Tiga hari lebih tidak bertemu Axel, Naomi tampak canggung untuk kembali bertemu dengan pria bermulut pedas itu. apalagi terakhir kali bertemu mereka sempat sedikit bertengkar.Naomi berjalan perlahan seraya mengayunkan tongkatnnya di setiap langkah yang dia ambil. Kini Naomi sedang menuju ke ruangan kerja Axel.Beberapa saat yang lalu David datang menemuinya dan meminta Naomi untuk pergi ke ruangan kerja Axel. Naomi tidak tahu apa tujuan Axel memanggilnya, yang jelas dia sedikit berharap jika ini menyangkut pekerjaan meski kondisi kakinya di katakan tidak begitu baik dan membutuhkan penyembuhan lebih lama.Begitu sudah sampai di depan pintu Naomi mengetuk pintu ruangan kerja Axel.“Masuklah.”Dalam satu dorongan Naomi membuka lebar-lebar daun pintu dan tidak menutupnya lagi, Naomi sengaja melakukannya agar jika nanti dia dan Axel kembali bertengkar, Naomi bisa pergi dengan cepat dan tidak perlu repot-repot membuka pintu lagi.Kedatangan Naomi yang masuk tidak lepas dari perhatian Axel
Axel menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. “Kau harus menjadi tunangan kontrakku.” Senyuman lebar penuh kesenangan di wajah Naomi hilang seketika, wajahnya berubah pias dan tubuhnya langsung kaku. “A-a-apa maksudmu? Kau tidak salah bicarakan?” tanya Naomi dengan tawa memaksakan. “Aku tidak salah bicara. Tugasmu sekarang adalah menjadi tunangan kontrakku, menjadi pasangan yang sempurna untukku,” jawab Axel menegaskan. Mendadak tubuh Naomi lemas tidak berdaya, gadis itu sampai kesulitan untuk berkata-kata karena terlalu kaget. “Bagaimana bisa?” bisik Naomi masih tidak percaya. “Tentu bisa, kau sudah tanda tangan.” “Aku menanda tanganinya karena tidak tahu pekerjaan yang akan kau berikan itu ini!” “Kau menandatanginya dengan sah tanpa pemaksaan apapun,” jawab Axel dengan senyuman sombongnya. “Aku tidak mau! Ini menjebakku!” Teriak Naomi dalam ketakutan, gadis itu berusaha berusaha bangkit dari duduknya dan mengambil tongkatnya lagi. “Brengsek kau menjebakku, aku tidak terima
Langkah Naomi kian lebar, begitu Axel berada dalam jangkauan, dengan tergesa Naomi menangkap lengan Axel dan memeluknya. “Aku mohon Axel, beri aku kesempatan,” rengek Naomi memohon kepada Axel. “Lepaskan Naomi.” “Beri aku kesempatan dulu,” jawab Naomi dengan teriakan, gadis itu terus memohon kepadanya agar segera mengiyakan permintaannya. “Berhenti menangis Naomi, kau sangat cerewet!” Protes Axel merasakan telingnya berdenging karena teriakan Axel. “Aku akan berhenti menangis jika kau melanjutkan kerja sama kita,” tuntut Naomi kian memeluk erat tangan Axel. Axel membuang napasnya dengan kasarnya, sudah saatnya dia menghentikan sikap berpura-puranya karena teriakan melengking Naomi akan mengundang banyak orang untuk melihat. “Baiklah, aku akan melanjutkan kerja sama kita jika kau berhenti menangis.” Dalam seperkian detik Naomi langsung berhenti menangis meski masih tersisa sisa-sisa segukannya. Pelukan gadis itu sedikit mengendur, kepalanya mendongkak menatap Axel dengan mata be
Suara air yang berjatuhan dari shower terdengar, Axel langsung memilih mandi membersihkan diri sebersih-bersihnya. Axel tidak terbiasa dengan hal-hal kotor yang menempel pada pakaiannya, terlebih dia memiliki masalah dengan kebersihan. Benar, Axel memiliki masalah serius dengan hal-hal yang bersangkutan dengan noda pada pakaiannya. Masalah itu bukan karena Axel dia memiliki penyakit obsessive compulsive disorder, semuanya dikarenakan masalah lain. Semua masalah itu muncul sejak Axel berada di masa remajanya. Dulu, setelah perceraian ayah dan ibunya, Axel hidup berpindah-pindah, terkadang pergi kepada ibunya, terkadang pulang menemui ayahnya, terkadang pula Axel lebih banyak tinggal sendirian di sebuah mansion hanya ditemani oleh para pelayan karena kedua orang tuanya sibuk sendiri. Hubungan Axel dengan kedua orang tuanya sangat baik, meski mereka bercerai. Ayah dan ibu Axel sangat mencintainya sehingga Axel tidak pernah merasa kehilangan meski ayah dan ibunya harus berakhir menjal
