Beranda / Romansa / Skenario Perjodohan Bisnis / BAB 106: Membawa Pesan

Share

BAB 106: Membawa Pesan

Penulis: Asayake
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Ada yang ingin kau katakan kepadaku?” tanya Axel memulai pembicaraan yang serius dan berbicara non-formal.

Jaden mengangguk samar. “Aku datang sebagai perwakilan dari keluarga Nao, tuan Magnus memiliki alasan kuat yang tidak bisa dikatakan kepada siapapun alasan mengapa dia tidak datang, kuharap kau bisa memaafkannya,” ucap Jaden.

Samar kening Axel mengerut, pendengarannya tidak nyaman mendengar Jaden menyebut nama Naomi dengan panggil yang berbeda seakan memberitahu orang lain mereka memiliki kedatan yang lebih.

“Tidak masalah, itu bukan hal yang besar untukku. Aku yakin tuan Magnus adalah seorang ayah yang baik.”

“Ada sesuatu hal besar yang telah terjadi dan tidak terduga di keluarga Nao. Hal ini mungkin cukup mengkhwatirkan dan serius sehingga tuan Magnus tidak bisa melakukan banyak hal dan mencoba menitipkan pesan,” cerita Jaden lagi menjadi lebih serius.

Axel terdiam, menunggu Jaden memberitahu apa yang ingin di sampaikan sebenarnya.

“Tuan Magnus sangat berharap bahwa hub
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
D6ta
si rihana bodoh banget, mau aja dijahatin si hutton terus.. pdhl yg kaya keluarga rihana
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 107: Kasar

    Rihana mengusap wajahnya yang terasa sakit, wanita itu menangis menerima kemarahan Hutton yang tidak ada habisnya. Dalam keadaan apapun, Hutton selalu melampiaskan amarahnya kepada Rihana, seakan Rihana adalah sumber masalah dari segalanya. Rihana benar-benar sudah tidak tahan, dia bisa mati sia-sia bila terus berada di sisi Hutton. Hutton menggebrak meja, pria itu bernapas dengan keras dan terlihat tidak tenang karena amarah yang tidak terkendali. “Tidak di tempat kerja, tidak rumah, semuanya sama saja!” “Aku tidak mengerti jalan pikiranmu Hutto, mengapa kau menyalahan aku atas apa yang terjadi? Seharusnya kau bertanya kepada dirimu sendiri, mengapa kau tidak pernah mampu melawan Axel? Apa kau tidak memiliki kemampuan sama sekali?” tanya Rihana angkat suara. “Jaga bicaramu! Kau sudah sangat lancang!” “Kau yang seharusnya menjaga ucapanmu! Kau bukan siapa-siapa tanpa aku!” “Apa katamu?” tanya Hutton dengan geraman kemarahan. “Kau tidak tahu diri!” Rihana berteriak. “Aku sudah m

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 108: First Kiss

    “Kau mau pergi begitu saja?” Tanya Axel membuat Naomi kembali membalikan badannya dan menatap Axel dengan penuh tanya. “Kau belum menyambutku dengan pelukan,” ucap Axel seraya membuka tangannya meminta Naomi datang. Naomi tersipu malu, padahal tadinya dia ingin sedikit jauh-jauh dari Axel, tapi karena suasana hatinya kembali membaik, rencananya jadi gagal. Naomi berlari dengan kaki terpincang-pincangan, memeluk Axel dengan cepat dan menyembunyikan senyuman lebarnya di dada bidang pria itu. “Apa ini bisa disebut kencan?” tanya Naomi penuh harap. Axel mendengus geli. “Ini untuk pekerjaan, aku juga memiliki keluarga di sana yang ingin kuperkenalkan padamu.” Bibir Naomi mencebik kecewa. “Padahal aku ingin berkencan denganmu.” “Baiklah, nanti kita akan jalan-jalan setelah semua urusan selesai.” Naomi mengangguk dengan pelukan yang semakin erat, samar terdengar suara tawa senangnya yang tidak dapat disembunyikan. “Aku ingin melakukan banyak hal denganmu karena kau pacar pertamaku.” B

