Claudia terbangun di tengah malam, menatap ke jam dinding waktu menunjukkan pukul satu malam. Gadis itu menoleh ke samping, namun ternyata Christian belum juga pulang. Entah ke mana Christian pergi sampai-sampai di tengah malam seperti ini, pria itu tak juga pulang.Claudia menyandarkan punggungnya di kepala ranjang, menarik selimut, menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Di tengah malam yang hening ini, membuat perasaannya begitu campur aduk.Jika Claudia tengah kesendirian seperti ini, pasti selalu saja ada yang muncul di dalam pikirannya. Dia sudah berusaha untuk tidur kembali, tapi sayangnya dia tak bisa untuk tidur lagi. Seakan rasa kantuknya telah hilang seolah diterpa ombak.Ceklek! Pintu kamar terbuka. Refleks, Claudia mengalihkan pandangannya ke arah pintu—menatap Christian yang baru saja tiba. Senyuman di wajah Claudia terlukis di kala melihat sekarang pria yang dicintainya sudahlah pulang.“Christian?” Claudia menyibak selimut, lalu turun dari ranjang, dan melangkah mengh
Lantunan musik piano terdengar begitu merdu. Suasana ruangan seakan memberikan ketenangan dan juga kedamaian. Ya, saat ini Claudia tengah memainkan piano. Penthouse milik Christian memiliki fasilitas piano.Claudia cukup pintar bermain piano, meskipun tak terlalu hebat. Seharian berada di rumah, yang dia lakukan mencoba menenangkan pikiran. Salah satunya dengan cara bermain piano.Lantunan musik piano menyejukan hati. Di tengah-tengah badai masalah yang terjadi, gadis itu sedikit lebih baik karena berusaha untuk menenangkan diri. Memang tidak mudah, namun Claudia mencoba untuk menjalani semuanya.“Nona Claudia?” sang pelayan melangkah menghampiri Claudia.“Iya?” Claudia mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan.“Nona, ini saya membuatkan orange juice untuk Anda.” Sang pelayan memberikan orange juice itu pada Claudia.Claudia tersenyum sambil menerima orange juice itu. “Terima kasih.”“Dengan senang hati, Nona,” jawab sang pelayan.Claudia meminum perlahan orange juice itu. “Oh,
Christian berdiri di depan ruang unit gawat darurat bersama dengan Grania. Tampak raut wajah pria itu begitu panik, khawatir, dan penuh ketakutan. Sejak tadi Christian hak henti mondar mandir tidak jelas. Pria itu mengusap wajah kasar. Meskipun sudah berkali-kali untuk tenang, tetap saja Christian tidak pernah bisa tenang.Suara rintihan sakit yang keluar dari bibir Claudia selalu terngiang di pikiran Christian. Pun yang terus terngiang di pikiran pria itu adalah Claudia mengalami pendarahan. Itu yang membuat Christian menjadi panik luar biasa, dan tak bisa untuk tenang. Terkaan-terkaan buruk bermunculan di pikiran Christian, tapi dia berusaha keras untuk menepis segala terkaan buruk itu.Bukan hanya Christian yang dilingkupi kepanikan. Grania pun demikian. Sejak tadi, wanita paruh baya itu tak bisa tenang. Dia menangis karena takut terjadi sesuatu hal buruk pada putrinya. “Christian, Claudia pasti baik-baik saja, kan?” Grania menatap Christian begitu cemas, dengan pancaran mata yang