Axel berjalan berdampingan di samping Sharen, mengantar sekretarisnya pergi keluar rumah hendak pulang. “Axel, orangku sudah bertemu dengan detective swasta itu. Mereka menemukan bukti baru di tempat kejadian kecelakaan tuan Yuno,” ucap Sharen terdengar serius. Axel menggerakan tangannya, mengisyaratkan Sharen untuk pergi ke sisi taman dan membicarakan hal itu di sana. “Bukti apa yang mereka temukan?” tanya Axel. Sharen membenarkan posisi tasnya, wanita itu menatap serius Axel dan akhirnya berkata, “Kemungkinan besar seseorang memasukan sebuah gas beracun ke dalam mobilnya. Mereka meninggal tanpa kecelakaan, namun seseorang sengaja membuat kendaraan yang ditumpangi keluarga tuan Yuno seperti kecelakaan dengan mendorongnya ke jurang. Semua kerusakan mobil tidak menunjukan ada bekas benturan apapun dengan tempat di sekitar jalan.” Tubuh Axel menegang kaget mendengar ada kemajuan dari pencariannya selama ini. Kecelakaan yang dialami Yuno dan keluarganya sudah dinyatakan sebagai kece
Teresia menyeruput tehnya, ada sebuah senyuman yang terlukis di bibirnya tatkala dia menurunkan cangkirnya. Teresia terlihat senang mendengar laporan dari David mengenai langkah yang di ambil oleh Axel. Langkah Axel terdengar cerdik, sebuah pertunangan juga bukanlah hal yang buruk. Jika pertunangan berjalan dengan mulus, pernikahanpun pasti akan terjadi. Ternyata Teresia tidak perlu lagi repot-repot berusaha mempersatukan Naomi dan Axel, mereka berdua bersatu dengan sendirinya. Semua kebetulan yang terjadi saat ini membuat Teresia merasakan firasat, mungkin memang Naomi adalah jodoh Axel yang sesungguhnya. “Bagaimana keadaan Naomi sekarang?” tanya Teresia. David mengetik sesuatu di handponenya dan memberitahu bahwa kondisi Naomi membutuhkan pemulihan yang sedikit lebih lama. Axel sudah melakukan konsultasi dengan dokter pribadinya agar Naomi mendapatkan perawatan yang terbaik sehingga kondisinya bisa pulih lebih cepat. Teresia membuang napasnya dengan berat, kondisi Naomi harus
“Naomi,” panggil Cassandra dengan langkah melebar, wanita itu tampak berkaca-kaca terdesak ingin menangis karena lega dan juga khawatir saat melihat keadaan Naomi yang terlihat terluka. Naomi menelan salivanya dengan kesulitan tidak mampu membalas sapaan ibunya. Begitu berada dalam jangkauannya, Cassandra langsung memeluk Naomi dengan erat dan menangis. “Ibu hampir dibuat gila mencari keberadaanmu di setiap penjuru kota, astaga Naomi, bagaimana bisa kau ada di sini?” isak Cassandra merintih sedih. Tidak ada reaksi apapun dari Naomi, gadis itu tetap mematung tanpa kata. Pelukan Cassandra mengurai, wanita itu sempat menghapus air matanya dan melihat kaki Naomi yang di gips dan satu tangannya menopang tongkat. Cassandra menarik napasnya dengan berat, hatinya sangat hancur begitu melihat luka yang didapat Naomi. Cassandra sangat menyesal, andai saja waktu malam itu dia tidak terbawa emosi dan berdebat dengan Magnus, mungkin Naomi tidak akan nekad kabur hingga terluka seperti ini. Se
“Jika kau memang ingin berada di samping ayahmu yang tengah kesulitan, seharusnya kau tidak meninggalkan ayahmu dan kabur ke sini,” ucap Cassandra terdengar menyinggung. Naomi meraih tangan Cassandra yang kini ada di wajahnya, lalu menurunkannya. Tersirat kekecewaan dim mata Naomi mendengar perkataan Cassandra. “Aku tidak benar-benar kabur, di sini aku sedang belajar untuk menjadi anak yang lebih kuat, aku ingin membuktikan kepada ayah bahwa aku bisa hidup mandiri dan berdiri dengan kuat meski tanpa adanya pernikahan bisnis. Aku akan berusaha berubah agar bisa melindungi ayah.” Cassandra tercekat, hatinya tertohok sangat sakit mendengar jawaban mendalam Naomi. Cassandra tertunduk menghapus air matanya dengan cepat, wanita itu berusaha untuk tetap tersenyum di hadapan Naomi dan kembali meraih tangannya. “Baiklah, ibu mengerti,” jawab Cassandra terdengar melunak. “Sekarang ayo kita pulang. Jika kau tidak mau pergi bersama ibu, ibu akan mengantarmu pulang ke kota Andreas,” Cassandra