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 109: Kebenaran

    Hutton berdiri di depan apartement Jennie, pria itu terlihat sedikit mabuk dan beberapa kali menekan bel menunggu Jennie membukakan pintu. Pertengkarannya dengan Rihana membuat Hutton tidak betah di rumah, ditambah lagi dengan masalah yang kini berdatangan kepadanya membuat Hutton butuh waktu untuk menenangkan diri. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya Jennie keluar membuka pintu, wanita terlihat sedikit risih begitu menyadari jika Hutton tengah mabuk datang menemuinya di tengah malam. “Ada apa?” tanya Jennie. “Biarkan aku masuk dulu, ada tugas bagus yang harus kau kerjakan.” Jennie terdiam sejenak menimang-nimang sesuatu, tidak berapa lama akhirnya wanita itu membuka pintu lebih lebar, memberi izin Hutton masuk karena tidak ingin kehilangan sedikitpun kesempatan untuk bisa kembali dengan Axel. Hutton tersenyum puas, pria itu akhirnya melangkah masuk ke dalam apartement Jennie dengan tubuh sedikit terhuyung. Hutton melihat ke sekitar dan menyadari jika kini Jennie tinggal sendi

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 110: Pagi di Kota Havana

    Naomi terbangun dari tidurnya yang nyaman, samar gadis itu melihat ke sekitar dan menyadari jika kini dia sudah ada di dalam sebuah kamar, perhatian Naomi teralihkan pada bayangan samar Axel yang kini berdiri di depan cermin tengah membuka sebuah bungkusan stelan pakaian yang dibawa. Naomi berkedip pelan, bibir mungilnya tersenyum mengagumi Axel yang kini tengah membelakanginya. Ini untuk pertama Naomi melihat Axel bertelanjang dada, pria itu memiliki bahu yang kokoh, pinggang kecil dengan perut keras memiliki pahatan dari otot karena rajin olahraga. Napas Naomi tertahan di dada, gadis itu tidak dapat menutupi kekagumannya, Axel terlalu sempurna bahkan meski hanya dilihat dari belakang, siluet bayangan tubuhnya saja sudah bisa memberitahukan seberapa sempurnanya pria itu. Naomi menutup mulutnya menahana suara cekikikan senang karena bisa mengagumi Axel. Axel mengambil kemeja dan mengenakannya, dagu Axel sedikit terangkat angkuh dengan bibir tersenyum miring memperhatikan gerak-ge

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 111: Berubah

    Pagi-pagi sekali Darla sudah terbangun dan membereskan rumah Magnus yang saat ini membutuhkan pekerjaan ekstra keras usai kepergian banyak pelayan yang memang sengaja dipulangkan oleh Magnus. Beberapa kamar dan ruangan hingga perabotan rumah yang lain bahkan sudah mulai di tutupi oleh kain-kain agar tidak berdebu. Sejak mengetahui keadaan Magnus yang sakit, Cassandra tidak lagi mengganggu, wanita itu lebih banyak memberi pesan kepada Darla dengan menanyakan keadaan Magnus. Cassandra juga secara sukarela menawarkan dokter untuk Magnus. Perdamaian di antara Cassandra dan Magnus adalah awalan yang baik, sesuatu yang selama ini selalu selalu Naomi harapkan. Matahari pagi terlihat, dua orang tukang kebun masih bekerja dan terlihat membersihkan taman hingga kolam. Darla mendekati jendela dan melihat Magnus yang kini duduk di sisi kolam tengah menikmati sinar matahari pagi hari sambil mendengarkan Hood yang tengah berbicara di sela-sela pekerjaannya. setelah melewati banyak perawatan kh

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 112: Bakar Saja

    Axel duduk sendirian di sisi pagar, memperhatikan lautan yang tidak pernah bosan untuk dia pandang di sudut negara manapun berada. Setiap kali memandang lautan, Axel selalu merasa memiliki banyak harapan. Axel ingin menjadi seperti lautan, sesuatu yang memberikan kehidupan, sesuatu bisa dipandang mata, namun tidak terukur oleh angka. Axel ingin setenang air laut, sekuat ombak, semenakutkan badai yang mengamuk, orang-orang akan bersahabat dengannya, namun mereka juga akan berhati-hati karena Axel berbahaya. Samar bibir Axel tersenyum, teringat masa kecilnya dulu yang pernah tumbuh di kota Havana dengan bebas, diasuh penuh kasih sayang dan kebahagiaan. Kota Havana memiliki sejarah tersendiri untuk Axel, di tempat ini dia menemukan cinta pertamanya pada bisnis perairan. Dulu, sepanjang waktu Axel selalu berjalan kaki di gang sempit, melihat kesibukan kota Havana di bagian Poerto de frutos, tempat bersejarah itu dulu pernah menjadi tempat pembuatan kapal pada abad 17, sayangnya hancur