Christian menatap Claudia yang masih terlelap. Senyuman di wajah pria itu terlukis begitu hangat dan amat bahagia. Tangan kokoh pria itu membelai perut Claudia yang masih rata. Gelenyar aneh menelusup masuk ke dalam diri Christian di kala menyentuh perut Claudia.Selama ini, setiap kali Christian berhubungan badan dengan Claudia memang tidak pernah sama sekali memakai pengaman. Namun, pria itu sama sekali tak mengira kalau Claudia akan secepat ini mengandung buah cinta mereka.Christian sama sekali tak menyesal. Kehadiran anak di tengah-tengah dirinya dan Claudia sebagai tanda memperkuat hubungan mereka. Sekalipun badai masalah hadir, tetapi mereka yakin bahwa mampu melewati semuanya.Christian menundukkan kepalanya, menciumi perut Claudia yang masih rata itu. Di dunia ini pria mana pun pasti akan bahagia, jika mendengar kabar bahwa akan menjadi seorang ayah.Perlahan, sayup-sayup mata Claudia mulai terbuka. Sinar lampu berwarna putih menyorot menjadi object pertama yang dirinya lihat
Dua hari Claudia berada di rumah sakit. Selama dua hari ini, tentunya Christian menjaga ketat Claudia. Pria itu belum memberi tahu Claudia tentang skandal hubungannya dengan Claudia sudah terungkap media. Dokter menyarankan Claudia untuk tak memikirkan masalah berat. Itu yang membuatnya belum memberi tahu Claudia bahwa media tengah membicarakan tentang hubungan mereka.Dua hari ini, Christian tidak mengizinkan Claudia melihat berita. Pria itu hanya memperbolehkan Claudia menonton film. Tidak boleh melihat siaran berita. Untungnya, gadis itu menurut tanpa sama sekali melawan. Gadis itu memang sudah terlalu sering patuh, jadi tak sulit jika mendapatkan aturan-aturan dari Christian.Selama berada di rumah sakit, Claudia tak dikunjungi siapa pun, karena memang tak ada yang tahu. Hanya Christian dan Grania yang tahu. Tapi sampai detik ini Benny belum juga datang, maka itu artinya pasti Grania belum memberi tahu Benny tentang kehamilan Claudia. Pun teman-teman kantor ataupun teman-teman kul
Christian menyentuh pipi kanannya yang ditampar keras oleh ayahnya. Tinggi tubuh pria itu sama dengan tinggi tubuh Tadeo. Pun meski Tadeo sudah tak lagi muda, tapi Tadeo memiliki postur tubuh yang masih gagah bahkan memiliki otot yang kencang dan keras.Ya, suasana di sana berubah menjadi tegang di kala Tadeo melayangkan tamparan keras di pipi kanan Christian. Namun, tamparan itu tak membuat tubuh Christian tumbang. Tamparan itu hanya menimbulkan rasa sedikit perih di pipi kanan Christian.“Christian.” Claudia terkejut bukan main melihat secara langsung Tadeo menampar keras Christian. Gadis itu memeluk lengan Christian, menahan air mata agar tak tumpah. Gadis itu ingin menangis sekencang mungkin, tetapi itu adalah hal yang tak mungkin. Karena jika dirinya menangis, pasti Christian akan semakin dilanda rasa cemas dan khawatir padanya.Christian tersenyum seraya menyeka sudut bibirnya yang berdarah. “Aku tidak apa-apa. Diamlah. Jangan melakukan apa pun. Jangan khawatirkan aku. Aku bisa
