Beberapa jalan yang indah tidak dapat ditemukan tanpa tersesat terlebih dahulu
* * * * *
“Makan?” heran Maria ketika dia dan Alex duduk di meja makan ketika mereka kembali ke rumah.
“Sepertinya kau terdengar kecewa, Maria?” tanya Alex menahan senyumannya.
Maria langsung menggelengkan kepalanya. “Tentu saja tidak. Untuk apa aku kecewa. Aku juga sangat lapar.”
Wanita itu menusuk daging steak yang sudah dipotong-potong oleh Alex kemudian melahapnya. Pria yang duduk di samping Maria tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum melihat Maria salah tingkah. Kemudian dia menunduk untuk membisikkan sesuatu.
Marisa datang nih? Apakah Marisa akan menghancurkan hubungan Alex dan Maria?
"Jangan terlalu berharap pada seseorang, karena ketika dia tak mampu memenuhi harapanmu, kekecewaan akan hiasi harimu." * * * * * Alex berjalan kesal memasuki lift dalam gedung kantornya. Pasalnya pagi ini Maria meminta izin padanya untuk menjenguk Jason. Meskipun Alex melarangnya dan ingin mengajak wanita itu ke kantornya, tetap saja dia tidak bisa menghindari suara yang memohonnya dengan lembut. Setelah pintu lift terbuka dia berjalan keluar. Tapi langkahnya terhenti saat mendengar dentingan piano. Pria itu memicingkan matanya. Dia berpikir itu bukanlah Maria. Karena dia sendiri yang mengantarkan Maria ke rumah sakit. Akhirnya Alex bergegas menuju ruangannya untuk melihat siapa yang berani memainkan piano milik Maria.
“Wanita yang memiliki ambisi yang tinggi memang sangat mengerikan.” * * * * * Jazlyn sampai di depan rumah sakit di mana Jason di rawat. Namun tatapan wanita dengan rambut coklat tua itu tertuju pada kerumunan orang di depan rumah sakit. Dia bisa mendengar beberapa orang sedang berbicara tentang kasus pencurian yang baru saja terjadi. Tapi ketika Jazlyn mendengar seseorang menyebutkan wanita buta, seketika tubuh wanita mungil itu menegang. Dia yakin itu adalah Maria. Segera Jazlyn menerobos kerumunan untuk melihat siapa korban pencurian. Dan melihat Maria dipeluk seorang wanita paruh baya, segera Jazlyn menghampirinya. “Maria. Kau tidak apa-apa?” tanya Jazlyn cemas.
“Bukan Levon yang aneh, tapi kau terlalu kasar pada kekasihnya. Kau harusnya menjaga mulutmu untuk tidak menyakiti orang lain, Marisa. Kalau tidak kau akan menyesal.” * * * * * * Tubuh Levon menegang saat mendengar suara Marisa. Dia tidak menyangka akan bertemu mantan kekasih Alex. Terutama saat Levon bersama dengan Maria, wanita Alex saat ini. Pria itu menoleh ke arah Maria yang masih memegang tangannya. “Apakah wanita itu kenalanmu, Levon?” tanya Maria saat mendengar suara Marisa memanggil Levon. “Hanya kenalan lama. Jika kau merasa tidak nyaman, kita bisa mencari restoran lainnya, Maria.” Wanita itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Tidak apa-apa, Lev
Meskipun manusia bisa menghadapi masalah sendirian bersama Tuhan, tapi ada kalanya manusia membutuhkan seseorang untuk mendukungnya. * * * * * “Maria!” Seru Alex membuka pintu rumahnya. Tatapan pria itu tertuju pada Maria yang duduk di atas sofa. Di depannya terlihat Levon berlutut untuk mengobati luka di lutut wanita itu. “Alex? Kau sudah pulang?” tanya Maria. “Levon mengatakan kau terluka parah. Karena itu aku segera pulang.” Dahi Maria berkerut mendengar ucapan Alex. “Terluka parah? Aku pikir kau berlebihan Alex. Aku tadi tersandung seekor kucing dan terjatuh. Hanya lecet di bagian lutut sa
"Musik adalah irama kehidupan. Musik memberikan arti bagi kehidupan kita." * * * * * Maria memegang perutnya yang terasa mual. Dia baru saja selesai menaiki wahana roller coaster. Meskipun tidak bisa melihat pemandangan ekstrim, tapi gerakan wahana yang mengguncang tubuhnya membuat perutnya terasa diaduk-aduk. “Seharusnya aku tidak menuruti keinginanmu untuk naik roller coaster.” Alex mengelus punggung Maria berharap mual yang dialami wanita itu mulai reda. “Aku yang memaksamu naik, Alex. Kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu.” “Siapa juga yang merasa bersalah? Aku hanya tidak ingin kau merasa mual. Bukankah menjadi semakin repot jika kau mual. Kita ti
Hal yang berlebihan itu memang tidak baik, apalagi soal cinta. Maka dari itu jangan lah mencintai seseorang melebihi apapun. * * * * * Levon teringat bagaimana senyuman Maria ketika mereka sedang makan es krim. Pria itu tidak bisa menyingkirkan ingatan itu dari pikirannya. Dia memilih menegak wiskinya hingga habis. Kemudian dia menuang kembali botol wiski ke dalam gelasnya. Reagan dan Roxton yang melihat sahabat mereka merasa aneh. Tak pernah mereka melihat Levon tampak begitu serius memikirkan sesuatu. Dari keempat sahabat itu, Levon yang paling santai menghadapi hidupnya. “Levon, kau baik-baik saja?” tanya Roxton cemas. Levon menoleh ke arah kedua sahabatnya
Pria memiliki kekuatan lebih besar karena digunakan untuk melindungi wanita, bukan untuk melukainya. * * * * * Perlahan kelopak mata Maria terbuka saat merasa cahaya hanya menyentuh wajahnya. Saat kesadaran menyerbunya, dia merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Bibir wanita itu melengkungkan senyuman menyadari itu adalah tangan Alex. “Alex, bangunlah! Ini sudah pagi.” Maria menepuk tangan Alex. Terdengar suara erangan pria itu. “Sebentar lagi. Berikan aku sepuluh menit lagi.” Maria tidak bisa menahan senyumannya mendengar suara Alex yang terdengar manja. “Baiklah. Tapi aku harus segera mandi. Tubuhku terasa lengket.”
“On the other side of the clouds is a bright blue sky.” * * * * * Maria menutup satu telinganya saat suara musik yang keras membuat telinganya sakit. Alex memegang satu tangannya dan satu tangannya yang lain melingkar di bahu Maria untuk melindungi wanita itu dari kerumunan orang yang mengunjungi klub malam Royale. “Untuk apa kita kemari?” tanya Maria ketika suara musik mulai terdengar menjauh saat mereka menyusuri lorong. “Reagan mengadakan pesta kecil sebelum dia menikah besok.” Jelas Alex. “Reagan akan menikah besok?” terkejut Maria. Alex menganggukkan kepalanya. “Benar. Dan kau akan mengisi acar