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 113: Ulang Tahun

    “Naomi, dia sehat dan terlihat bahagia. Saya pikir, dia sudah memilih pria yang tepat, namun Anda jangan khawatir Paman, akan tetap terus memperhatikan Nao dan memastikan keadaannya. Jadi, tolong sekarang fokuslah dengan kesembuhan Anda,” nasihat Jaden memberitahu Magnus. Bibir Magnus yang sudah membeku tidak bisa lagi bicara dengan normal terlihat bergerak samar karena tersenyum senang penuh kelegaan. Jaden mengeluarkan handponenya dan beranjak, duduk di sisi Magnus untuk memperlihatkan dokumentasi yang telah dia buat. “Lihatlah Paman, Nao bermain cello lagi, dan kini dia sudah berani tampil di depan semua orang. Saya sampai tidak bisa berkata-kata karena terpukau dengan perubahan Nao yang membanggakan,” cerita Jaden lagi menghibur Magnus. Magnus berkedip pelan, menatap sendu penuh kerinduan pada Naomi yang sudah hampir dua bulan ini tidak bertemu dengannya. Betapa bangganya Magnus dengan perubahan Naomi, selama ini dia memiliki masalah jika tampil di depan umum. Naomi sangat men

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 114: Memberitahu Naomi

    Pembicaraan itu membuat Axel cukup kecewa dan sedih, lebih mengecewakannya lagi, hal buruk itu terjadi di hari ulang tahunnya. Axel yang sudah beranjak dewasa hanya bisa diam dan mencoba berpura-pura tidak tahu dengan apa yang sudah dibicarakan kedua orang tuanya. Axel pergi ke dapur, bersikap biasa begitu kedua orang tuanya datang dengan senyuman memperlihatkan diri bahwa tidak terjadi apa-apa. Axel sendiri berpura-pura tidak tahu jika hari ini kedua orang tuanya tengah berpura-pura bahagia. Lambat laun, seiring dengan berjalannya waktu, kedua orang tua Axel akhirnya menceritakan rencana perceraian mereka, Axel yang sudah tahu tampak bersikap biasa saja seakan tidak memiliki kesedihan dan membuat orang berpikir jika sebenarnya Axel tidak begitu peduli dengan kedua orang tuanya. Proses perceraian berjalan dengan cepat, dan Shue-Shen mengambil alih semua kepeminpinan. Perceraian itu membuat Axel mulai mengenal arti kesepian yang sesungguhnya, Shu-Shen semakin sibuk dan Gillbert te

Bab terbaru

  • Skenario Perjodohan Bisnis   END

    Keduanya saling memandang dalam diam, Axel meraih wajah Naomi dan mengusapnya dengan hati-hati. “Aku minta maaf karena datang terlambat, kau pasti kecewa kepadaku.” Naomi memejamkan matanya, merasakan usapan lembut Axel di wajahnya, gadis itu menarik napasnya dalam-dalam dan perlahan membuka kembali matanya, menatap lekat mata Axel yang terlihat bersedih dan kecewa kepsada dirinya sendiri. Axel tidak puas kepada dirinya sendiri karena dia sudah datang terlambat dan tidak bisa menemani Naomi di saat-saat dia sedang terjatuh. “Aku sangat menyesal karena tidak bisa benar-benar menjagamu,” bisik Axel penuh sesal. Naomi tersenyum samar, dia tidak tahu harus berkata apa karena hari ini suka dan duka telah datang secara bersmaan dalam kehidupannya. Axel yang dia tunggu telah datang, melamarnya dihadapan Magnus, namun disisi lain Naomi juga harus mengantar kepergian Magnus dan harus merelakannya. “Naomi, apa kau marah padaku?” tanya Axel pelan. “Tidak, aku justru berterima kasih karena

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 151: Lamaran

    “Apa aku boleh berbicara dengan ayahmu berdua saja?” tanya Axel penuh kehati-hatian, dia takut Naomi masih marah kepadanya dan menolak permintaan Axel.Naomi menelan salivanya dengan kesulitan, desakan ingin menangis dan perasaan yang lega begitu kuat memenuhi hatinya. Naomi tertunduk mengusap air matanya yang tidak bisa dihentikan.Naomi sangat lega karena ternyata Axel peduli kepadanya dan mau datang.Naomi mengangguk tanpa mampu berkata-kata, memberi izin Axel untuk bisa berbicara berdua dengan ayahnya.Naomi melangkah pelan, melewati Axel yang berada di depan pintu, tiba-tiba langkah itu terhenti begitu Naomi merasakan pergelangan tangannya digenggam oleh Axel.Wajah Naomi terangkat, menatap lekat Axel. “Tidak, sepertinya kau harus berdiri di sisiku, kau juga harus mendengarkan apa yang ingin aku katakan,” ucap Axel lagi memperhatikan gerak gerik mata Magnus.Naomi membalikan badannya dengan ragu, pintu ruangan Magnus kembali tertutup dan orang-orang menunggu di depan ruangan.Ax