Semua orang menatap lekat sekaligus bingung reaksi Tadeo akan kalung berlian milik Claudia. Mereka tak mengerti kenapa bisa Tadeo bereaksi seperti itu. Apalagi ini hanya tentang sebuah kalung saja.Memang, Daisy pun terkejut mendengar penjelasan dari Claudia yang mengatakan bahwa Claudia bukanlah anak kandung keluarga Fitzgerald. Tetapi untuk masalah kalung berlian, Daisy sama sekali tak terkejut. Tidak seperti reaksi Tadeo.Hening … keheningan sempat membentang. Tatapan Tadeo tak lepas menatap kalung berlian yang ada di tangan Claudia. Raut wajah pria paruh baya itu menunjukkan dia sangat terkejut, bahkan seolah ingin menyangkal kenyataan.Christian membantu Claudia untuk bangkit berdiri. Pria itu menarik tubuh Claudia masuk ke dalam dekapannya. Pun Claudia memilih untuk bersandar di dada bidang Christian. Hanya berada di sisi Christian, dirinya merasakan kenyamanan.“Claudia, kau tidak apa-apa, kan?” Daisy memang sangat kecewa pada Claudia, tapi wanita paruh baya itu sangat iba pada
Claudia duduk di tepi ranjang dengan raut wajah yang menunjukkan jelas kemuraman dan kesedihan. Benaknya terngiang akan apa yang dikatakan oleh ayah Christian. Perkataan yang begitu menusuk dan menghancurkan hatinya.Saat ini Claudia sudah berada di penthouse yang dia tempati bersama dengan Christian. Sepulang dari kediaman keluarga Christian, gadis itu langsung diajak Christian ke penthouse yang tengah mereka tempati. Selama perjalanan pulang, berkali-kali Christian meminta Claudia untuk tak memikirkan ucapan ayahnya, namun sayangnya tetap saja Claudia tidak bisa. Hatinya terlalu lemah dalam hal ini. Terlebih tadi ayah Christian meminta Claudia untuk menggugurkan kandungannya. Sebuah permintaan yang sangat menghancurkan hatinya. Perkataan menyakitkan, jauh lebih menghancurkan daripada sebuah tamparan keras. Itu yang dia rasakan saat ini.Claudia ingin menangis di kala ayah Christian memintanya untuk menggugurkan kandungannya. Akan tetapi, dia menahan perasaannya. Menekan mati-matian
Pagi buta Claudia sudah terbangun. Kedua anaknya sudah menunggu di depan semangat karena akan diajak jalan-jalan. Entah jalan-jalan ke mana. Claudia tak tahu, karena Christian tidak bilang padanya. Yang pasti Claudia percaya bahwa sang suami akan membawanya ke tempat yang indah.Barang-barang yang dibawa telah dimasukan ke dalam mobil. Claudia dibantu pelayan untuk packing. Untungnya dia mendapatkan bantuan dari pelayan. Jika tidak, maka pastinya dia akan sangat kerepotan. Namun memang selama ini Claudia selalu dibantu oleh pelayan.“Claudia, apa kau sudah siap?” tanya Christian sambil memakai arloji.Claudia mengoleskan lipstick di bibirnya. “Sudah, Sayang. Aku sudah siap.”“Kita keluar sekarang. Anak-anak sudah menunggu kita.” Christian merengkuh bahu Claudia—mengajak sang istri ke luar kamar.“Mommy, Daddy, ayo kita jalan-jalan.” Caleb dan Cambrie memekik kegirangan tak sabar.Christian dan Claudia tersenyum samar. “Oke, let’s go. Kita berangkat sekarang.”Christian menggendong Cam
Mansion Claudia dan Christian dipuji oleh Nicole. Mansion megah yang telah didesain khusus oleh Claudia. Mansion ini adalah hadiah dari Christian untuk Claudia. Pria itu mencuri gambar rumah megah yang pernah digambar oleh Claudia. Sekarang hasil curian gambar itu, telah menjelma menjadi sebuah mansion mewah.Saat ini Claudia dan Christian tengah duduk di ruang tengah bersama dengan Nicole, Oliver, Ella, dan Elan. Mereka baru saja selesai makan siang bersama. Anak-anak mereka tengah bermain di taman belakang. Tentunya diawasi oleh para pengasuh mereka. “Claudia, rumahmu benar-benar indah. Rumah ini kau yang desain, kan?” tanya Nicole lembut—dan direspon anggukkan oleh Claudia.“Iya. Aku yang merancang rumah ini. Tadinya aku ingin mengumpulkan uang dari hasil kerja kerasku dan membangun rumah ini.” Claudia tersenyum malu.“Tapi akhirnya suamimu yang membangun rumah indah yang ada di kertas gambarmu.” Nicole menjawab lembut. Sebelumnya, dia sudah pernah diceritakan tentang gambar Clau
