Axel dan Naomi berjalan pelan mengikuti Teresia yang berada di hadapannya hendak membawa mereka pergi untuk berbicara lebih serius. Cukup jauh mereka berjalan, Naomi mulai tertatih-tatih melangkah lebih kecil dan tidak dapat menyembunyikan ringisannya begitu merasakan kakinya sangat sakit tidak mampu lagi berjalan lebih jauh. Naomi berhenti melangkah dan pelukannya pada lengan Axel menguat. “Axel,” Naomi meringis kesakitan. “Kakiku tidak kuat lagi berjalan,” bisik Naomi memberitahu. Langkah Axel ikut terhenti, pria itu sedikit membungkuk melihat kaki Naomi yang gemetar, dan wajahnya tidak berhenti meringis. Tanpa pertimbangan apapun, Axel segera menggendong Naomi. Naomi terpekik kaget, memeluk leher Axel dengan erat. “Apa yang kau lakukan?” tanya Naomi panik. “Aku akan membawamu, tinggal saja tongkatmu di sini.” “Kau serius? Bagaimana jika nenekmu marah?” bisik Naomi khawatir, Naomi tidak ingin karena kondisi kakinya, rencana Axel menjadi kacau. Axel menyeringai, menikmati kekh
“Kalian bertunangan karena saling jatuh cinta kan?” tanya Teresia lagi. Axel dan Naomi langsung terdiam saling melihat, di detik selanjutnya dengan kompak mereka berdua saling melemparkan senyuman dan tatapan hangat layaknya pasangan yang sedang dimabuk asmara. Sudut bibir Teresia terangkat memperhatikan semu merah di telinga Axel yang malu dan sedikit salah tingkah melihat senyuman cantik Naomi. Axel terbawa suasana dengan ketulusan acting Naomi. Diam-diam Teresia merasa terhibur karena ternyata cucunya bisa sepemalu itu hanya dengan melihat senyuman seorang gadis. “Kalian saling tersenyum tapi tidak menjawab pertanyaanku. Kalian bertunangan karena saling jatuh cinta kan?” tanya Teresia lagi terlihat senang menggoda. Axel mengalihkan pandangannya, pria itu menarik napasnya dalam-dalam melihat sepasang mata Teresia dengan serius, dalam satu tarikan napas panjang yang memberatkan akhirnya Axel berkata, “Aku jatuh cinta kepada Naomi,” jawab Axel dengan lantang. Pengkuan Axel berha
“Jangan memaksa Naomi, jika Nenek tidak percaya pada hubungan kami, cantumkan saja seribu nama panti asuhan dalam perjanjian, berikan saja sebagian harta nenek kepada anak-anak yang membutuhkan masa depan lebih baik.” Pupil mata Teresia melebar, betapa terkejutnya wanita itu melihat kepolosan Naomi dan betapa bijaknya Axel dalam mengambil keputusan. Permintaan Axel jauh lebih bijaksana dan tidak mementingkan dirinya sendiri. Ini adalah sebuah kemajuan bagi Teresia. “Apa kau serius dengan perkataanmu Axel?” tanya Teresia, membutuhkan kepastian. Axel langsung mengangguk membenarkan tanda sebuah keraguan sedikitpun di matanya. Teresia membuang napasnya perlahan. “Baiklah jika itu pilihan kalian, aku tidak akan menuntut apapun lagi selain itu, persiapkan saja pertunangan kalian,” jawab Teresia sebagai final dari perbincangan kali ini. Naomi mengusap wajahnya yang basah dengan cepat, Naomi merasa lega karena perbincangan serius ini sudah berakhir dengan baik. *** “Axel,” Teresia
Feira beranjak dari duduknya, gadis itu meneliti ke sekitar, memperhatikan setiap sudut apartement yang terlihat serba sederhana namun hangat. Jaden dan Hood pergi beberapa menit yang lalu untuk membeli bahan makanan yang kurang, kini di apartement itu tinggal Feira dan Darla. Feira berdiri di depan sebuah laci, memperhatikan beberapa bingkai photo yang memperlihatkan keluarga Jaden. Namun yang menarik perhatian Feira adalah sosok Naomi, gadis itu berada di sekitar keluarga Jaden dalam photo itu. Feira mendengus kesal dan risih, selalu saja ada Naomi di sekitar Jaden. Bahkan, ketika Feira pertama kali bertemu dengan Jaden, saat itu juga ada Naomi yang terus menempel kepada Jaden. Bagaimana bisa Feira tidak merasa cemburu setiap kali Jaden menyebut nama Naomi, apalagi Jaden selalu bersikap lembut dan perhatian kepadanya? Tanpa terasa langkah Feira bergerak jauh hingga sampai ke dapur. Pandangan Feira langsung tertuju pada Darla yang kini tengah memasak. Feira terdiam memperhatik