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 150: Kedatangan Axel

    Hans berdiri dengan senyuman puasnya, melihat Hutton yang digelandang keluar dari mobil kepolisian dan disambut oleh banyak media karena kontroversi yang dilakukannya dalam melancarkan aksi kejahatan.Hutton terhuyung-huyung dengan perban yang menghalangi kedua matanya, begitu pula dengan wajahnya yang kini sebagian terbungkus kain kasa.Semprotan cabai yang Axel buat berhasil membuat Hutton mengalami masalah dengan penglihatannya hingga membuat dia tidak bisa melihat untuk sementara waktu.Kedua tangan dan kaki Hutton diborgol, langkah terhuyung-huyung dijaga oleh kepolisian dan dikejar oleh wartawan yang membutuhkan keterangan darinya secara langsung. Hutton diperlakukan seperti penjahat kelas berat.Bibir Hutton menekan kuat, membungkam dengan rasa malu hebat dan jiwa yang terguncang. Kehidupannya hancur dalam waktu semalam, Hutton sungguh tidak akan menyangka jika dia akan berada di titik seperti ini dalam hidupnya.“Pengacara kita sudah sudah datang,” ucap Sharen yang berdiri di

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 149: Menangkap Hutton

    “Bajingan, kau sudah berhasil menghancurkan hidupku! Kau pikir aku akan diam saja hah!” geram Hutton mengayunkan pisaunya, refleks Axel menghadangnya dengan handpond di tangannya dan berhasil membuat handpone itu mati seketika.Napas Axel tertahan di dada, pria itu terlalu terkejut karena tiba-tiba saja seseorang akan menyerangnya.“Sialan!” maki Hutton menarik pisaunya.Axel bergeser mundur mencoba menciptakan jarak, butuh waktu beberapa detik untuk Axel tesadar jika orang yang hendak menyerangnya adalah Hutton. “Kenapa kau menutupi wajah jelekmu? Apa kau tidak ingin aku melihat ketakutan di wajah busukmu?”Rahang Hutton mengetat, dengan kasar dia melepaskan maskernya dan melemparkannya ke lantai.Axel menelan salivanya dengan kesulitan melihat tatapan bringas Hutton yang sudah dikuasai oleh amarah, Axel bergerak kembali mundur begitu Hutton mendekat dan mengayunkan pisaunya, kali ini Axel berhasil menangkisnya dengan menendang kaki Hutton agar dia kehilangan keseimbangan.Dengan Axe

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 148: Kedatangan Hutton

    Hutton melajukan mobilnya dengan kencang melewati jalanan, wajahnya yang babak belur terlihat di antara cahaya lampu jalan-jalan. Bola mata Hutton bergerak tajam melihat ke sekitar dengan penuh kewaspadaan karena kini wajahnya terpampang jelas di berbagai televisi gedung dan diumumkan jika kini Hutton adalah seorang buronan yang sudah melakukan kejahatan berbagai pembunuhan, pencucian uang dan sudah melakukan kekerasakan kepada isterinya.Tangan Hutton mencengkram kuat kemudi menahan amarah, dia tidak bisa pergi keluar negeri menggunakan pesawat jika wajahnya sudah terpampang dan di umumkan sebagai buronan.“Sialan!” maki Hutton memukul kemudi. Hutton tidak menyangka jika seluruh negeri mulai tahu dia penjahat, dan semua orang akan mengenali wajahnya.“Bajingan itu, aku harus menghabisinya,” bisik Hutton dengan penuh amarah.Hutton tidak terima jika seluruh usahanya selama ini harus hancur berkeping begitu saja di bawah kaki Axel. Seharusnya tidak seperti ini, seharusnya Axel yang tum