*Claudia, aku dan Oliver serta anak-anak kami siang ini akan main ke tempatmu. Apa kau ada di rumah?* Claudia yang baru saja membuka mata, di kala pagi menyapa, dikejutkan dengan pesan yang dikirimkan oleh Nicole. Detik itu juga, Claudia menyibak selimut—turun dari ranjang seraya mengikat asal rambutnya. “Christian, Christian.” Claudia memanggil sang suami, karena suami tercintanya itu tidak ada di ranjang. Itu menandakan sang suami sudah bangun.“Iya, Claudia.” Christian melangkah keluar dari walk-in closet—tengah memakai dasi. Pria tampan itu sudah bersiap ingin ke kantor.Claudia mendekat dan melepaskan dasi Christian. Sontak, Christian terkejut akan tindakan Claudia—yang melepas dasinya begitu saja.“Claudia, apa yang—”“Hari ini kau tidak usah ke kantor. Nicole, Oliver, dan dua anaknya datang.”“Claudia, aku ada meeting penting.”“Kau CEO dari Hastings Group. Kau memiliki kuasa. Aku yakin kau bisa mengatur meeting dilain waktu.”Suara dering ponsel Christian terdengar. Buru-bu
“Oh, Tuhan. Elyana! Efraim! Kenapa bisa kalian merusak lukisan Mommy yang sudah Mommy pesan untuk Grandma?” Ella mengomel seraya memijat keningnya merasakan pusing luar biasa. Anak perempuan dan anak laki-lakinya merusak lukisan yang baru saja dia pesan di pelelangan seni. Lukisan harga fantastis itu sengaja Ella beli untuk dia hadiahkan pada ibunya.“Mommy, aku tidak salah. Efraim yang salah. Aku tidak salah.” Elyana membela diri, karena tidak mau disalahkan oleh ibunya. Pun dia memang tak sepenuhnya salah. Efraim—adiknya yang terlibat.Efraim mendelik, menatap tajam sang kakak. “Kak, kenapa kau menyalahkanku? Kau yang berlari mengejarku sampai wine jatuh ke atas lukisan Mommy.”Elyana berdecak kesal. “Kau menyembunyikan barbie yang dibelikan Grandpa!”“Aku tidak menyembunyikannya.”“Kau bohong! Kau menyembunyikan barbie pemberian dari Grandpa.” “Astaga! Kenapa kalian sekarang berdebat? Ini bagaimana lukisan Mommy? Besok Mommy akan memberikan lukisan ini pada Grandma Grania. Tapi ka
Caleb duduk di ranjang sambil memeluk bantal dengan raut wajah kesal. Bocah laki-laki itu kesal dengan Oscar, dan juga kesal dengan ibunya yang tak membelanya. Yang dia inginkan adalah ibunya membelanya. Tapi sayang, ibunya malah tak membela dirinya. “Sepertinya, kau baru saja melalui hari buruk.” Christian masuk ke dalam kamar putra sulungnya—dan duduk di samping putranya itu. Dia sudah melihat raut wajah Caleb menunjukkan jelas rasa kesal.Caleb mengembuskan napas kesal. “Dad, aku sudah diomeli Mom. Jika kau datang hanya ingin mengomeliku juga, lebih baik kau keluar kamarku saja. Aku pusing. Tidak ada yang mau mengerti diriku.”“Tujuanku datang ke sini bukan memerahimu.” Christian menjawab dengan tenang.Caleb mengalihkan pandangannya, menatap Christian. “Kau tidak memerahiku?”Christian menggelengkan kepalanya. “Nope. Aku tidak memerahimu.”Caleb merasa curiga. “Jangan-jangan kau langsung memberikanku hukuman?”Christian tersenyum samar. “Apa pernah aku sekejam itu padamu, Caleb?