Sore yang cerah telah berlalu, pertemuan Naomi dengan Teresia berjalan dengan lancar, namun sepanjang perjalanan pulang ini Axel tidak banyak bicara. Pria itu sibuk dengan pikirannya sendiri yang kini menyimpan banyak kecurigaan atas keputusan Teresia yang begitu mudahnya memberi izin Axel bersama Naomi. Apa ada sesuatu yang terjadi di belakangnya? Axel senang dengan izin Teresia yang memberinya jalan dan dukungan untuk bisa bertunangan dengan Naomi, akan tetapi izin yang diberikan Teresia terasa begitu terlalu mudah diberikan. Axel tahu betul sifat Teresia seperti apa, bahkan di dalam keluarga Morgan, hanya tinggal Axel yang Teresia percaya. Itupun Teresia bertindak dengan hati-hati disetiap dukungan yang dia ambil. “Axel,” panggil Naomi terdengar pelan. Axel terbangun dari lamunan kecilnya, pria itu melihat Naomi yang sejak tadi dia diamkan. “Ada apa?” “Apa aku sudah mengacaukan rencanamu?” bisik Naomi terdengar khawatir. “Aku minta maaf karena tadi menolak permintaan nenekmu,
Hood dan Jaden sempat berbicara ketika mereka berdua berada di supermarket, Hood tidak banyak berkomentar dengan pilihan Jaden yang akan bertunangan, Hood lebih banyak menasihati Jaden untuk memperhatikan kesehatan dan melakukan segalanya dengan baik. Ada rasa sedih yang menyelimuti hati Jaden saat dia melihat tubuh ringkih Hood yang lemah dan sudah menua. Hood terlihat lelah, namun dia tetap memilih bekerja. Ternyata, dibalik tubuh lemah orang tuanya itu, mereka menyimpan rasa malu dan khawatir kepada puteranya sendiri. Hood dan Darla takut jika mereka berhenti bekerja, Jaden akan berpikir mereka akan menumpang hidup karena kini Jaden anak bertunangan dengan anak seorang konglomerat. Kedua orang tua Jaden lebih memikirkan Jaden dibandingkan diri mereka sendiri. Tampakanya mereka sangat khawatir, perbedaan status social yang jauh di antara kedua belah pihak keluarga akan membaebani Jaden. Terkadang Jaden menjadi merasa bersalah karena pilihannya tanpa sadar membuat keluarganya t
Suasana hati Feira sempat baik karena mendengar nasihat Darla dan terlibat percakapan yang hangat dengannya. Darla meyakinkan Feira jika Jaden dan Naomi itu seperti saudara.Tapi mengapa perkataan Darla bertolak belakang dengan apa yang Feira lihat. Saudara tidak seperti ini, apalagi Naomi dan Jaden tidak sedarah dan hanya berstatus sebagai anak bos dengan anak pelayan.Feira membuang napasnya dengan kasar. Terlintas dalam pikiran gadis itu, apakah Darla sudah membohongi Feira dengan sebuah dongeng baik untuk menciptakan citra yang baik?Darla sudah benar-benar berbohong. Feira tidak akan lagi percaya padanya.***Naomi terduduk di atas pasir putih memperhatikan gerakan air laut yang kini berwanra lebih gelap, langit yang kuning terlihat cantik di antara warna biru dan burung-burung yang berterbangan.Axel ikut duduk disampingnya terlihat menikmati hal yang sama, beberapa kali pria itu tersenyum lembut terlihat senang.“Besok kita akan ke kota Andreas,” kata Axel memberitahu.Dengan c
Sepanjang perjalanan pulang dari apartement orang tuanya, Jaden mulai tersadar dengan perubahan sikap Feira. Feira tidak menunjukan kebahagiaannya lagi, dia duduk merenggut dan membuang muka terlihat marah kepadanya. Janden sempat bertanya-tanya dalam hatinya, apa dia sudah membuat kesalahan? Apa lagi masalahnya sekarang? Selama makan malam bersama, tidak terjadi apapun, kedua orang tua Jaden justru lebih banyak menasihati Jaden agar bisa memperlakukan Feira dengan baik, mustahil jika telah terjadi sesuatu. “Aku minta maaf karena lalai menjagmu,” Jaden memulai pembicaraan. Pria itu menebak Feira marah kepadanya karena insiden sup yang mengotori gaun Feira. Feira tidak menjawab. “Fei, ada apa lagi? Kenapa kau terlihat marah kepadaku? Apa aku sudah membuat kesalahan lagi?” Jaden mulai bertanya secara langsung. Feira mendengus kesal. “Baju perempuan siapa yang ada di lemarimu?” tanya Feira dengan penuh tekanan. Jaden mulai tersadar, ternyata karena pakaian di lemari yang membuat