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 147: Keputusan

    “Bajingan!” Jennie terisak dengan suara yang tidak jelas karena mulunya terikat, wanita itu berusaha bergerak melepaskan diri dari ikatan tali yang mengekang tangan dan kedua kakinya pada ranjang.Tubuh Jennie terlihat memiliki banyak memar yang sudah ditinggalkan Hutton, pria paruh baya itu sudah berbuat kegilaan yang tidak terduga. Dia memperkosa Jennie berulang kali sebelum meninggalkannya dengan membawa semua uang, perhiasan hingga mobilnya.Bibir Jennie gemetar hebat, wajah cantiknya terlihat basah penuh oleh air mata merasakan seluruh tubuhnya yang sakit dan lemah tidak memiliki banyak kekuatan untuk melepaskan diri dan bergerak.Hati Jennie sangat hancur, dia merasa jijik kepada dirinya sendiri karena sudah disentuh layaknya pelacur oleh Hutton. Jennie marah kepada dirinya sendiri, dan kini dia hanya bisa memaki dirinya sendiri karena sudah salah mengambil keputusan dan terlibat dalam kehidupan Hutton.Jennie menyesal, andai saja dia tidak serakah dan mengambil keputusan yang s

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 146: Permintaan

    Genggaman lemah tangan Magnus kian tidak lagi dirasakan tenaganya, Naomi tidak berhenti memandangi wajah Magnus yang terbaring tidak sadarkan diri meski sudah mendapatkan pertolongan.Dokter yang menangani Magnus tidak mengatakan apapun dan hanya bisa menyemangati Naomi seakan memberi isyarat jika kemungkinan keadaan Magnus sudah sangat parah.Naomi mengusap wajah pucat Magnus dengan gemetar, berharap jika sepasang mata Magnus kembali terbuka dan mereka bisa bertatapan.“Masih ada banyak hal yang ingin aku lakukan dengan Ayah, tolong cepatlah sembuh agar aku bisa memasak untuk Ayah dan menemani Ayah pergi memacing, menghabiskan waktu di danau dengan membawa mobil van. Bukankah itu semua sangat ingin Ayah lakukan?” bisik Naomi dengan suara bergetar. “Aku mohon, buka mata Ayah.”Naomi menyeka air matanya dan menggenggam lebih kuat tangan Magnus, kebingungan semakin membuatnya tidak tahu harus berbuat apa selain menunggu Magnus membuka mata dan berharap jika Axel datang menemuinya.Mungk

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 145: Serba Salah

    Ketika Axel datang ke rumah sakit, dia sudah menemukan keberadaan Armon yang duduk seorang diri. Pemuda itu duduk di kursi terlihat menangis dengan tangan yang terbungkus sapu tangan, Armon tidak beranjak dari tempatnya hanya untuk menunggu kabar Rihana sekarang yang masih belum diketahui kepastiannya.Rihana mengalami kebocoran di kepalanya, dia juga mengalami luka di tulang lehernya yang mengharuskan Rihana menjalani operasi.Armon sangat takut jika terjadi sesuatu kepada ibunya karena sejak Armon mengantar Rihana ke rumah sakit, dia tidak sadarkan diri. “Apa yang sebenarnya telah terjadi?” tanya Axel dengan napas tersenggal usai berlari cukup jauh.Wajah Armon terangkat, pemuda itu mengusap wajahnya yang basah oleh air mata, sulit untuk membendung kesedihan yang dia rasakan, hingga membuat Armon tidak peduli untuk menangis di depan umum meski dia seorang pria.Dengan lemah Armon berdiri.“Duduklah,” titah Axel.Dengan patuh Armon duduk kembali, sementara Axel ikut duduk di samping

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 144: Kesialan

    Begitu pintu terbuka, tanpa permisi Hutton langsung masuk, dia butuh tempat persembunyian sementara waktu karena Rihana dibawa ke rumah sakit, besar kemungkinan dokter yang menangani dan Armon juga akan melaporkan kejadian malam ini kepada polisi.“Kau memiliki dokter pribadi? Aku butuh bantuan.”“Aku akan menghubunginya.”“Obati luka di tanganku dulu, ini sangat perih,” pinta Hutton seraya melepaskan pakaiannya.“Apa yang sudah kau lakukan?” Tanya Jennie memperhatikan luka yang dimiliki Hutton jauh lebih buruk dari apa yang dilihat.Hutton menjatuhkan dirinya ke kursi usai melepaskan pakaiannya dan hanya menyisakan celana panjang. Setelah cukup banyak menghabiskan waktu bersama Jennie, Hutton merasa tidak perlu lagi berpura-pura menjaga martabatanya, lagipula Jennie juga tidak seterhormat yang terlihat.“Istriku sudah membuat kekacauan, karena itulah aku di seperti ini,” jawab Hutton seraya mengusap kepalanya yang sangat sakit berdenyut. Beruntung saja dia masih bisa menjaga kesadara

DMCA.com Protection Status