“Mommy, kapan kita kan kembali ke London? Aku rindu Grandpa dan Grandma.”Olivia memeluk boneka kecil, menghampiri ibunya, mengajak bicara, bertanya kapan kembali ke London. Karena dia sudah cukup lama berada di New York. Itu kenapa sekarang gadis kecil itu bertanya kapan bisa kembali ke kotanya sendiri.Nicole menunduk, menatap penuh kasih sayang putri kecilnya. “Mommy belum tahu, nanti Mommy tanya Daddy dulu. Sekarang kau masuk ke kamarmu, Nak. Kau istirahatlah.”Olivia mengerjap beberapa kali. “Mommy, masih marah pada Oscar?”Nicole menghela napas dalam. “No, Honey. Mommy tidak marah pada Oscar. Kau masuklah ke kamar. Istirahat. Jangan bermain games.”Olivia memilih mengangguk patuh. Gadis kecil itu pun sudah lelah karena sejak tadi bersepeda. Dia masuk ke dalam kamarnya. Tepat di kala Olivia sudah masuk ke dalam kamar, Nicole segera menghubungi Oliver.“Oliver?” panggil Nicole kala panggilan terhubung.“Nicole, aku sedang sibuk bersama client-ku. Nanti aku akan menghubungimu,” uja
Lima tahun berlalu … “Caleb, kenapa kau bertengkar dengan Oscar? Ya Tuhan, Nak. Oscar itu anak Bibi Nicole—kakak ipar Mommy.” Claudia menatap kesal Caleb yang baru saja turun dari mobil. Tampak jelas raut wajah wanita itu sangat lelah.Bagaimana tidak? Hari ini Claudia baru saja mengadakan meeting dengan asisten pribadi Shawn. Ada project baru Geovan Group yang sedang ditangani Claudia. Tapi di tengah-tengah meeting berlangsung—Claudia mendapatkan kabar Caleb dan Oscar bertengkar. Pun kebetulan Oscar sedang berada di New York. Caleb dan Oscar bertengkar di taman bermain. Claudia dan Nicole langsung datang ke taman itu. Perkelahian berhasil terhenti karena pengawal Caleb dan pengawal Oscar sama-sama merelai perkelahian.“Oscar yang salah. Dia mendekati gadis yang aku suka, Mom.” Caleb berjalan menuju kamar, namun buru-buru Claudia menghalangi putranya itu.Claudia merasa ini belum selesai. Dia membutuhkan penjelasan sejelas-jelasnya. Dia tidak mau sembarangan apalagi asal-asalan dal
Usia Caleb memasuki enam bulan. Tubuh bayi laki-laki itu sangat gemuk dan sehat. Kulit putih. Pipi tembam. Mata bulat. Membuat Caleb benar-benar seperti boneka laki-laki yang sangat tampan dan menggemaskan.Bayi laki-laki tampan itu kerap menjadi pusat perhatian. Tidak heran kalau banyak sekali tawaran Caleb menjadi model bayi. Tapi sayang Christian dan Claudia tidak mengizinkan anak mereka menjadi seorang model.Segala bentuk penawaran menjadi model, pastinya ditolak oleh Christian ataupun Claudia. Alasannya tentu mereka tidak ingin kehidupan anak mereka terlalu menjadi sorotan di media.Selain itu, kisah masa lalu Christian dan Claudia, pastinya akan membuat Caleb menjadi pusat perhatian dari segi kehidupan. Itu yang membuat Caleb tidak akan nyaman di masa depan nanti.Suara tangis Caleb begitu keras di kala sudah selesai menyusu. Claudia yang tengah menimang putranya itu, nampak terkejut dan panik melihat putranya menangis. Dia pikir putranya ingin minum susu lain, tapi ternyata ti
Christian seperti orang gila marah-marah pada dokter. Pria itu menuntut dokter untuk membuat sang istri tidak lagi merintih kesakitan. Dia tidak tega melihat istrinya terbaring di ranjang seraya meringis kesakitan.“Kau ini dokter kandungan benar atau bohongan?! Kenapa kau tidak mampu menghilangkan rasa sakit istriku?” Christian marah-marah pada sang dokter yang malah membiarkan istrinya berteriak kesakitan.Sang dokter tersenyum memaklumi rasa takut Christian. “Tuan, Anda tidak perlu khawatir. Rasa sakit istri Anda adalah wajar. Setiap ibu yang melahirkan anak pasti akan merasakan sakit.”Christian mengusap wajahnya kasar. Kecemasan dan rasa panik melingkupi pria itu. “Jadi, istriku akan melahirkan sambil berteriak kesakitan?”Sang dokter menyentuh bahu Christian. “Tuan Hastings, itu adalah tugas seorang ibu. Proses melahirkan akan segera dimulai. Temani istri Anda, Tuan.” Christian bingung dengan perasaan campur aduk. Dia mendengar suara istrinya itu yang terus menjerit. Dia memutu