namun Axel tidak memiliki waktu untuk beristirahat karena kini dia harus segera pergi ke perusahaannya. Butuh waktu satu jam untuk mengurus banyak hal dan bisa sampai ke perusahaan, di sana Axel kembali disambut oleh setumpuk pekerjaan yang harus diperiksa. Axel melepaskan jassnya dan merenggangkan tubuhnya yang kini terasa pegal dan berdenyut lelah. Hari sudah berlalu, kini sore kembali datang dengan cepat, tumpukan document yang sudah Axel periksa sudah tersusun rapi. Sejenak Axel tertidur sambil menunggu kedatangan Sharen yang membawa kopi pesanannya. Suara ketukan langkah terdengar di sekitar ruangan, Sharen datang lebih cepat sambil membawa segelas kopi den
Ketika Naomi kembali pulang dan sampai rumah, ternyata Axel juga sudah pulang dan menunggunya di depan rumah. Axel berdiri bersedekap, memperhatikan Naomi yang keluar dari mobil dengan wajah merenggut terlihat sedih. Axel berdecih melihat seberapa suramnya wajah Naomi karena pulang lebih cepat. “Lihatlah wajahmu, kau jangan terlalu terang-terangan menunjukan wajah galau karena tidak bisa berlama-lama bermesraan dengan temanmu,” kritik Axel dengan sinis. Naomi langsung bersedekap di hadapan Axel. “Sebaiknya kau bersihkan isi kepalamu Axel, kau selalu berpikir negatif pada orang lain,” jawab Naomi sebelum kembali berjalan melewati Axel. “Kau mau ke mana?” Langkah Naomi kembali terhenti, gadis itu membalikan badannya dan menatap Axel. “Memangnya kenapa?” “Kau harus berlatih berjalan lagi, aku tidak ingin di konperensi pers nanti kau memakai kruk untuk berjalan.” “Aku akan melakukannya!” teriak Naomi kesal, gadis itu kembali berjalan dan pergi masuk lebih dulu. *** Di bawah pohon
“Berhentilah mengancamku, aku kan sudah sangat berusaha,” rengek Naomi memukul dada Axel. “Kau harus lebih dari berusaha Naomi,” peringat Axel. “Aku sudah berusaha,” jawab Naomi pelan, tanpa sadar Naomi meraih dasi Axel dan memainkannya. “Kau pergi dua hari tidak membawa hadiah apapun untukku?” tanya Naomi. Axel terpaku kaget, wajah pria itu sampai bersemu malu mendengar pertanyaan sederhana Naomi. “Lain kali aku akan membawa hadiah untukmu,” jawab Axel terdengar serius. Belum sempat Naomi menjawab, perhatian gadis itu terpaku pad beberapa rumput tinggi di dekatnya yang tumbuh namun dihinggapi oleh seekor ulat. Sontak Naomi menjerit panik ketakutan. “Axel ada ulat!” teriak Naomi ketakutan. “Ulat?” Axel melihat ke sisi. “Bantu aku berdiri, aku takut!” teriak Naomi menangis, gadis itu sampai bergeser ke belakang mencoba menjauh dan bergidik ngeri. Perlahan Axel bangkit dari tidurnya dan duduk melihat kesekitar, pria itu bergeser pelan mendekati rerumputan, mencari-cari ulat yang
Hari yang dinantikan telah tiba. Hari ini, Axel secara resmi membawa Naomi pergi ke sebuah konperensi pers yang sudah disiapkan. Ada banyak media local yang menanti, Teresia yang sampai saat ini masih memimpin klan keluarga Morgan akhirnya muncul di depan public untuk melakukan pengumuman secara resmi mengenai status cucunya sekarang. Di balik pintu, Naomi bisa mendengarkan keramaian, jepretan suara kamera dan kilatan cahaya kamera yang tidak berhenti untuk mendokumentasikan apa yang Teresia katakan di depan awak media. Naomi duduk dalam kegelisahan, gadis itu mengenakan dress formal selutut dan berpenamilan sederhana yang elegant mencerminkan seseorang yang sederhana namun penting. Rambut Naomi di biarkan tergerai rapi, dengan riasan tipis yang anggun, gadis itu hanya mengenakan anting berwarna putih dan terlihat bekilau. Suara napas Naomi terdengar kasar, degup jantungnya berdebar keras tidak menentu. Naomi tidak tahu bahwa keluarga Axel ternyata cukup terkenal dan dihormati sepe
Hutton menggenggam kuat gelas di tangganya, wajahnya dipenuhi oleh banyak ketegangan hebat melihat berita yang kini mengumumkan bahwasanya, Axel Morgan sudah bertunangan dengan Naomi Cassandra, puteri tunggal Magnus dan Cassandra. Berita itu menyebar begitu cepat karena Teresia sendiri yang memimpin konperensi pers, kehadiran wanita itu yang jarang muncul di depan umum seakan memberikan isyarat kepada semua orang bahwa kini dia terang-terangan akan berada di sisi Axel dan mendukung Axel menjadi pewaris juga peminpin sah selanjutnya. Dada Hutton bergerak naik turun terlihat begitu marah hingga membuat wajahnya merah padam. Hutton merasa terkecohkan dengan ketenangan sikap Axel yang selama ini begitu santai bahkan terkesan terlambat dalam mengatasi beberapa masalah yang selama ini Hutton coba ciptakan. Hutton pikir Axel lambat bergerak karena dia lemah dan hanya besar omongan saja, namun ternyata Axel membentuk dukungan lebih kuat secara diam-diam. “Arghht!” Hutton berteriak keras,
Jaden berdiri di depan sebuah pintu ruangan, pria itu tidak melakukan apapun selain diam dan merenung sejak dua menit yang lalu. Satu hari setelah memutuskan keluar secara tidak hormat dari perusahaan milik orang tua Feira, Jaden memilih menemui orang tuanya dan memberitahu mereka mengenai keputusannya yang ingin membatalkan rencana pertunangannya. Darla dan Hood sempat terkejut dengan kabar buruk yang diberikan Jaden, namun melihat wajah Jaden yang terluka, Darla dan Hood mulai memahami apa yang sebenarnya terjadi. Kini Jaden berada di sini, di depan kamar Magnus. Hood tahu siapa yang Jaden hadapi saat ini karena meninggalkan Feira dan membuat keluarga Feira murka. Hood meminta perlindungan Magnus karena hanya Magnus satu-satunya orang yang mungkin bisa sebanding melawan keluarga Feira bila suatu saat nanti keluarga Feira menuntut Jaden. Magnus yang sudah mengetahui apa yang terjadi pada Jaden akhirnya kini memanggil Jaden secara pribadi. Jaden mengetuk pintu beberapa kali samp